Bab 9 Pernikahan Dua Alam

111 7 1
                                    

“Kita percepat pernikahanmu apa pun yang terjadi,” titah Lastri pada Abimanyu sesaat laki-laki itu baru saja kembali dari dunia Adisti.

Seketika Abimanyu mendongak. “Kenapa, Ma?” tanyanya heran. Baru saja beberapa jam yang lalu Lastri mengatakan bahwa akan memikirkan lagi kapan waktu yang pas untuk pernikahan Abimanyu, justru sekarang memerintahkan Abimanyu segera menikah.

“Kamu lupa Arka bisa saja menyerang kita sewaktu-waktu. Jadi, kamu harus segera menikah dan renggut gadis itu di malam pertama. Setelah itu baru kita melakukan ritual untuk menyempurnakan kekuatan keluarga kita,” jelas Lastri berapi-api. Tentu saja ia bersemangat karena ambisinya yang membuat Abimanyu harus menikahi Adisti.

“Bawa gadis itu malam nanti. Kita lakukan secepatnya. Jangan sampai ada yang tahu,” bisik Lastri sambil melirik sekeliling. Ia takut ada telinga yang mendengar pembicaraan mereka.

Abimanyu mengangguk. Hanya dengan cara ini dirinya bisa berbakti pada ibunya. Walaupun harus mengorbankan dirinya sendiri.

Abimanyu ingat, sejak dulu memang dirinya selalu diatur oleh Lastri, tanpa boleh memilih mana yang diinginkannya.

Abimanyu mengembuskan napas kasar. Mengingat Adisti yang sebelumnya terlihat aneh membuatnya curiga. Ingin mendekati lagi, ada Kartilan yang terus berdiri di depan rumah Adisti walaupun gadis itu sudah berangkat beberapa menit sebelumnya.

Abimanyu tidak ingin Kartilan curiga dan akhirnya menyusahkan Adisti. Karena itu, ia memilih kembali pulang ke alamnya.

“Abimanyu,” panggil Hartanto pada anaknya itu.

Abimanyu mendongak lalu menyilakan sang ayah duduk di sampingnya.

“Kamu yakin mengikuti kemauan ibumu?” tanya Hartanto.

“Tentu saja. Aku tidak ingin melihat dia bersedih,” jawab Abimanyu cepat. Jika menyangkut masalah Lastri, Abimanyu rela melakukan apa pun.

“Tidakkah kamu memikirkannya kembali?” tanya Hartanto sekali lagi.

“Saat ini hanya dia prioritasku.”

Jawaban singkat Abimanyu membuat Hartanto tidak bisa lagi berkata-kata.

Jika ada yang mengira dunia jin berbeda dengan manusia, itu tidak sepenuhnya benar. Golongan jin dibagi menjadi 2, golongan jin baik dan tidak taat. Jin baik adalah jin Islam yang melakukan ibadah dan aktivitas sama seperti manusia. Sedang jin tidak taat adalah jin yang tidak mau menyembah Allah. Dan Abimanyu sekeluarga termasuk dalam golongan jin tidak taat. Mereka ingin menguasai wilayah mereka agar disegani dan bisa mengatur bangsa mereka yang masih dalam satu wilayah.

---

“Bagaimana, Nduk?” tanya Kartilan esok hari.
Ini adalah hari Minggu, Adisti libur bekerja. Ia memanfaatkan momen itu untuk tidur seharian, sayangnya niatnya untuk bermalas-malasan terganggu dengan kehadiran sang kakek.

“Bagaimana apanya, Mbah?” tanya Adisti sambil menguap. Ia masih sangat mengantuk. Pertemuannya dengan Dion semalam masih terngiang jelas di kepalanya.

“Pertemuanmu kemarin. Apakah kalian cocok satu sama lain?” tanya Kartilan lagi. Laki-laki tua itu tidak sabar melihat Adisti menikah. Ia ingin sekali melihat cucunya bahagia sebelum dirinya tiada.

Adisti menghentikan gerakannya yang tengah meregangkan otot-ototnya. Ia menatap Kakeknya dengan pandangan bersalah.

“Adisti tidak yakin bisa lanjut, Mbah.”

“Apakah dia begitu buruk?” tanya Kartilan ingin tahu.

Adisti menggeleng lalu menunduk. Jika berkata jujur, ia yakin kakeknya akan sakit. Ia tahu kesehatan sang kakek sedang menurun. Mana mungkin dia tega menambah beban pikiran kakeknya.

“Adisti yang belum siap, Mbah.”

Kartilan mengernyit. “Yakin hanya karena itu? Bukan karena ada laki-laki lain?” pancingnya.

Adisti seketika mendongak mendengar pertanyaan Kartilan. Apakah kakeknya sudah tahu apa yang sesungguhnya terjadi? Batin Adisti panik.

Kartilan menghela napas. “Nduk, mbahmu ini sudah tua. Mbah berharap kamu segera menemukan pendamping agar Mbahmu ini bisa pergi dengan tenang,” ucap Kartilan dengan suara bergetar.

“Mbah jangan bilang begitu!” sergah Adisti tidak suka. Ia ingin terus ditemani sang kakek apa pun yang terjadi.

“Terima laki-laki itu ya? Mbahmu ini sudah tahu bagaimana rupa dan sifat dia. Mbah yakin dia bisa membahagiakan kamu.” Kartilan menggenggam jemari Adisti.

Mendengar permintaan sang Kakek, tentu saja Adisti semakin dilema. Mana mungkin ia bisa meninggalkan Abimanyu begitu saja lalu menerima Dion. Tidak! Adisti tidak ingin hidupnya terus bersama Dion.

“Adisti akan memikirkannya, Mbah.” Adisti meremas jemari Kartilan sambil mengangguk. Hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang.
Sepeninggal sang Kakek, Adisti memutuskan untuk meneruskan tidurnya yang terganggu. Ia hanya ingin istirahat saat ini, tanpa memikirkan Abimanyu dan perjodohan.

Seperti biasanya, malam itu Abimanyu datang menemui Adisti. Kali ini ia memaksa gadis itu untuk ikut dengannya ke rumah.

Awalnya Adisti menolak. Ia merasa tidak nyaman berada di sana. Tatapan kosong semua orang membuatnya ngeri. Walaupun ia tahu bahwa mereka sebangsa Abimanyu. Namun, tetap saja ia merasakan takut luar biasa.

“Ayolah. Malam ini hari pernikahan kita. Kamu harus datang.” Abimanyu menggandeng tangan Adisti, memaksa gadis itu mengikuti langkahnya menuju pohon asam.

Sesampainya di alam Abimanyu, segera Adisti dirias ala pengantin Jawa oleh perias khusus pengantin.

“Apakah mbak ini manusia?” tanya perias pengantin yang bernama Sarah.

Adisti mengernyit. “Mengapa bertanya seperti itu?” tanyanya heran. Bagaimana Sarah bisa tahu dirinya manusia?

“Saya juga manusia, Mbak. Saya sudah biasa merias di alam jin ini.”

Ucapan Sarah membuat Adisti bergidik. Jadi, ada manusia yang memang bekerja khusus merias di alam jin? Benarkah? Dari mana dia datang?

“Saya dijemput langsung oleh Bu Lastri. Saya sudah merias banyak pengantin Tuan Abimanyu.”

Adisti semakin tidak mengerti dengan ucapan Sarah. Namun, sebelum wanita itu menjawab, Lastri datang dengan wajah kesal.

“Cepat selesaikan, Sarah. Jika tidak, bayarannya akan aku kurangi!”

Mendengar ancaman Lastri, Sarah segera sadar diri dengan kesalahannya. Ia salah sudah mengobrol dengan Adisti. Aturan Lastri selama ini, Sarah dilarang mengajak bicara calon pengantin. Karena hal itu bisa saja membuat calon pengantin berubah pikiran lalu membatalkan pernikahan.

Pernikahan Abimanyu sangat penting untuk menguasai wilayah bangsa jin. Lastri ingin menjadi satu-satunya penguasa di wilayahnya.

“Sudah!” ucap Sarah pada Lastri yang mengawasinya sejak tadi.

“Minta bayaran ke belakang seperti biasa, lalu cepatlah pergi,” perintah Lastri yang dijawab anggukan oleh Sarah.

Kini tinggallah Lastri dan Adisti di kamar pengantin yang sudah ditata secantik mungkin.

“Tunggu di sini dulu. Setelah kalian sah, barulah kamu boleh keluar.” Lastri menahan Adisti yang akan beranjak.

Adisti tidak bisa menolak atau memaksa. Terpaksa ia kembali duduk dengan tenang menghadap cermin yang memantulkan wajah cantiknya.

Adisti tidak menyangka akan terlihat secantik itu setelah dirias. Baju kebaya berwarna putih dengan banyak mutiara itu menambah kecantikan alami Adisti.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar diketuk oleh pelayan. Ia mengabarkan bahwa prosesi ijab qabul sudah selesai.

Lastri senang bukan main. Prosesi ijab qabul kali ini berjalan lancar tanpa gangguan dari siapa pun termasuk Arka.

“Sekarang kamu sudah sah menjadi istri Abimanyu, Adisti,” ucap Lastri tersenyum lebar.

Adisti menahan napas sejenak mendengar ucapan Lastri. Jadi, sekarang dirinya adalah istri Abimanyu? Istri dari seorang jin? Baru saja ia menjalani pernikahan dua alam? Sulit dipercaya.

“Keluarlah sekarang Adisti. Abimanyu menunggumu di bawah.” Lastri membimbing Adisti keluar kamar.

Saat Adisti turun, semua mata kosong itu menatapnya. Tidak ada pandangan takjub. Mata para undangan terlihat kosong dan terlihat tidak bertenaga. Abimanyu bilang, memang seperti itulah mereka sebenarnya. Keluarga Abimanyu saja yang memiliki kekuatan agar tidak terlihat kosong.

“Akhirnya kamu sah menjadi istriku, Adisti.” Abimanyu menyeringai menatap Adisti yang begitu cantik di depannya.

“Tidak sabar rasanya menikmati tubuh indah itu, lalu menguasai wilayah ini dan mengalahkan Arka,” batin Abimanyu senang.

PERNIKAHAN DUA ALAMWhere stories live. Discover now