Tekad Aileen

2.1K 134 2
                                    

Happy Reading.









Merasakan kepalanya terasa pusing, Aileen memijat pelan pelipisnya. Baru tidur jam 1 dini hari, Aileen memikirkan keputusan yang akan dirinya ambil.

Nyatanya, setelah berpikir berulang kali, hanya menikah dengan Zayn adalah pilihan yang tepat. Karena dirinya benar-benar tidak ingin menjadi dokter.

Salah satu profesi yang sangat mulia, karena dapat menyelamatkan banyak nyawa, itulah yang membuat Aileen tidak mau menjadi dokter.

Menjadi dokter harus dari hati, agar dapat menjalankan tugas dengan baik. Jika dari awal memulai saja hatinya sudah menolak, bagaimana bisa menghadapi pasien nantinya? Akan sangat berisiko kalau dirinya sampai ceroboh.

Manarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan, Aileen turun dari ranjang, lalu melangkah menuju kamar mandi. Berharap setelah kepalanya terkena air hangat, rasa pusingnya dapat menghilang.

***

"Pagi, Sayang," sapa Anne.

"Pagi, Mom," balas Aileen.

"Are you okay, Darling?" tanya Anne.

"Yeah," jawab Aileen berbohong.

Merasa percuma jika dirinya menjawab tidak baik-baik saja, Aileen tahu apa pun yang terjadi, perjodohan tidak akan dibatalkan. Kecuali dirinya mau menjadi dokter.

Anne menghela napas pelan. "Kamu 'kan tau, di rumah ini gak ada yang bisa bohong sama Mom," ucap Anne.

"Ya. Aku tau, Mom. Tapi lebih baik aku bohong, daripada aku jujur pun gak akan mempengaruhi keputusan Mom dan Dad," balas Aileen.

Kembali menghela napas, Anne tidak mengucapkan apa pun saat melihat Arsen, Aira, dan Aila masuk ke dalam ruang makan. Ketiganya menyapa dengan wajah ceria. Sangat berbeda dengan ekspresi Aileen tadi.

Bahkan sampai saat ini pun, wajah Aileen masih terlihat tidak bersemangat. Aileen memakan sarapannya tanpa minat. Seperti orang sedang sakit dipaksa makan.

"Zayn bilang, besok dia akan jemput kamu, Aileen," ucap Arsen.

Aileen mendongak untuk menatap Arsen. "Jemput aku? Buat apa?" tanya Aileen sebelum mengambil gelas berisi air.

"Dia mau ajak kamu ke toko perhiasan untuk pesan cincin tunangan kalian," jawab Arsen.

Seketika Aileen tersedak, membuat Anne langsung memberikan tisu. Aileen mengelap bibirnya, lalu kembali menatap Daddy-nya.

"Apa? Aku baru ketemu dia sekali, terus besok udah mau langsung pesan cincin tunangan? Are you kidding me, Dad?" Aileen benar-benar tidak menyangka hidupnya akan seperti ini.

"Kamu gak punya banyak waktu buat berpikir, Aileen," jelas Arsen.

"Dad, pernikahan bukan ajang coba-coba. Ayolah... kita gak hidup di zaman dulu. Udah gak zaman dijodohin," ucap Aileen.

"Dad gak mau dengar apa pun lagi. Kamu udah setuju sama perjanjian itu, berarti harus terima semuanya," ucap Arsen.

Aileen menahan emosinya. Jika saja dirinya tidak memiliki sopan santun, pasti akan kembali membalas ucapannya Daddy-nya. Bangun dari duduknya, Aileen meninggalkan ruang makan begitu saja.

Unexpected Life [END]Where stories live. Discover now