2ㅡ Suara bawah tanah.

57 17 6
                                    

"Valerie!"

Aku menoleh ke arah Beelzebub yang berada di belakangku saat ini. Ia berlari kecil menghampiri ku dengan wajah polosnya yang seperti bayi. "Mau kemana?" tanyanya. Aku tersenyum ke arahnya, ku jawab, "Ke dapur, kayaknya aku kangen masakan dunia manusia". Kedua mata Beelzebub ketika mendengar kata 'makanan' langsung berbinar, ia menunjukkan ekspresi senangnya.

"Gue boleh ikut? Gue pengen nyoba juga! Nanti gue bantuin!" Aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang seperti anak kecil dan langsung mengajaknya pergi menuju dapur. Setibanya disana, ku buka satu per satu laci lemari dan kulkas tempat menyimpan bahan makanan. Sejauh ini aku baru menemukan pasta, sayuran, mayonaise, butter, saus pedas, sosis dan roti.

Dengan bahan-bahan yang ada, sepertinya aku sudah tahu aku akan membuat makanan apa. "Um, maaf Beel, boleh tolong masak air panas? Airnya agak banyakan," ujarku. Ia mengangguk dan mengambil wajan untuk memasak air. Sejujurnya aku cukup terkejut, ternyata setelah menyalakan kompor disini, aku tak perlu menunggu lama agar wajannya terasa panas. Sesegera mungkin ku masukkan pasta itu ke dalam wajan yang berisikan air panas.

Dilain sisi, ku masukkan butter ke dalam teflon dan ku masukkan sosis sapi tersebut. Beberapa sudah dipotong rapih oleh Beelzebub, jadi aku tak begitu kerepotan. Selama proses memasak, Beelzebub banyak membantuku. Ia juga banyak bercerita mengenai kembarannya yang kini tengah menjalani program pertukaran pelajar di dunia manusia. Kini aku mengerti mengapa pada saat aku pertama kali datang ke ruang aula ada satu kursi kosong di samping kursi Beelzebub.

Tak beberapa lama kemudian, kami akhirnya berhasil menyelesaikan masakan yang kami buat dalam waktu yang cukup singkat. "Val, abis ini lo sibuk gak? Kalo enggak, ayo ikut gue ke kamar Levi! Kita main game disana!" ajak Beelzebub. Aku menjawab, "Ayo, aku gak ada kesibukan hari ini". Lagipula, selama dua hari kedepan karena Lucifer dan yang lain masih harus mengurusi beberapa perihal mengenaiku.

"Levi! Buka pintunya!"

"Beep beep, silakan sebut passwordnya!"

"Buka! Gue sama Val udah nunggu!"

Terdengar suara ribut dari dalam kamarnya sebelum akhirnya ia membukakan pintu untuk kami berdua. Aku dan Beelzebub masuk ke dalam kamarnya yang menurutku adalah kamar ternyaman. Tak berhenti-henti mataku melihat ke arah sekelilingku, meskipun aku bukanlah otaku dan gamers sejati seperti Leviathan, namun dengan view aquarium besar membuatku ingin memiliki kamar seperti ini.

"O-oh normies... Lo ngapain kesini sama Beel?" tanyanya. Beelzebub mengajakku duduk di sampingnya yang tengah memilih kaset game. Beelzebub menimpal, "Gue yang ajak dia kesini, soalnya gue juga mau nyicip makanan buatan dia". Dengan bahasa tubuh yang terlihat kikuk, ia menghampiri Beelzebub dan mengambil sebuah kaset game horror.

Ia lalu menyalakan televisi dan playstation nya. "Lo mau main?" tawarnya. Aku menggelengkan kepala ku dan menolak tawarannya, "Enggak, gak usah. Makasih ya, aku liatin kalian main aja". Kami bertiga pun menyantap makanan yang tadi ku buat bersama dengan Beelzebub, nampaknya Leviathan pun terlihat senang setelah mencoba makanannya.

Ia berkata, "Ini buatan lo ama Beel? Enak! Enak! Ini kayak makanan yang pernah gue makan pas di restoran western di Jepang! Hotdog dan pasta nya bener-bener mirip rasa dunia manusia!". Aku hanya bisa tertawa kecil mendengar pujian yang ia lontarkan, aku pun mengucapkan terima kasih kepadanya.

Selama mereka berdua bermain game, mereka mengajakku berbicara banyak hal mengenai Devildom dan RAD. "Lucifer selalu jarang di rumah, dia selalu sibuk dengan urusan bisnis dan OSIS bareng ama Diavolo. Dia sering pergi-pergian, sekalinya di rumah kadang dia lembur," ujar Leviathan. Beelzebub menimpal, "Iya, meski kita sebagai anggota OSIS juga sibuk, tapi lebih sibuk mereka. Jadi yang jaga rumah ya kita-kita,".

[✓] Hourglass ¦¦ Mammon [Obey Me!]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt