•chapter 12

12K 636 40
                                    

Di sinilah mereka, di dalam mobil BMW 320i milik Zafran. Alicia dan Dimas saling diam, tak ada yang mereka obrolkan. Meski sudah sering di jemput oleh Dimas, Alicia tetap canggung dan terkesan menjaga jarak, begitu pula sebaliknya.

"Makasih," ucap Alicia saat turun dari mobil.

Dimas hanya mengangguk mengiyakan, setelah nya mobil BMW putih tersebut hilang di tikungan.

"Assalamualaikum bi Sumi," Alicia masuk dengan langkah gontai, kepala nya berdenyut sakit, nafas nya terasa panas.

"Waalaikumsalam non," bi Sumi membukakan pintu, sedari tadi dia memang menunggu kepulangan majikan nya. "Kok lemes non?"

"Gapapa bi," Alicia berlalu melewati asisten rumah tangga nya, kepalanya bertambah sakit, seperti nya migren nya kambuh.

"Gamau bibi_"

Bruk.. Alicia ambruk dan pingsan.

"Loh non?" Ucap Bi Sumi panik, dia tidak tau harus berbuat apa. Dia tidak bisa jika di suruh mengangkat Alicia.

"Non bangun non," bi Sumi menggoyangkan tubuh Alicia, berharap wanita itu segera sadar, namun nihil.

Bi Sumi mengambil ponselnya dan menelpon Zafran. Berkali-kali dia berusaha menghubungi bos nya, 'nomor yang anda hubungi sedang berada di luar jangkauan' hal itu menambah kepanikan bi Sumi.

Tok..tok..tok.. bi Sumi menoleh ke arah sumber suara, dia tersenyum lega berharap Zafran yang datang.

Cekle.. "tuan_" ucapan nya terputus kala melihat siapa yang datang, bukan Zafran melainkan Dimas.

"Ini hp nya ketinggalan di mobil,"

Bi Sumi yang sudah bingung menarik Dimas masuk ke rumah. Dia meminta bantuan Dimas untuk membawa Alicia ke rumah sakit. Awalnya Dimas menolak, dia tidak berani menyentuh Alicia yang jelas-jelas bukan makhram nya. Tapi bi Sumi terus mendesak nya, dengan terpaksa dia mengangkat wanita itu dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Sesampainya di rumah sakit, Dimas lagi-lagi terpaksa harus menggendong Alicia ala-ala bridal style. Suster datang dengan sebuah brankar rumah sakit, Dimas kemudian menaruh Alicia di atas brankar.

"Makasih ya den," ucap Bi Sumi.

"Iya bi, sama-sama."

Bi Sumi mengikuti suster membawa Alicia, sementara Dimas dia sudah seperti orang hilang yang kehilangan arah.

Dimas memutuskan kembali ke kantor, membutuhkan waktu 30 menit hingga sampai ke sana.

"Dim kok lama, kenapa?" Tanya Zafran kebetulan sedang menunggu Dimas.

"Non Alicia pingsan bos,"

"Hah pingsan?"

"Iya, sekarang ada di RS Pelati Raya di jalan Sudirman."

"Kunci mobil?" Gus Zafran menyodorkan tangannya, Dimas merogoh kantong celana nya dan memberikan sebuah kunci kepada Zafran.

Zafran buru-buru pergi untuk menengok Alicia. Pria tampan itu nampak panik saat mengetahui istri nya tiba-tiba pingsan. Tak biasanya Alicia begini.

Gus Zafran berdecak sebal karena dia terjebak macet, tak biasanya jalanan macet begini.

Tin..tin..tin..

"Woi sabar!" tegur pengemudinya motor yang merasa terganggu.

••••

Gus Zafran sudah tiba di rumah sakit yang di maksud oleh sekretaris nya. Dengan sedikit berlari dia masuk ke dalam sana.

"Maaf sus, pasien atas nama Refanny Alicia ada di ruangan berapa?"

"Refanny Alicia ada di ruangan nomor 24."

"Terimakasih," Gus Zafran lagi-lagi berlari.

Tok...tok..tok..

Cklek.. pintu terbuka dan memperlihatkan bi Sumi. "Tuan?"

"Alicia gimana keadaan nya?"

"Masuk dulu tuan."

Zafran masuk di susul bi Sumi, dia bisa melihat istrinya masih belum sadar kan diri. Bi Sumi menampilkan raut wajah gelisah.

"Gimana bi?"

"Non Alicia..." Bi Sumi sengaja menjeda ucapan nya.

"Bi Alicia kena penyakit apa?"

"Hamil,"

Deg... "Penyakit hamil?"

Bi Sumi mem-beo, bos nya ini bodoh atau bagaimana. Apa karena terlalu panik sampai dia kehilangan separuh otak nya.

"Tuan, non Alicia hamil anak tuan bukan penyakit hamil."

Zafran tak habis fikir, bagaimana bisa Alicia hamil sementara mereka belum pernah melakukan hubungan intim. Selama menikahi Alicia, Gus Zafran belum berhubungan badan dengan wanita itu.

Gus Zafran mundur selangkah. Bi Sumi heran melihat reaksi pria itu. Biasanya para suami akan bahagia mengetahui kehamilan istri nya, tapi kenapa dia tidak? Bukan nya bahagia tapi wajahnya berubah datar.

"Kenapa tuan? Kata dokter, kandungan non Alicia lemah."

Hati Zafran terasa sakit. Entah anak siapa yang ada di rahim istri nya. Dia kecewa, benar-benar kecewa kepada Alicia. Apa benar Alicia sehina itu? Alicia yang dia kenal tidak mungkin melakukan hal seperti itu dengan pria lain.

Zafran menahan amarahnya, wajah nya memerah. Tidak mungkin Alicia mengandung anak nya.

••••

"ANAK SIAPA?"

Alicia menunduk takut di bentak oleh suaminya. Bi Sumi sudah pergi atas perintah Zafran.

"JAWAB SAYA ALICIA! ANAK SIAPA YANG ADA DI RAHIM KAMU?"

Alicia diam saja, dia tidak ingin menjawab pertanyaan Gus Zafran. Gus Zafran bertambah marah, emosi nya memuncak. Dalam hati dia berdzikir dan tak ingin salah dalam mengambil tindakan.

Alicia menangis ketakutan dia juga tidak tau anak siapa yang ada di rahim nya. Kata dokter janin nya sudah berusia 3 bulan.

Alicia terisak, dia benar-benar ketakutan.

"Saya benar-benar kecewa sama kamu! Saya sudah menaruh kepercayaan saya penuh kepada kamu! Tapi apa balasan nya? Apa yang sudah kamu perbuat di belakang saya?

"Aku ga tau Gus,"

"Jangan berlagak bodoh, jangan sok polos Alicia! Mulut kamu bisa berbohong! tapi janin yang ada di rahim kamu sudah membuktikan segala nya!"

"Tapi demi Allah Gus,"

"Jangan membawa-bawa Allah dalam kebohongan yang kamu buat!"

Tangis Alicia semakin pecah. 'anak siapa ini ya Allah?'

Suasana masih mencekam, tatapan Gus Zafran tajam dan dingin. Pria itu pergi karena tak mampu lagi berlama-lama berada di dalam sana. Berlama-lama di sana hanya akan menambah emosi nya.

Alicia sendirian, dia menangis sampai terisak-isak. 3 bulan, janin nya sudah berusia 3 bulan. 3 bulan sama dengan hari-hari yang sudah ia lewati di Yogyakarta.



Duda Pesantren (Selesai)Where stories live. Discover now