CHAPTER 17

5.3K 743 55
                                    



VOTE COVER DILIZZY

VOTE COVER DILIZZY

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hallo semua bantu Dirga dan kawan-kawan vote cover novel Dilizzy yuk! Pre order tanggal 1 november ya! Nantikan bonus dan harga paketnya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Hallo semua bantu Dirga dan kawan-kawan vote cover novel Dilizzy yuk! Pre order tanggal 1 november ya! Nantikan bonus dan harga paketnya!


CHAPTER 17

Waktu kini menunjukkan pukul tiga pagi. Lizzy sama sekali tidak bisa tidur. Sesuai rencana mamanya, pagi ini ia akan berangkat pergi meninggalkan tanah kelahirannya untuk mengikuti ujian masuk salah satu Universitas pilihan mamanya. Ragu menyelimuti jiwa Lizzy. Namun, raganya terlalu lelah untuk memberontak. Mamanya tidak akan bisa ia lawan.

            Lizzy beranjak dari kasur, pergi menuju kamar Claire. Kedua matanya disambut dengan nuansa warna biru muda. Tidak ada yang berubah, semuanya masih terlihat sama. Ia duduk di tepi kasur, mengusap boneka beruang milik kakanya.

            Kedua mata Lizzy terhenti pada selembar foto yang tergeletak di atas nakas. Foto ia dan Claire. Foto saat Claire memberikannya sebuah apron sebagai hadiah ulang tahunnya. Ia meraih selembar foto tersebut, memandangnya dengan lekat. Air matanya lalu terjatuh perlahan membasahi pipinya.

"Zy, hanya diri lo sendiri yang bisa menemukan jalan itu. Jangan pernah takut untuk memperjuangkan mimpi lo, Zy. Kejar, Zy. Kejar agar mimpi lo nggak hanya menjadi angan-angan belaka."

            Lizzy menggenggam ujung baju piayamanya, beranjak berdiri dan kembali masuk ke kamarnya. Ia meraih ponselnya, mencari kontak Dirga dan langsung mengirimnya pesan. Ya, Lizzy tidak akan berhenti sampai di sini.

***

            Orang bilang, hidup itu banyak teka-tekinya. Jangankan hidup orang lain, Dirga pun merasa hidupnya seperti itu. Tidak bisa ditebak arahnya mau ke mana. Banyak orang yang hidup di balik dinding yang mereka bangun sendiri. Mereka terjebak bersama rasa takut yang mereka sendiri tidak tahu kapan usainya. Termasuk, Lizzy. Gadis yang tidak pernah bosan memasang wajah cerianya. Dia yang setiap pagi memberikan Dirga seporsi cinnamon roll sejak kepergian ibunya, seolah-olah kesedihan Dirga bisa langsung hilang hanya dengan menelan makanan itu.

DILIZZY (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now