•chapter 18

11.3K 513 11
                                    

Zafran bangun untuk shalat tahajud seperti biasa, sekarang dia tinggal di kamar tamu karena tidak mampu jika terus berada di kamar Alicia, kenangan saat melihat istrinya terkapar membuat nya semakin depresi. Setelah selesai sholat tahajud, dia duduk di atas sajadah sambil mengangkat kedua tangan nya dan berdoa kepada yang maha kuasa.

Sudah 2 minggu sejak kepergian Alicia. Zafran tentunya mendoakan sang istri agar di beri ampunan karena telah memilih jalan yang di larang oleh agama yaitu bunuh diri. Setelah selesai sholat tahajud, Zafran mengambil Al-Qur'an dan mengaji. Fikirannya tak lepas dari Alicia, tak pernah sekalipun Zafran mengutarakan kalau dia jatuh cinta kepada istri nya.

Tak terasa, sebulir air mata menetes menjatuhi mushab yang Zafran pegang. Dia kembali menangis dan berharap Alicia kembali ke dalam pelukannya. Zafran kembali teringat awal-awal dia dan istrinya Alicia tinggal di Yogyakarta, Alicia tidak pernah keluar rumah dan selalu dalam pantauan bi Sumi, Alicia keluar hanya dengan nya dan setelah itu Alicia keluar hanya untuk berkuliah. Jika di hitung dari usia janin, mustahil Alicia melakukan nya saat sedang kuliah.

Zafran bangkit dan menyimpan Al-Qur'an nya di atas meja, setelah itu dia keluar kamar, berjalan menuju kamar sebelah tempat Dimas tidur.

Tok.. tok.. tok... "Dim, Dimas."

"Iya bos," Dimas menyahut dengan suara serak khas bangun tidur. Tak lama setelah itu, pintu kayu bercat tersebut terbuka dan menampilkan sosok Dimas yang tampan meski baru bangun timur.

"Cuci muka, kita berangkat ke kampung halaman saya." Setelah itu Zafran kembali ke kamar nya.

Dimas yang belum sepenuhnya sadar, terheran-heran melihat Zafran dan heran mendengar perintah atasan nya.

Setelah selesai sholat subuh mereka berangkat, mobil di kendarai oleh Dimas sebagai asisten sekaligus supir pribadi Zafran.

Beberapa jam berlalu, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Tempat yang pertama kali Zafran kunjungi adalah rumah Riri, entah kenapa tapi perasaan Zafran ingin ke sana.

"Assalamualaikum," Zafran mengetuk pintu rumah Riri tapi tak ada sahutan, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam sana.

Dimas berinisiatif bertanya pada warga yang lewat dan warga tersebut mengatakan Riri dan keluarga nya sudah pindah ke Bali.

"Bos, gak ada orang. Mereka semua pindah ke Bali." ucap Dimas menghampiri Zafran.

"Bali?" Zafran berkacak pinggang.

"Menurut mu apa lagi yang harus saya lakukan untuk membuktikan kebenaran?" tanya Zafran pasrah yang di balas gelengan kepala oleh Dimas.

Mereka pergi dari rumah Riri, berhubung Zafran dan Dimas tidak memiliki tujuan, mereka singgah di warung es kelapa muda. Dimas memberhentikan mobilnya dan memarkir nya di bawah pohon. Dia turun dari mobil dengan gagah dan langsung mengekor di belakang Zafran.

"Mbak, es kelapa muda nya 2." ucap Zafran seraya duduk di kursi yang telah di sediakan. Dimas pun ikut duduk di sebelah Zafran. Ada hal yang Zafran lupakan, yaitu berkunjung ke makam almarhum putra nya.

"Pak kita mau kemana lagi?" tanya Dimas.

"Saya juga tidak tau Dim, kita nginep di hotel aja."

"Iya pak," percakapan mereka berakhir saat seorang wanita mengantarkan es kelapa muda pesanan mereka. Wanita tersebut meletakkan satu gelas es kelapa muda di depan Zafran, dan satu gelas di depan Dimas.

"Makasih mba,"

"Iya sama-sama."

Sebelum meminum es nya, Zafran berdoa terlebih dahulu. Sementara Dimas sudah meneguk seperempat es kelapa muda yang segar.

"Baca doa Dim!"

"Iya pak, udah dalem hati."

