prolog.

2.5K 170 16
                                    

Ribuan tahun telah terlewati semenjak Rimuru berhasil mengalahkan Yuki.

Dalam ruangan kerja nya, Rimuru sedang duduk mengerjakan beberapa dokumen tentang perihal permasalahan Tempest.

"Hmm? Tidak ada masalah yang terlalu serius. Semua bisa di atasi seperti biasanya."

Waktu berlalu cukup cepat hingga sinar jingga menembus masuk memalui jendela Rimuru.

"Akhirnya selesai juga."

Rimuru meregangkan tubuhnya pasalnya dia selalu duduk di tempat ini sedari pagi, meskipun dia tidak membutuhkan peregangan itu.

"Rimuru-sama, biarkan aku membawakan beberapa teh dan makanan kembali." Suara Shuna terdengar dan Rimuru hanya menanggapinya dengan senyum dan anggukan kecil.

Rimuru duduk di sofa panjang sembari menikmati udara sore hari yang masuk. Rambutnya berkibar ketika semilir angin menerpanya.

Shuna yang telah membawakan Kemabli teh dan makanan yang baru, ia menyimpan nya di meja depan sofa Rimuru duduki.

"Silahkan Rimuru-sama."

"Ahh, terimakasih Shuna."

Rimuru mengambil teh tersebut dan menyesapnya perlahan, menikmati rasa yang ada di dalamnya. Ia memotong kue yang ada di sana menggunakan garpu dan memakannya. Punggungan bersandar di sofa itu hingga kepalanya sedikit mendongak ke atas.

"Hahh, ternyata cukup melelahkan juga meskipun Kerjaan ku hanya duduk seharian di sini."

Shuna hanya tertawa kecil mendengar tuannya mengeluh, ia kemudian berjalan ke belakang tuannya.

"Permisi Rimuru-sama."

Rimuru sudah mengerti dengan apa yang akan di lakukan Shuna, jadi dia hanya diam saja. Shuna memijat perlahan dahi Rimuru dengan lembut, berharap menghilangkan penat yang ada pada tuannya.

"Itu luar biasa Shuna." Puji Rimuru.

"Hehe terimakasih."

Menikmati pijatan dari Shuna, ia tak menyadari bahwa waktu telah lama berlalu hingga malam hari. Akhirnya Rimuru pulang ke rumah pribadinya yang berada di bukit, jauh dari pemukiman Tempest untuk menjaga ketenangannya.

Setelah mengganti bajunya ke setelan tidur berwarna merah tua yang agak tipis. Ia membaringkan tubuhnya di tempat tidur.

<<Master, Ada energi yang tak di kenal mengarah kepada Master.>>

Rimuru membuka matanya, mendengar partner nya itu berbicara.

"Energi tak di kenal?" Tanya Rimuru heran.

"Apakah itu berbahaya?"

<<Tidak, sebenarnya itu hanyalah sihir pemanggil dari dunia yang berbeda>>

"Sihir pemanggil kah."

Dan muncul lah ide dari kepala Rimuru.

"Jangan lenyapkan sihir itu Ciel."

<<Sesuai keinginan mu Master.>>

Dengan begitu, lingkaran sihir tercipta di sekitar Rimuru dengan cahaya merah dan beberapa bacaan kuno yang mengelilinginya. Membuatnya menghilang dari sana, Rimuru seolah jatuh ke dalam lubang yang memiliki warna-warna yang berbeda saling tercampur satu sama lain, dengan kecepatan jatuh yang sangat tinggi.

Dengan begitu, Rimuru sudah tidak lagi berada di Tempest.

Ia berada di tempat yang tak pernah ia kunjungi, dengan altar besar dan beberapa api obor. Serta banyak orang yang mengelilingi. Pemanggilan itu berhasil, namun mereka tidak tau siapa yang mereka panggil bukanlah manusia ataupun mahkluk sembarangan.

Itu adalah Rimuru Tempest, penguasa besar hutan jura yang agung.

Bersambung.

Traveling Between DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang