4

398 70 17
                                    


Tugas pertama

•••

"Bwahahahaha!" Agaknya lelaki bernama Kokonoi itu sangat terhibur dengan kelakuanku. Dia sudah tertawa tiada henti sedari tadi, bahkan setelah Inui membantuku berdiri.

"Ada yang sakit?" Inui bertanya seolah khawatir meski wajah tetap datar.

Aku meringis apakah ia tidak bisa melihatku yang terus memegang dagu selepas terhantuk lantai.

Aku tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, Inui-san."

Setelah puas tertawa Koko langsung menarik lengan ku untuk dibawa ke kantin.

"Aku bisa jalan sendiri, kau tidak perlu menarikku seperti hewan."

Koko menjulurkan lidahnya. "Dan membiarkanmu kabur?"

"Aku tidak mau bersamamu! Kau kasar aku ingin bersama Inui-san saja!" Aku berontak meminta dilepas dari Koko lalu menghampiri Inui.

"Ck dasar perempuan," cibir Koko.

Aku tidak peduli toh Inui menerimaku dengan santai. Aku pun menggunakan kesempatan yang jarang didapat. Yaitu memeluk erat lengan lelaki tampan hahahaha.

Semoga saja Inui tidak melihat wajahku yang merona.

Sesampai di kantin, suasana masih sunyi mengingat kami keluar kelas di jam pelajaran. Seketika aku sadar bahwa ini adalah kali pertama aku bolos. Aku berdecak, bersama 2 berandalan sebentar saja sudah membawa pengaruh buruk.

Aku turut duduk di samping Inui dan mereka berdua langsung menatapku bingung.

"Apa?" tanyaku.

"Kau tidak mengerti?" Koko bertanya dengan cibiran mengejek.

Ya jelas lah, kalian saja tidak memberi tahu apapun kepadaku.

Inui menambahkan, "Apakah kau memang sebodoh itu?"

Sial.

Aku mendengus. "Aku memang bodoh, jadi beritahu saja apa yang ingin kalian katakan." Aku membalas dengan kesal.

Satu elusan ku dapat dari Koko. "Yosh yosh, baiklah dengarkan perintah tuanmu ya. Sebagai seorang budak, kau harus memesankan makanan untuk kami."

Apa-apaan itu? Sejak kapan aku setuju dengan ucapannya?

Aku menggigit kedua pipi dari dalam mencoba menahan kesal. "Kau ... menyebalkan."

Aku berdiri lalu menjulurkan telapak tangan di hadapan Koko, bermaksud untuk meminta uangnya. Hanya saja direspon tatapan bingung dari lelaki itu.

"Apa?" tanyanya.

"Uang."

"Pakai uangmu."

Bajingan.

Mau tidak mau aku harus menggunakan uangku.

Mereka memesan dua ramen, aku sendiri yang memang pada dasarnya jarang sarapan pun tidak memesan makanan. Dengan membawa nampan berisi 2 mangkok ramen aku berjalan dengan perlahan takut jika keseimbangan tidak bisa ku jaga.

Aku tersenyum bangga ketika jarak antaraku dan meja tinggal beberapa langkah.

Sayang beribu-ribu sayang. Ketika hendak melangkah satu langkah lagi, sesuatu menyandung kakiku hingga tubuh kehilangan keseimbangan.

Seolah terkena efek slow motion pada akhirnya nasib baik tidak memihakku hari ini.

"Arghh!" Aku berteriak ketika diri yang terjatuh dalam posisi tidak baik terkena siraman kuah ramen yang panas.

Sangat menyakitkan ketika kulit terasa melepuh hingga menampilkan bercak merah dengan cepat.

"[Name]-san!"

Inui langsung menggendongku untuk dibawa ke unit kesehatan.

"Koko, kau berlebihan," celetuk Inui seraya melirik Koko tajam. Ah, rupanya dia pelakunya.

Aku tidak bisa memperhatikan ekspresi Koko, Inui langsung membawaku pergi dari sana dengan cepat.

Dia terlihat sangat khawatir, apakah ia punya trauma? Tidak aneh mengingat Inui mempunyai bekas luka bakar di wajahnya.

Aku kembali meringis, bahkan air mata sudah tak terbendungi. Rasa perih menusuk kulit seakan bukan kuah panas yang mengenai, melainkan ribuan jarum tipis yang dipanasi.

Bagian tubuh yang terkena air panas memang tidak banyak. Hanya dari bagian leher, bahu, kedua lengan. Namun, kakiku juga terkilir setelah menyandung kaki Koko.

Benar kata Inui, kali ini Koko sudah melebihi batas. Terlebih pada anak perempuan yang baik sepertiku.

Inui meletakkan tubuhku duduk di atas kasur unit kesehatan dengan perlahan.

"Buka bajumu."

Dia memberi perintah, eh tunggu apa yang baru saja dia katakan?



***

Pythagoras | Kokonoi x Reader x InuiWhere stories live. Discover now