27. Night Together

2.9K 316 36
                                    


Please, don't be a silent reader.

Happy reading ....

Never regret a day in your life; good days give happiness, bad days give experiences, worst day give lessons, and best day give memories.

NOT YOU // BROTHERSHIP —



.



.




.




.






Langkah kaki Skala ia ayunkan keluar dari dapur dengan dua minuman botol yang ia genggam. kemudian ia kembali melangkah pelan menuju kolam renang. Dari jarak 20 meter, Skala dapat melihat adiknya yang kini tengah berenang.

Beberapa menit berlalu, Skala duduk di pinggir kolam menunggu Angkasa selesai berenang. Ia tersenyum tipis saat melihat adiknya yang sedang berenang mendekat ke tepi.

Angkasa kemudian naik dan duduk di sebelah Skala. Ia mengambil handuk yang memang sudah Angkasa sendiri persiapkan sejak tadi. Membalut tubuhnya yang handuk tebal itu. Walau pada akhirnya akan tetap basah karena kaos tipis yang Angkasa pakai tidak cowok itu lepas. Tetap saja, dengan adanya handuk itu membuatnya terasa lebih hangat.

Skala menyodorkan sebuah botol minuman yang langsung diterima sepenuh hati oleh Angkasa. “Thanks.”

“Sa, kalau orang tadi beneran Kakak lo, apa yang bakal lo lakuin selanjutnya?” pertanyaan bodoh itu keluar begitu saja dari mulut Skala.

“Gue bakal bakal bawa dia balik.”

Hening, Skala kini tampak larut dalam pikirannya sendiri. Sedang, Angkasa sibuk memperhatikan wajah Skala yang ekspresinya tampak berbeda.

Mengerti dengan arti wajah yang Skala tampilkan, Angkasa bergerak merangkul pundak sang kakak, lalu berkata, “Kenapa sih? Tenang aja, kalau nanti Benua udah pulang, lo tetap bakal jadi Kakak gue. Kakak yang ngeselin, bawel tapi perhatian. Itu nggak akan berubah, Kala.”

Tersentuh, sudah pasti. Karena tak bisa dipungkiri, Skala merasa takut jika setelah Benua kembali, Angkasa jadi menjauhinya. Tapi syukurlah, hal itu rupanya hanya ada dalam imajinasinya saja. Buktinya, adiknya secara tak langsung sudah berjanji akan terus bersamanya, bukan?

“Gue terharu, lo kok sekarang manis banget sih, Sa.” Kata Skala menggoda adiknya sambil mencubit pipi Angkasa agak kencang yang membuat adiknya itu menggerutu sebal.

“Anjir, sakit tahu nggak.” Angkasa mengusap-ngusap pipinya yang habis dicubit Skala. Netra bulatnya menatap tajam ke arah Skala.

Sedang, Skala justru cengengesan sendiri tanpa dosa. Suasana hatinya begitu senang hari ini. “Sa, jalan-jalan yuk, ke mana gitu.”

“Nggak, ini udah malam.”

“Baru juga jam tujuh,” balas Skala tak mau kalah.

“Tetap aja ini udah malam. Angin malam tuh nggak bagus buat kesehatan lo,” ucap Angkasa sungguh-sungguh.

Lagi dan lagi, Skala sempat terperangah dengan apa yang adiknya ucapkan. Angkasa begitu memperhatikan kondisinya. Padahal, biasanya keluar malam-malam tidak akan membuatnya sakit.

“Sa, ayolah janji gue nggak akan sakit.”

Angkasa menghembuskan napasnya kasar. Entah dari kapan mulainya, tapi yang jelas Angkasa tak akan membiarkan sesuatu hal buruk terjadi pada Skala. Ini mungkin terlalu berlebihan, tapi yang jelas Angkasa sekarang sungguh menyayangi Skala sebagai kakaknya.

NOT YOU || BROTHERSHIPWhere stories live. Discover now