Chapter 01. Berkah atau kutukan?

1.9K 168 20
                                    

Di sebuah altar yang besar dengan obor yang menyala di sekililingnya, menambahkan kesan yang horor di kala malam menyelimuti.

Di tengah tengah altar tersebut terdapat 10 orang yang berdiam melingkar dengan banyak garis dan bacaan kuno yang terdapat di lantai altar.

Ada satu perempuan dan satu laki-laki yang berada sedikit jauh di area tersebut dan hanya diam untuk mengamati saja.

Cahaya bulan purnama tepat bersinar ke arah pusat lingkaran yang mereka buat.

Mereka kemudian merapalkan mantra secara bersamaan dengan tangan yang saling menggenggam satu sama lain, garis altar yang telah mereka buat perlahan memancarkan cahaya hitam kemerahan. Bahasa Kuno perlahan menjalar menuju garis yang telah di tentukan dengan cahaya hitam kemerahan yang semakin bersinar.

Cahaya tepat berkumpul di tengah mereka melingkar hingga menghasilkan cahaya yang menyilaukan mata. Namun ke sepuluh orang itu tetap merapalkan mantra, mereka tidak akan berhenti sampai mereka berhasil.

"Apakah ini baik-baik saja?" Khawatir si gadis kepada pria yang berada di sampingnya kala ia melihat cahaya yang di buat 10 orang tersebut kian membesar.

"Kita memiliki resiko yang sama besarnya." Laki-laki yang berada di sampingnya membalasnya dengan tegas kala ia melihat ke sekitar altar tersebut. Mendapati beberapa orang yang berjaga mengelilingi tempat itu untuk bersiap jika sesuatu yang buruk terjadi.

Angin berhembus besar membuat beberapa objek berterbangan, memadakan api obor yang menjadi penerangan. Suasana di sana menjadi sangat mencekam kala cahaya yang telah bersinar cukup lama itu menjadi padam seketika.

Asap debu bermunculan membuat penglihatan mereka tidak jelas.

"Apakah berhasil?" Tanya salah satu orang yang melakukan pemanggilan tersebut.

"Sepertinya berhasil, tidak ada satupun kesalahan yang kita lakukan selama sesi tersebut."

Sementara itu, para pasukan yang telah mengelilingi altar tersebut di balik bayangan. Menggengam erat senjata mereka masing-masing dengan mata yang menyala di balik gelapnya malam.

Perlahan debu mulai menghilang seiring berjalannya waktu, ketika semua orang menelan ludah gugup karena kecanggungan itu berselang cukup lama.

Di balik asap debu itu, terlihat sebuah sosok bayangan yang sedang duduk bersila kala ia bertopang dagu menggunakan tangan kanannya. Hingga semua terlihat jelas ketika asap debu itu menghilang sepenuhnya, menampilkan sosok gadis berambut biru keperakan dengan mata emas yang seakan bisa melihat segalanya. Kulit putih pucat bagaikan salju dengan senyum yang terukir di wajahnya.

"Eh? Manusia? Bukankah ini adalah pemanggilan Iblis?" Heran sang gadis tak sangka melihat seorang manusia yang telah terpanggil. Ia melihat ke arah sang lelaki yang hanya terdiam kala matanya terus menatap Sosok berambut biru tersebut.

"Indah sekali ..."

"Kakak!" Sang gadis sedikit berteriak di dekat telinganya, membuat sang lelaki atau bisa di bilang kakaknya tersentak kaget karena panggilannya yang tiba-tiba.

"Ini bukan waktunya untuk bercanda!" Lanjut gadis itu dengan kesal.

"Ah! Maaf maaf."

Si gadis mengalihkan kembali pandangannya ke arah sosok berambut biru yang telah terlihat sepenuhnya.

"Apakah Iblis juga memakai piyama jika mereka ingin tidur?"

"Ohh, kau memiliki mata yang bagus." Ucap Gadis berambut biru keperakan itu.

Terdiam ... Semua orang yang ada di sana terdiam seketika, membelalakkan matanya karena situasi yang tak masuk akal telah terjadi. Mereka semua terkejut bahkan tanpa bisa bereaksi sedikitpun, gadis berambut biru itu telah tiba tepat di depan gadis yang sedang berbicara dengan kakaknya. Semua orang menelan ludah serentak dengan kecepatannya yang tak masuk akal itu, layaknya teleport karena mereka sendiri tidak melihat dia bergerak sama sekali.

"SEGERA AKTIFKAN SIHIR PENGEKANGAN!!"

Mendengar teriakan dari salah satu orang yang memimpin upacara pemanggilan. Sembilan orang lainnya segera mengulurkan tangannya ke arah gadis berambut perak tersebut dengan cepat, membuat beberapa rantai besar menjalar dari sana. Melingkari kaki sang gadis berambut biru hingga ke tubuh dan tangannya hingga dia tak bisa melakukan apapun.

Si gadis berambut biru itu sedikit melayang di udara dengan rantai yang saling mengikat di antara tubuhnya, para pasukan tiba mengelilingi gadis tersebut untuk waspada.

"Tuan putri, Pangeran, mohon untuk menjaga jarak." Perintah seseorang pria yang berada tepat di depan keduanya, bisa di artikan dia adalah pemimpin kelompok tersebut.

Dari kesepuluh orang yang memanggil tersebut, satu di antara mereka berjalan ke arah gadis berambut perak itu. Ia mengangkat tangannya dan cahaya keluar dari sana.

Sepertinya sihir pengekangan akan segera di laksanakan.

Namun ... Tidak semudah itu Ferguso!

Ketika orang itu hendak memberikan sihir pengekangan tersebut, rantai yang telah mengikat gadis berambut biru itu pecah berkeping-keping layak nya kaca yang mudah untuk di retakan. Gadis itu melompat ke belakang hingga keluar dari kepungan pasukan dengan mudah.

"Pasukan bersiaga!!!" Sang pemimpin berbalik dan berteriak dengan lantang menatap ke arah Gadis rambut biru keperakan itu dengan wajah yang tegas. seluruh pasukan berbaris dengan rapih dengan putri dan pangeran yang berada di belakang mereka.

"Tunggu, apakah kita harus melakukan ini? Dia jelas-jelas tidak terlihat berbahaya."

"Tuan putri, kau tidak bisa melihat iblis hanya dari luarnya. Mungkin dia berpenampilan seperti seorang gadis berusia 17 tahun, namun di antara kita tidak ada yang tau pasti berapa umur dari iblis itu." Jelas sang komandan dengan menyipitkan matanya tanpa mengendurkan kewasapdaaanya.

"Tapi ..., Dia terlihat seperti manusia ... Sama seperti kita ..."

"Aku sudah bilang bukan, jangan melihat iblis hanya dari luarnya saja."

Pedang telah di keluarkan dari sarung sang komandan.

'Jelas dia sangat berbahaya terasa dari aura yang dia keluarkan.' Pikir sang komandan.

"Semua pasukan bentuk formasi dan serang secara bersamaan!"

Gadis berambut biru itu hanya terdiam tanpa kepanikan sedikitpun ketika puluhan pasukan mulai berlarian menyerangnya.

"Apakah ini jamuan ketika aku baru tiba di dunia baru?" Heran gadis tersebut.

Satu prajurit yang telah sampai di depannya menyerang gadis itu dengan tebasan yang sangat kuat. Dengan gerakan yang lincah dan lihai, gadis itu sedikit menghindari serangan tersebut dengan sedikit menunduk ke bawah dan mengaitkan tangan kanannya ke tangan prajurit itu. Dengan gerakan cepat, bantingan keras menghantam sang prajurit hingga tanah yang ada di bawahnya retak.

Menarik prajurit yang telah di bantingannya, gadis itu menarik sang prajurit dan melempar nya ke arah prajurit lain yang tengah berlari ke arahnya. Membuat beberapa prajurit terjatuh karena lemparan manusia yang gadis itu layangkan sangat kuat.

Beberapa prajurit yang berhasil menghindari temannya yang di lempar segera mengajarkan serangannya ke arah gadis tersebut.

Dengan gerakan yang cepat serangan itu di hindarinya, memutar tubuhnya hingga berada di udara. Gadis itu telah berada di belakang sang prajurit, membuatnya sebagai pijakan hingga sang prajurit menabrak tanah karena tekanan yang di berikan, dengan lompatan yang sebelumnya. Gadis itu melayang ke arah prajurit yang sedang menyerangnya dengan gerakan menusuk karena gadis itu sedang berada di udara, namun tusukan itu di hindari ketika gadis itu memutar tubuhnya dan mendarat tepat di depan prajurit tersebut. Memberikan tendangan tepat di lehernya yang membuatnya terpental jauh menabrak dinding dan keluar dari area altar.

Gadis itu tak berdiam diri dan menyerang kembali ke arah prajurit yang hendak menyerangnya. Semua pertarungan itu di lakukannya hanya dengan tangan kosong tanpa perlengkapan apapun, membuat keseluruhan prajurit di sana terkapar tak sadarkan diri.

"Apa kau di sini pemimpinnya?" Tunjuk sang gadis ke arah sang komandan.

Bersambung.

Traveling Between DimensionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang