Chapter 11

920 172 45
                                    

Mata kuliahku pada sore hari ini telah berakhir. Sejujurnya, pada saat pelajaran Mr.Querzin, aku sama sekali tidak mendengarkannya dan lebih memilih untuk tidur.

Kurapihkan buku-buku yang berserakan diatas mejaku, dan memasukkannya ke dalam tas ransel kecil milikku.

Aku berjalan perlahan seraya mengeluarkan ponselku untuk sekedar melihat notifikasinya. Aku membalas satu persatu pesan yang masuk. Dan saat aku sedang mengetikkan sesuatu diatas layar ponsel, aku merasakan badanku tertabrak oleh seseorang. Serta ponselku yang jatuh ke lantai.

Aku segera mengambil ponselku, dan melihat ke arah seseorang yang kutabrak saat ini.

"H-Harry? Oh astaga, maafkan aku. Sungguh, aku sangat tidak bermaksud untu—"

Harry menaruh jari telunjuknya pada ujung bibirku. Aku segera bungkam dan merasa sangat canggung. "Untuk kedua kalinya, kau tidak perlu meminta maaf padaku."

Harry menatapku terus menerus. Dan aku tidak bisa menahan rasa ingin tersenyum. "Apa kau ada acara setelah ini?"

Pertanyaan itu terlontar lagi dari bibir Harry.

"Tidak ada, Harry."

Senyum kembali menghiasi wajah tampan Harry. "Kau sudah pasti tahu apa jawabannya. Ikutlah denganku, Leana."

**

Tebakan yang berada di kepalaku selalu benar. Harry membawaku ke sebuah danau yang sunyi. Danau ini dipenuhi dengan pohon-pohon rindang, tanah yang dilapisi dengan rumput halus, serta cuaca yang sedikit berangin.

"Aku sangat mencintai danau disini. Tempat ini adalah tempat dimana aku berfikir. Tempat dimana aku mencurahkan keluh kesah pada diriku sendiri. Tempat dimana aku mampu menenangkan diriku sendiri." Ucap Harry memulai percakapan yang cukup panjang.

"Aku tidak mempunyai tempat sepertimu. Maksudku—aku tidak tahu tempat apa yang bisa menenangkan diriku sendiri. Aku jauh berbeda dengan dirimu, Harry."

Dari sorot tatapan matanya, Harry tampak bimbang dengan ucapanku. "Apa yang kau maksud dengan jauh berbeda denganku?"

"Well, setiap manusia pasti mempunyai bebannya masing-masing, bukan? Aku mempunyai banyak persoalan hidup. Dan tidak ada seorangpun yang mengetahui hal tersebut. Aku hanya tidak ingin merepotkan orang lain. Biarlah diriku sendiri yang menahan rasa sakit tersebut. Dan aku tidak ingin ada orang lain yang menanggungnya."

Seketika sebuah lengan besar dan hangat menerpa tubuhku. Harry memelukku dengan erat. Ku tumpahkan semua air mata yang berada di pelupuk mataku. Aku tidak mampu menahannya lagi. Hangatnya suhu tubuh Harry membuatku nyaman.

Aku merasa aman bersama Harry. Aku merasa dilindungi dengan bersama Harry. Detak jantungku berubah menjadi tempo yang lebih cepat, saat Harry mengusap-usapkan tangannya dipunggungku.

"Kau tidak perlu takut merasa berbeda dengan yang lainnya hanya karena mempunyai beban yang banyak. Dan terkadang, perbedaan sangat dibutuhkan saat sebuah opini selalu sama. Perbedaan selaly memberikan sesuatu yang berbeda."

Aku terdiam dan sebuah isak tangis terdengar dari diriku sendiri. Mengapa Harry begitu peduli terhadapku?

"Aku selalu ada disini jika kau membutuhkanku. Jangan aggap aku sebagai sebuah omong kosong. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk selalu berusaha bersamamu, Leana. Tetaplah bersamaku. Dengan kehadiranmu di sisiku, aku merasa nyaman bersamamu, Leana."

Aku melepaskan pelukanku dengan Harry. Aku merasa sedikit lebih tenang, dan bebas. Harry menatap ke arahku, dan menggenggam tangan kananku.

Aku sedikit meringis kesakitan. Harry tidak sengaja memegang luka cutting di tanganku. Aku selalu menutupi luka tersebut dengan menggunakan gelang. Tapi, kali ini aku gagal.

Harry menggenggamnya dekat dengan arah gelang yang tertutupi luka ku.

"Genggamlah jemariku, Harry." Tuturku pada Harry.

Harry terlihat mengernyit. Dan segera membuka gelangku. Raut wajah kekecewaan terpancar seketika. "Kau melakukan cutting? Kau tahu, Leana. Kau terlalu bodoh membiarkan dirimu sendiri tersakiti."

"Aku tidak bisa menahan itu semua, Harry. Dan aku memang terlalu bodoh untuk itu. Aku tidak menemukan kebahagiaan lain dihidupku, Harry."

Harry terlihat melepaskan semua gelangku, dan mulai mengecup luka yang ada.

"When you feel like you want to cutting, I want you to take my arms, look me in the eyes, and cut me as many times as you would yourself. Don't hurt yourself, Leana."

**

gue ngetik ini kyk pengen teriak:")

dont forget to leave a vomments oke

SadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang