Chapter 04

1.1K 332 10
                                    


Juli 2014

"Ghia, Conan volume 51 udah ada di Gramed, ayo balik sekolah kita ke sana!"

Aku dan Bagja sekarang sudah menginjak bangku SMP kelas 9.

Dulu waktu SD aku tidak satu sekolah dengan Bagja, tapi semenjak SMP kami pergi ke sekolah yang sama.

Karena kelas kami yang bersebelahan, Bagja sering berkunjung ke kelasku hingga timbul beberapa pertanyaan dari teman sekelas.

Banyak yang berasumsi kalau kami pacaran karena ke mana-mana kami selalu bersama, tapi aku memperjelas bahwa hubungan kami hanya sebatas tetangga yang berteman sejak balita. Tidak lebih.

Mungkin itu juga alasan kenapa teman-teman cewekku sering minta dikenalkan dengan Bagja, yang pada akhirnya hanya akan ditolak mentah-mentah oleh lelaki itu.

"Masih SMP nggak boleh pacaran, Ghia." Begitu responnya ketika aku memberitahunya kalau banyak anak cewek di sekolah yang naksir dia.

Mungkin itu yang diterapkan Mamanya pada Bagja, karena sepanjang sekolah Bagja benar-benar tidak pernah kelihatan pedekate atau naksir perempuan. Satu-satunya perempuan yang dekat dengan Bagja di sekolah sepertinya hanya aku, sedangkan kalau di sekitar komplek, Bagja cukup dekat dengan anak-anak cewek yang sepantaran kami.

Oh, mengenai update kehidupanku beberapa tahun terakhir, aku rasa semuanya berjalan cukup baik.

Setelah Kak Aksa meninggal, aku dan Ayah mulai memperbaiki hubungan kami. Tidak bisa dibilang akrab, tapi perlahan kami mulai berkomunikasi walaupun masih agak canggung.

Ayah juga kini sering pulang ke rumah di bawah pukul 12. Bisnis yang dia jalani perlahan mulai membaik, meskipun belum bisa dikatakan sukses besar, tapi cukup untuk menghidupi kehidupan kami yang serba sederhana.

Kini Ayah bisa membeli motor matic yang seringkali dipakai untuk mengantarku ke sekolah dan mengantarnya pergi bekerja.

Aku cukup bahagia dengan apa yang aku punya saat ini, dan aku sangat mensyukurinya karena perlahan kekosongan di hatiku sedikit demi sedikit mulai terisi kembali.

Bagja adalah salah satu bagian yang mengisi kekosongan tersebut.

Dia memenuhi hari-hariku dengan kebahagiaan-kebagiaan sederhana. Mengizinkan aku merasakan kehangatan rumahnya, juga meminjamkan aku sedikit kasih sayang orang tuanya hingga aku tidak lagi kesepian.

Bagja memberikan warna-warni di kehidupanku yang kelabu.

Aku suka Bagja sebagai teman yang selalu ada di kala suka dan duka. Dan di setiap doa malamku, aku selalu panjatkan permohonan yang sama. Bagja harus ada menyaksikan setiap langkah bahagia yang aku ambil sedikit demi sedikit, sebagai saksi bahwa dia selalu mengiringiku dengan kebahagiaan di setiap langkah-langkah kecil tersebut.

Karena sebesar itulah arti Bagja dalam hidupku.

-

"Ahhhh, finally!"

Bagja mencium dan mengendus komik Detektif Conan di tangannya yang baru saja ia bayar di kasir beberapa saat lalu, kemudian memeluknya senang.

Salah satu hal yang mungkin belum sempat aku ceritakan, Bagja dan aku memiliki hobi yang sama yaitu membaca komik. Aku sebenarnya suka semua genre komik, tapi lebih dominan sport dan shoujo. Sedangkan Bagja punya obsesi tersendiri terhadap Detektif Conan.

Dulu kalau tidak salah waktu aku masih berusia 8 tahun, aku kepergok Bagja membaca komik Detektif Conan di ayunan taman komplek. Bagja yang sudah terlanjur excited dan berceloteh kalau dia juga senang membaca komik tersebut membuat aku tidak tega untuk menyangkal kalau sebenarnya komik tersebut bukan milikku, melainkan milik Kak Aksa, sehingga kesalahpahaman tersebut masih berlanjut hingga sekarang.

1520Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang