11. Perundungan

28 4 1
                                    

PRANG!

Makanan yang dibawa seorang murid laki-laki berkacamata itu sudah berhamburan di tanah, ketika dengan sengaja disenggol oleh seseorang. Kini tak sedikit orang penasaran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Seperti di film, mungkin keduanya akan berkelahi, atau opsi lain adalah si kacamata akan dijadikan kacung oleh yang lebih kuat.

"Maaf," kata Alvin lebih dulu, sambil berjongkok untuk memunguti makanan yang jatuh, meskipun orang di hadapannyalah yang menabrak.

"Aduh tapi baju gue kotor nih. Gimana dong?" tanya murid SMA yang sengaja menabrak Alvin.

Alvin mendongak, mendapati Galton yang tengah menunduk sambil menatapnya dengan tatapan mengerikan. Selesai membersihkan makanan tadi, Alvin segera bangkit lalu meminta maaf untuk yang kedua kalinya kepada Galton.

"Emang maaf lo bisa bersihin baju gue? Malu nih diliatin murid lain," kata Galton dengan wajah yang begitu menyebalkan.

"Kalo gitu gue beli seragam baru di koperasi dulu."

Belum sempat Alvin beranjak, kerah seragam bagian belakangnya sudah lebih dulu ditarik oleh Galton, membuat Alvin mau tak mau kembali menoleh. Galton menarik kacamata yang terpasang di telinga Alvin lalu menjatuhkan barang tersebut ke lantai dan menginjaknya menggunakan sepatu, hingga membuat kacamata milik Alvin hancur.

Seluruh pengunjung Kantin dibuat terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan Galton. Sedangkan pemilik kacamata tersebut hanya diam mematung sambil tertunduk, entah apa yang ada dipikiran Alvin saat ini, tidak ada yang tahu. Sagara menyaksikan itu semua, bersama dengan ketiga sahabatnya. Yaitu Salsa, Kak Tirta, dan juga Kak Ara. Ada gejolak amarah yang kini sedang meletup-letup di dalam diri Sagara.

"Ihh parah banget sih tuh bocah!" geram Ara.

Tirta mengamati Sagara sejak kejadian dimulai, lelaki itu tahu apa yang sedang Sagara pikirkan sekarang. Anak dari pasangan Dewa Alamsyah dan Bela Anita itu adalah tipikal orang yang tidak suka melihat orang lain ditindas dan diperlakukan seenaknya seperti itu.

"Jangan ikut campur kalo belum ada kekerasan. Kita liat dulu gimana mereka menyelesaikan masalah ini," nasehat Tirta kepada Sagara yang hendak bangkit dari tempat duduknya.

"Iya. Inget kalo lo masih murid baru kelas 10," kata Ara.

Sagara kembali duduk dengan tenang di samping Salsa. Sial! Jika saja tidak dilarang oleh Kak Tirta dan Kak Ara, mungkin Sagara akan maju untuk membantu murid yang kacamatanya dihancurkan itu. Sementara Salsa hanya diam sambil mengamati perdebatan dua murid kelas 10 yang tengah berlangsung. Salsa merasa tidak asing dengan wajah salah satu di antara mereka.

"Lo ngehina gue? Lo pikir gue gak mampu beli seragam baru?" tanya Galton, memang sejak awal memancing emosi.

"Gue gak bermaksud gitu."

"Alesan!"

Bughh

Lagi, murid-murid yang menyaksikan perdebatan itu kembali terkejut ketika Galton melayangkan tinju. Sagara yang sudah siap untuk maju mengurungkan niat ketika melihat seseorang sudah berdiri di antara Galton dan Alvin, sama-sama terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Lelaki itulah yang baru saja menerima tinjuan Galton tepat di pipinya.

Rendi memegang pipinya yang terasa berkedut nyeri. Ia kemudian menghadap sepenuhnya pada Galton. "Ah, sakit juga tinjuan lo," ringisnya.

"Gak usah ikut campur! Berlagak jadi pahlawan kesiangan lo?!" hardik Galton.

"Tadinya sih gak mau ikut campur, tapi lo cerewet kaya ibu-ibu kompleks!" caci Rendi.

Semuanya tertawa, begitupun dengan Sagara yang tersenyum simpul. Hal tersebut membuat Galton marah sekaligus malu setengah mati. Rendi membungkuk guna mengambil kacamata milik Alvin yang kacanya sudah hancur. Galton melirik botol minuman kaca yang tergeletak di atas meja, dengan gerakan cepat Ia meraih botol itu dan bersiap menghantamkannya pada kepala Rendi.

SalsaWhere stories live. Discover now