chapter 5

1.3K 160 35
                                    

●●●

Xavier meletakan tubuh Yala dengan pelan untuk mendapatkan posisi yang nyaman dalam tidurnya. Dengan tatapan hangat namun sendu Xavier menatap wajah lugu Yala. "Selamat tidur," lirih Xavier tepat ditelinga kiri Yala.

Memastikan Yala benar-benar tidur, Xavier bangkit dan membiarkan Yala tidur didalam kamarnya. Setelah itu Xavier memutuskan untuk menghampiri Maria yang kemungkinan ada dilantai bawah.

"Mamah.." panggil Xavier.

Maria menoleh sebentar dan mengajak Xavier untuk duduk disampingnya. "Kenapa Abang?" tanya Maria setelah Xavier duduk disampingnya.

"Tadi Abang berantem sama Rezka, berantem karena hal yang sama," tukas Xavier memulai perbincangan mereka.

"Karena apa?"

"Rezka ngerasa kalau Lala lebih perhatian ke Xavier dari pada ke Rezka." Maria mengangguk paham, ia sudah inti permasalahannya.

"Menurut Mamah, Abang harus gimana? Abang sayang keduanya," ucap Xavier.

"Mereka berdua mempunyai sifat yang hampir sama, sama cueknya dan gak bisa mendeskripsikan rasa perdulinya kepada orang-orang," jelas Maria. Belum lama dekat Yala namun Maria sudah mengerti dengan sifat yang dimiliki Yala apalagi dengan Rezka, Maria sudah paham benar semua tentang anak itu.

"Tapi Rezka selalu cemburu kalau Lala perhatian ke Abang, Mah." Maria mengangguk tanda paham.

"Mamah paham. Rezka itu tipikal anak yang susah ditebak tapi dia selalu ingin lebih dari orang-orang, dan kamu sebagai patokan sempurna menurut Rezka. Rezka berada diposisi yang jauh berbeda sama kamu, apa yang gak Rezka dapatkan justru kamu dengan mudah mendapatkannya," jelas Maria.

"Yala itu sepupu Rezka, dulu perhatian Lala mungkin sepenuhnya buat Rezka. Setelah kalian beranjak dewasa kalian punya pasangan masing-masing yang mungkin Rezka gak merasa cukup dengan apa yang Rezka dapat dari pacarnya, tetap Rezka membutuhkan Lala karena dia kakaknya," sambung Maria.

"Kesannya Abang ngerebut semua perhatian Lala buat Rezka ya, Mah?" Maria menggelengkan kepalanya.

"Tentu saja tidak. Rezka perhatian gak sama pacarnya?"

"Maybe."

"Itu artinya Rezka bisa perhatian ke pacarnya sedangkan ke Yala enggak, dan Yala juga begitu. Yala Rezka itu sama-sama gengsi, Bang. Susah untuk memulai padahal saling membutuhkan," tukas Maria.

"Bang.. kalau Rezka gak bisa ngertiin Lala, Lala juga gak bakal ngertiin Rezka."

"Tapi Mah.." lirih Xavier.

"Tapi apa?" Xavier menunduk.

"Abang mau Rezka bahagia tanpa kekurangan, kalau dengan ini Rezka kekurangan. Bagaimana Rezka bahagia?" tanya Xavier.

"Dengan cara?"

"Kalau Abang gak ada nanti, semua perhatian Lala pasti buat Rezka. Dan Rezka akan lebih bahagia kan?"

"Syutt. Kenapa ngomong gitu? Dengan Abang gak ada, besar kemungkinan Lala akan menyalahkan Rezka karena kamu pergi." Xavier terdiam.

"Mah Abang gak masalah kok kalau misalnya Lala lebih perhatian ke Rezka."

"No. Lala seperti itu karena Lala ngerasa Rezka ada Neira kan? Makanya Lala lebih perhatian kekamu, Bang."

"Tapi Lala ngerasa bersalah karena masalah ini. Lala ngerasa gak adil banget dan Abang juga gak ngerti kenapa Rezka bisa berpikiran seperti itu," jelas Xavier.

"Bukannya Mamah sudah menjelaskan tadi? Rezka itu beda dari kamu, Bang. Abang mendapatkan semua yang Rezka inginkan, sadar gak sadar kamu adalah sempurna yang Rezka maksud." Xavier terdiam, ia sadar sekarang.

Mxavier || ENDWhere stories live. Discover now