chapter 37

769 92 8
                                    

▪▪▪

Dimas hanya bisa tertunduk saat kedua orang tua Xavier berada di hadapannya. Dimas di paksa Kamal untuk menemui kedua orang Xavier dan mebahas sebenarnya apa motif dari semua ini.

"Dimas.."

"I-iya Om."

"Sebelum nya apa anak Om ada salah sama kamu?" tanya Erwin bertanya dengan baik-baik tak mau ada emosi dalam pertemuan ini apalagi anak itu seumura dengannya dan mungkin Dimas juga salah satu fatner anaknya dalam mengurus Osis di sekolah.

"Enggak, Om. Xavier baik sama saya, saya berteman baik," balas Dimas seadanya. Dimas juga dekat dengan Xavier karena Osis, apalagi setelah Rezka pergi ke Jerman Dimas dan Xavier semakin dekat dalam membicarakan argumen proker Osis.

"Lalu kenapa bisa kamu mecelakai anak Om? Bahkan bukan Xavier saja tapi Kamal dan bertambah kemarin Rezka, padahal Rezka pulang untuk mengobati rasa rindu nya bukan menerima semua niat jahat seperti itu," ujar Erwin menatap remaja tampan yang ada didepannya. Di samping Dimas juga ada Kamal dan si samping kiri Dimas ada Rezka.

"Maaf, Om. Saya seperti ini bukan bermaksud untuk mencelakai anak Om walau nyatanya saya memang mencelakai anak Om. Saya benar-benar terpaksa," balas Dimas.

"Terpaksa?" Dimas menganggukan kepalanya.

"Bisa kamu jelaskan dengan sebenar-benarnya?"

"Bisa.."

"Jelaskan ya, Nak," kata Maria. Sebenarnya Maria sangat kasian dengan Dimas. Anak itu terlihat sangat takut menghadap suaminya, tentu saja Dimas juga tahu bahwa Xavier merupakan anak menteri yang sangat berpengaruh.

"Gak perlu takut berucap jujur, jika kamu jujur kamu pasti dilindungi orang-orang baik," tutur Maria.

Mendengar pernyataan Maria, membuat Dimas benar-benar merasa bersalah demi apapun. Orang tua Xavier masih baik dengan segala bukti yang mengarah kepadanya.

"Ya Dim, lo jujur aja. Kalau lo jujur kita bantu buat lo keluar dari masalah lo," ujar Kamal.

"Maaf sebelumnya, Om, Tante. Abang saya bekerja di perusahaanya Om Adam yang saat ini kemungkinan akan di kelola Bang Refli, saat itu saya tidak sengaja melihat Bang Refli memata-matai Xavier setelah rapat Osis, saya dipergoki olehnya saat saya mengamati dia dan ternyata dia kenal saya yang merupakan adik dari karyawan kantor nya," jelas Dimas dan menghela nafas.

"Saat itu saat saya mau menjelaskan ini ke Xavier bahwa ada orang yang memata-matainya namun saya di ancam jika saya berani macam-macam abang saya akan di pecat, saya yang tidak tau apa apa terpaksa mengiyakan karena saya pikir saya hanya cukup diam dan membiarkan Refli memata-matai Xavier."

"Lama kelamaan Refli minta saya membantunya merusak hubungan Xavier dengan Yala dengan cara saya dekat-dekat dengan Yala. Saya sudah menolak, lagi-lagi saya di ancam dan pada saat nya saya mengiyakan karena saya gak punya pilihan lain. Saya sudah mendekati Yala tapi Xavier terus mendekat dan membuat Refli marah kepada saya karena saya gagal menjauhi Yala dengan Xavier." Dimas menjeda penjelasannya, melihat kedua wajah orang tua Xavier yang sangat serius mendengarnya. Demi Tuhan, Dimas berututur dengan seadanya.

"Xavier dan Yala tetap dekat, selang beberapa waktu saya disuruh mencelakai Xavier dengan imbalan Papah saya mendapatkan perawatan lebih lanjut, saya mengiyakan karena saya butuh Papah saya untuk tetap hidup," lirih Dimas.

Mxavier || ENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora