Chapter 6

830 175 20
                                    

Suara dering ponsel yang berasal dari kantung celana jeansku pun terdengar. Segera ku ambil dan mulai melihat nama yang tertera disana.

"Hai, Ayah!" Ucapku dengan sangat gembira. Sudah lama sekali aku tidak mendengar suara dari Ayahku. Dan aku merindukan semuanya.

"Hai, Leana. Apa kau sedang sibuk?"

Aku nenghela nafasku pelan. "Tidak, Yah. Apa ada sesuatu yang terjadi di sana?"

Tidak ada suara yang terdengar. Hingga akhirnya pada dua detik kemudian, Ayahku mulai angkat bicara lagi.

"Aku tidak tahu kau akan menerimanya atau tidak. Ini sudah menjadi keputusanku, Leana. Maafkan aku jika keputusan yang ku buat tidak sesuai dengan keinginanmu. Maafkan Ayah, Leana. Ayah sungguh merasa sangat bersalah. Dan-kau tahu, aku merasa bahagia atas keputusanku."

Aku mengernyit tanda tidak mengerti. Sebenarnya, apa yang dibicarakan oleh Ayahku? Mengapa perkataannya membuatku semakin merasa penasaran?

"A-aku tidak mengerti dengan arah obrolan ini, Yah. Katakanlah yang sejujurnya."

"Kurasa kau tidak akan merasa keberatan dengan keputusanku, Leana. Ayah akan menikah dengan perempuan lain. Tepatnya, dua minggu lagi."

Nafasku terasa tertahan seketika. Dan ribuan panah terasa menusuki permukaan dadaku. Mataku semakin terasa panas, dan ponsel yang berada di telingaku perlahan turun.

Aku merindukan masa kecilku.
Aku ingin meluapkan segala kesedihanku.

Aku bangkit dari kursiku, untuk menuju laci meja di kamarku. Dengan terburu-buru, kuambil cutter dari laci dan mulai menekan tombolnya ke atas untuk memperlihatkan pisau tipis dari cutter tersebut.

Kugoreskan ujung pisau cutter tersebut ke arah pergelangan tangan kananku. Tidak peduli sebanyak apapun goresan yang terdapat, aku terus melakukannya berulang kali. Sehingga setetes darah berwarna merah kental terlihat keluar dari goresan cutter ini.

Aku merasa bebas.
**

ini bakalan lebih dari 10 chapter ya hehe tp pendek2
please, leave a vomments.

SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang