Chapter 15

963 148 38
                                    

Rencanaku di pagi hari ini cukup berhasil. Aku berusaha untuk mengacuhkan Harry. Tidak peduli seberapa banyak panggilan yang ia tujukan padaku, aku tetap tidak memperdulikannya.

Aku tahu.
Aku membuat diriku sendiri merasa bersalah. Membuat diriku sendiri jauh merasa kecewa. Dan segelintir rasa kecewa menyelimuti diriku. Tetapi, aku harus menerima kenyataan yang ada saat ini.

"Leana, please."

Aku memejamkan mataku, dan kembali membukanya. "Tidak, Harry. Aku tidak punya banyak waktu untukmu."

"Apa yang salah dengan diriku? Apa aku pernah membuatmu kecewa? Leana, aku mohon. Berbicaralah padaku." Pinta Harry yang dilanjutkan dengan menggenggam tanganku.

"Tidak, Harry. Maafkan aku."

Aku berusaha berjalan menjauh dari Harry. Namun, suara beratnya kembali membuatku berhenti berjalan seketika.

"Leana, apa kau mencintaiku?"
**

Tidak ada hari yang istimewa bagiku. Seiring dengan waktu berjalan, aku merasa hampa. Aku merasa sesuatu yang mengganjal, dan aku tahu itu. Tidak mudah bagiku untuk menjawabnya. Tidak mudah bagiku untuk menjelaskan padanya.

Dan kali ini, aku memberinya kesempatan.
Aku memberi kesempatan terakhir untuk Harry. Ia mengajakku untuk sekedar bersantai di taman. Tempat dimana ia mengecup luka cutting yang ada di pergelangan tanganku.

Oh, bahkan aku masih bisa merasakan bagaimana Harry mendaratkan bibir polosnya ke arah pergelangan tanganku.

"Earth to, Leana."

Aku menggelengkan kepalaku dan melihat Harry menatapku dengan khawatir. "Well, maafkan aku, Harry. A-aku mempunyai banyak pikiran akhir-akhir ini."

"Jika kau tidak keberatan, maka kau boleh menceritakannya padaku."

Aku menarik napasku perlahan sebelum angkat bicara. "Aku merindukan Ayahku. Semenjak Ayahku menikah, ia tidak pernah lagi menghubungiku. Dan bahkan, aku tidak tahu siapa istri barunya tersebut."

"Kau tahu, Leana? Nasib keluargaku mungkin terlihat sedikit mirip. Ayah ibuku bercerai. Dan aku tinggal bersama Ibuku, beserta kakak perempuanku. Aku berada jauh dengan Ibuku. Hanya kakak ku yang masih setia mengabariku."

Aku terdiam mendengar kalimat yang dilontarkan Harry. "Kita sama-sama terluka, Harry. Percayalah."

"Ya, aku tahu itu. Leana, bisakah aku meminta waktumu sebentar? Aku harus mengambil sesuatu di mobilku."

Aku hanya mengangguk pasrah.

Harry berjalan menjauh untuk menuju mobilnya. Dan aku terdiam memandangi keadaan sekitar. Cukup sepi dan sangat damai. Hembusan napas angin membuat rambut-rambut di kepalaku sedikit berterbangan.

Otakku kembali mengingat kejadian yang terjadi saat beberapa hari lalu bersama Holly. Ini bukanlah sepenuhnya salah Holly. Aku sudah memikirkan hal ini secara matang. Aku akan tetap menjalin hubungan pertemanan bersama Holly, dan merahasiakan semuanya. Termasuk perasaanku terhadap Harry.

Well, aku tidak ingin dicap sebagai 'memakan teman.' Bukankah lebih baik jika aku tetap menyembunyikan itu semua? Maksudku, jika Holly tahu perasaanku terhadap Harry, semuanya akan menjadi lebih rumit.

"Aku bukanlah seorang lelaki yang diidamkan oleh para wanita. Aku bukanlah seorang lelaki yang sempurna. Tetapi aku ingin, menjadi sesosok yang sempurna di matamu. Aku ingin membuat diriku menjadi berarti di mata seseorang. Aku ingin, keberadaanku membuatmu merasa nyaman,"

Aku tersentak saat Harry mulai berbicara di depanku lengkap dengan satu bucket bunga yang bermacam-macam bentuk.

"Aku mencintaimu, Leana. Aku tidak peduli jawaban apa yang darimu. Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku. Menahan diriku selama berbulan-bulan untuk menjadi milikmu. Leana Scott, maukah---"

"Harry." Ucapku memotong perkataan Harry. Aku tidak sanggup mendengar kalimat lanjutan dari Harry. Itu terdengar semakin membuat diriku terluka. Dan termasuk membuat Holly terluka.

Harry terlihat gugup dan menggigit bibir bawahnya. "Ya, Leana?"

Menatap mata hijaunya yang semakin dalam, membuatku tidak bisa mengucapkan kata-kata. Seakan lidahku terasa sangat kaku, dan membuat napasku tidak beraturan.

"Aku tidak bisa, Harry."

Sorot wajah kecewa sangat terpancar dari mata Harry. "Ya--aku tahu, Leana. Aku terlalu bodoh untukmu. Kau mencintai lelaki lain, bukan? Aku hanya--"

"Tidak. Well, maksudku a-aku tidak mencintaimu. Aku tidak bisa melakukan untuk mencintaimu. Aku tidak bisa, Harry. Dan aku tidak bisa menjadi seseorang yang selalu ada untukmu. Aku tidak bisa membuatmu merasa nyaman bersamaku. Percayalah, Harry. Ini jauh lebih menyiksa dibandingkan dengan perasaanmu saat ini."

Aku tidak bisa menahan tangisku. Bucket bunga yang ada di tangan Harry terjatuh. Harry terlihat menundukkan kepalanya. "Aku tahu, Leana. Tapi, tidak bisakah kau memberikanku waktu?"

"Waktu? Tidak, Harry. Kau mencintaiku? Itu semua terdengar seperti omong kosong saat melihatmu berciuman ganas dengan perempuan lain. Tidakkah kau memikirkan perasaanku?"

"Aku mabuk, Leana. Aku tidak ingat hal apapun saat di pesta Turner."

Aku menghembuskan napasku pasrah. "Tentu, kau mabuk. Sehingga tidak ingat siapa perempuan tersebut. Well, Harry. Bisakah kau membantuku?"

Harry terlihat berpikir. "Jika itu demi kepentinganmu, akan ku lakukan."

Aku mengepalkan tangan kananku, dan meremas ujung kemeja milikku.

"Menjauhlah dariku, Harry. Aku tidak ingin membuatmu jauh lebih terluka. Karena jika aku tetap bersamamu, maka akan ada seseorang yang jauh lebih merasa terluka."

Harry terkejut beberapa saat. "Tidak, Leana. Kau tidak bisa memaksakan keadaan. Aku tahu, kau hanya membohongi perasaanmu sendiri."

"Aku tidak membohongi perasaanku sendiri. Aku hanya berusaha membuat diriku nyaman dengan berada jauh darimu,"

"Well, Harry. Tentu kau tahu Holly, bukan?"

Harry menganggukkan kepalanya.

"I want you to love her. I want you to love her as much as you love me. Holly loves you. She really do. And you-- Harry Styles, you deserve someone who loves you with every single beat of her heart."

Aku tahu, membuat keputusan sangatlah menyiksaku. Namun, berada di dekat Harry akan terus membuat Holly merasa jauh lebih tersiksa. Aku merasa lebih baik diriku sendiri yang merasakan itu semua.

"Tapi aku tidak mencintainya, Leana! Kau tidak bisa memaksakan perasaanku."

Aku berdecak frustasi. "But you've promise me, Styles. Just try it. And there's nothing you can't do, if you put your mind to it. Be with you, it doesn't mean we belong to each other, Harry."

Aku berjalan menjauh dari Harry. Aku tidak tahu dimana arah tujuanku. Aku hanya ingin berada jauh darinya.

"I will try my best for you, Leana. I'd do this because I love you. And I really do. Just remember that."

Aku mendengarnya mengucapkan kalimat yang terdengar jelas di telingaku. Aku berusaha tidak peduli, dan berpura-pura tidak mendengarnya. Jika aku lebih menuruti keinginanku, maka aku akan merasa sangat egois.

Berada di dekat Harry mampu membuatku nyaman. Tetapi, disatu sisi mampu membuat hati seseorang terluka.

Aku tahu, ini adalah kesalahan fatal yang kuperbuat. Tapi, jika itu berhasil membuat perasaan seseorang lebih bahagia, bukankah itu lebih baik?

Aku membohongi diriku sendiri.
Aku membohongi perasaanku sendiri tepat di saat Harry menyatakan perasaannya.

And I let him go for the one who really loves him.
**

yay
cinta itu, ngga harus saling memiliki, 'kan?

TSSSAAAAHH SA AE MAK
abis ini Epilog. Dan mungkin kalo kepikiran bakal ada Bonus Chapter.

AR YU REDEEHH FOR EPILOG? AYYAYEE

quotenya sedep juga=)) sebagian nemu, dan sisanya mikir sendiri hehe #gapentingsih

SadnessWhere stories live. Discover now