•chapter 06.

17.3K 936 12
                                    

Alicia belum berhenti menangis, dia memikirkan nasib keluarga dan juga suami nya. Hati nya sakit kehilangan orang-orang yang dia sayangi, terutama Zayyan.

Riri memeluk Alicia, berharap pelukan itu bisa sedikit mengobati luka di hati Alicia.

"Kamu kuat kak Al,"

"Aku gak kuat." Tangis Alicia semakin deras, dia tidak tau keadaan ke-empat orang tua nya. Pupus sudah harapan nya untuk menjodohkan Zafran dengan Najwa. Dan bagaimana dengan pendidikan nya, apa dia harus mengubur dalam-dalam impian nya menjadi seorang dokter.

Angkasa merasa iba melihat Alicia, sejujurnya dia memiliki seorang pacar yang sekarang kuliah di London.

Riri mengelap sisa air mata di wajah Alicia. "Kita berdoa sama-sama, untuk keselamatan Gus Zafran dan umi Fatma, kiyai Sobri dan yang lain nya."

Alicia melepaskan pelukannya, "aku mau cari Gus Zafran."

"Engga kak Alicia! Di sana bahaya, bisa jadi ada gempa susulan."

"Gak mungkin, ini udah satu minggu."

"Di sana kacau, biarin tim sar aja yang nyari, kita bantu doa."

Alicia mengkhawatirkan Gus Zafran, bagaimana pun Gus Zafran sudah banyak berkorban untuk nya. Ia tidak tau akan seperti apa kehidupan nya di kemudian hari, sendirian.

••••

Alicia setia menunggu di depan layar televisi rumah sakit. Berharap ada berita yang memperlihatkan kalau suami nya masih hidup.

"Lo makan," ucap Angkasa dingin.

"Engga, aku gak lapar."

Angkasa meletakkan piring berisi bubur di atas meja. Dia meraih ponsel nya dan memainkan nya. Jika bukan karena rasa kasihan, dia enggan berada di sana. Alhamdulillah keluarga Angkasa semua nya selamat karena air tsunami tidak sampai ke rumah nya.

Angkasa melirik, melihat Alicia yang masih setia menatap layar televisi dengan wajah penuh harapan. Wanita dengan jilbab berwarna hitam.

"Sampe kapan?"

"Apanya?"

"Sampe kapan Lo mau ngeliatin televisi kek gitu?"

"Sampe Gus Zafran ketemu."

Angkasa menghela nafas kasar, dia tidak mau peduli. Tapi rasanya kasian, mengingat Alicia yang dulu sering di bully di hadapan nya dan tak ada satupun orang yang mau menolong nya.

Dalam hati Alicia berdoa untuk keselamatan Gus Zafran.

Hening.. hanya ada suara televisi. Riri pergi karena ada sesuatu yang harus dia urus.

Alicia kembali menangis saat melihat layar televisi menampilkan gambar pesantren Al-Azhar milik kiyai Sobri, ayah Gus Zafran yang sekarang sudah hancur karena guncang gempa.

Dia ingin pergi ke tempat terakhir dia melihat Gus Zafran. "Ya Allah, bantu Alicia, selametin Najwa dan Gus Zafran, umi dan Abi juga ibu bapak Alicia ya Allah."

Tiba-tiba, layar tersebut menampilkan gambar korban meninggal yang baru di temukan. "Itu-itu bapak Alicia?"

Angkasa melepas ponsel nya, dia menatap Alicia. Wajah Alicia sudah basah di penuhi air mata. Alicia pingsan karena tak sanggup menerima kenyataan, untung nya Riri datang tepat waktu.

Angkasa pergi memanggil dokter, sementara Riri mengurus Alicia. "Ya Allah kak Al." Riri ikut sedih, padahal dia belum tau penyebab Alicia pingsan.

Tak lama setelah itu, dokter datang untuk memeriksa Alicia. Dia berkata kalau Alicia pingsan karena syok berat. Untuk sekarang Alicia di larang berfikir terlalu keras, karena itu akan berpengaruh kepada kesehatan nya.

Duda Pesantren (Selesai)Where stories live. Discover now