Side Of Life : Angkasa

2.6K 288 22
                                    


Please, don't be a silent reader.

Happy reading ....

.
.
.

Ada begitu banyak kejutan dalam hidup ini. Sama halnya dengan yang Angkasa rasakan sekarang. Dulu, ia pernah merasakan hidupnya yang hampir terasa sempurna, sampai-sampai ia tak pernah memikirkan kalau dunianya bisa hilang hanya dalam satu kedipan mata.

Perpisahan orang tuanya menjadi yang pertama, Angkasa sangat hancur saat itu. Begitu tahu jika keluarganya tak akan lagi utuh. Setelah semuanya berantakan, hanya ada satu orang yang masih menjadi sandarannya. Yaitu kakaknya, Benua.

Sampai akhirnya, hari itu tiba. Hari di mana Benua juga ikut meninggalkannya. Tidak ada yang lebih hancur dari pada orang yang kita sayangi tiba-tiba ikut meninggalkan kita.

Juga, datangnya sosok Skala dalam hidupnya yang dulu amat Angkasa benci. Angkasa tak menampik, kalau Skala itu baik, namun kebiasaan-kebiasaan yang Skala tunjukkan waktu itu, begitu mengganggu Angkasa.

Ia begitu marah, tak terima dengan perlakuan Skala yang sedikit banyaknya mirip dengan Benua. Angkasa tak bisa menerima itu semua. Kasih sayang yang Skala berikan tak jarang membuat hatinya yang semula gersang, menjadi hangat kembali.

Sampai pada akhirnya, ia tak bisa berbohong, kalau ia juga menyayangi Skala sebagai kakaknya. Apalagi saat Angkasa tahu jika Skala ternyata mempunyai penyakit yang serius, ia semakin tak ingin kehilangan sosok itu.

Nyatanya, Skala tak hanya memberikan nyaman, tapi juga aman. Berada di dekatnya, membuat Angkasa jauh merasa bahagia. Tak jarang, ia juga tak sadar jika sering tersenyum saat berada di dekat Skala. Seakan energi positif yang berada di diri Skala, ikut menular padanya juga.

Namun, semesta selalu mempunyai kejutan tak terduga untuknya. Di saat ia mulai menerima takdir yang Tuhan gariskan, justru di sinilah awal mula kehancuran hidupnya.

Awalnya, hanya ada satu alasan mengapa Angkasa memilih untuk bertahan dari kehidupannya yang tanpa warna waktu itu, yakni mencari Benua. Angkasa sempat besar kepala kalau ia pasti akan menemukan kakaknya, di mana pun dia berada.

Namun rupanya, semuanya tidak seperti apa yang Angkasa harapkan. Benua tak kunjung ia temukan, Angkasa sebenarnya belum ingin menyerah, namun kenyataan yang ia dapatkan, benar-benar membuat hatinya hancur tak bersisa.

Kakaknya telah pergi meninggalkannya ke tempat yang jauh. Jauh sekali dan tak akan pernah bisa Angkasa jangkau lagi.

Angkasa merasa marah, namun ia tak tahu siapa yang harus ia salahkan. Menyalahkan Tuhan? Agaknya Angkasa akan sangat tidak tahu diri. Menyalahkan Takdir? Sudah sangat sering Angkasa menyalahkan takdir hidupnya yang kelam. Lalu, menyalahkan manusia? Mungkin itu bisa jadi satu-satunya pelampiasannya saat ini.

Sebenarnya Angkasa hanya bingung bagaimana cara melampiaskan kesedihannya. Hingga akhirnya ia ikut mati rasa.

Untuk saat ini, ia hanya bisa melihat satu sisi saja. Sisi dari dirinya sendiri. Bagaimana sisi yang ia punya semuanya sudah hancur tak tersisa, tanpa mau melihat sisi lainnya lagi. Jika, masih ada begitu banyak orang yang menyayanginya.

Ikut mencoba membangun sisi-sisi yang telah rusak itu. Namun sekali lagi, Angkasa selalu menutup mata untuk hal itu. Menutup rapat-rapat pintu itu. Hingga tanpa di sadari, justru Angkasa sindirlah yang membuat ia tinggal selamanya dengan pecahan-pecahan yang terkubur di hatinya.

Tak membiarkan satu orang pun masuk ke sana. Untuk sekarang, Angkasa hanya ingin dirinya sendiri, itu saja.

Angkasa menatap kosong ke luar, dari jendela kamar rawatnya. Ada begitu banyak hal yang ia lihat, namun yang paling menarik perhatiannya adalah langit cerah di atas sana bersamaan dengan panas matahari yang terasa menyengat kulitnya.

NOT YOU || BROTHERSHIPWhere stories live. Discover now