Zafran menggeleng, matanya memandangi sekeliling. Hati nya kembali terenyuh mengingat dia harus menghabiskan sisa hidupnya tanpa orang-orang yang dia sayangi.

Setelah selesai menghabiskan es kelapa muda, mereka berjalan ke mobil Zafran. Brak.. suara benturan terdengar. Dimas segera melihat ke sumber suara dan mendapati anak kecil laki-laki baru saja di serempet motor, dan yang menabraknya lari tanpa mau bertanggung jawab.

Dimas segera lari menghampiri sang anak, sepeda anak itu penyok, dan sang anak sepertinya mengalami patah tulang. "Ya Allah dek,"

"Bawa ke rumah sakit Dim," ucap Zafran.

"Iya pak," Dimas mengangkat anak tersebut dan membawanya masuk ke dalam mobil, setelah itu mereka membawa anak laki-laki itu ke rumah sakit.

Zafran ingat betul, itu rumah sakit tempat Alicia di rawat saat tsunami. Rasa rindunya kembali menggebu-gebu. Mereka kini sedang berada di ruang tunggu, menunggu anak yang mereka tolong di obati.

"Dim, apa mungkin saya bisa liat Alicia lewat rekaman cctv? Saya kangen." Zafran menatap udara kosong.

Dimas yang merasa iba kepada Zafran, bangkit dari duduknya dan pergi ke suatu tempat. Rupanya dia pergi untuk menanyakan apa ada cctv di dalam ruangan pasien, dan penjaga menjawab ada tapi mereka di larang melihat rekaman cctv untuk menjaga privasi pasien dan rumah sakit.

Dimas membujuk penjaga dan mengatakan dia akan membayar berapapun biayanya asal mereka bisa melihat rekaman cctv beberapa bulan yang lalu. Penjaga yang tergiur dengan penawaran yang Dimas tawarkan, akhirnya setuju untuk memperlihatkan rekaman cctv kepada mereka.

"Bos ayo ikut saya." Ajak Dimas yang datang bersama seorang penjaga.

Zafran mengangkat sebelah alisnya, "kemana?"

"Katanya kangen non Alicia, yaudah ayo ikut sama saya."

Zafran berdiri dan berjalan di belakang Dimas, mereka naik ke atas dan di bawa ke sebuah ruangan cctv.

"Mau liat rekaman cctv di ruangan nomor berapa dan bulan berapa pak?" tanya penjaga yang bernama Sapri.

Zafran memandang Dimas, dan Dimas mengangguk sebagai jawaban padahal Zafran tidak sedang bertanya. Zafran kemudian menjawab sesuai ruangan yang di tempati Alicia rinci beserta tanggal dan bulan, dia tidak akan melupakan kejadian kelam itu.

Setelah menemukan nya, Zafran di izinkan melihat rekaman tersebut. Terlihat lah istrinya yang cantik tengah berbaring lemah tak berdaya. Mata Zafran kembali merah menahan air mata. Rasanya berat mengiklaskan Alicia.

"Pak, bapak bisa keluar dulu? Kami gak akan ngapa-ngapain kok, bos saya cuman mau liat mendiang istrinya." ucap Dimas seraya mengeluarkan beberapa lembar uang merah dari saku nya. Pak Sapri mengambil uang Dimas dan berjalan keluar ruangan.

Zafran melihat Riri dengan tulus menemani Alicia. Tangan nya mengalihkan cctv ke hari berikutnya. Dan di hari itu Alicia masih belum siuman. Zafran menghela nafas panjang, tanpa sadar jemari nya lagi-lagi menggeser rekaman cctv ke hari berikutnya. Ada kejanggalan yang dia lihat, yaitu ketika Riri meninggalkan Alicia bersama pria yang pernah dia temui. Sejauh ini belum ada hal mencurigakan yang dia lihat, Zafran yang penasaran mencoba mempercepat rekaman dan menemukan hal yang tak terduga.

"Astagfirullah,"

Mendengar itu Dimas spontan berbalik dan menatap Zafran penuh tanda tanya. "Kenapa bos?"

Hati Zafran hancur sehancur-hancur nya, hati nya memang sudah hancur tapi ini bertambah hancur melihat hal yang seharusnya tak dia lihat. Terekam dengan jelas bagaimana istri nya yang sedang koma di gunakan oleh pria yang menjaga nya.

Duda Pesantren (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang