•chapter 16

12.4K 511 42
                                    

-

Alicia menatap lama pria yang rasanya telah lama tak dia dengar kabar nya. Zafran juga menatap Alicia dengan tatapan dingin.

"Ayo pulang," hanya itu kata yang keluar dari mulut Zafran bahkan sampai tiba di rumah. Zafran bersikap dingin kepada Alicia dan Alicia tentu tau penyebab dari sikap dingin suami nya.

Setibanya di rumah, Zafran ikut masuk bersama Alicia. Zafran meminta kepada art yang bekerja di rumah nya untuk membuat kan teh hangat kepada istrinya. Setelah itu dia duduk di sofa sambil memainkan ponsel.

Alicia sendiri kini ada di kamar mandi, membiarkan air shower mengalir di atas nya. Dia depresi karena semua kejadian yang telah menimpa nya. Alicia rasa beban hidup nya terlalu berat, dia tidak mampu melanjutkan semua nya.

Tak terasa buliran air mata sudah menyatu dengan air dari shower Alicia menyentuh perut nya yang makin membuncit.

"Siapa bapak mu? Kenapa kamu hadir dan merusak kehidupan saya?" Isakan yang terdengar menyesakkan. "Saya sudah tidak memiliki apapun lagi di dunia ini! Seandainya bunuh diri tidak dosa, mungkin sudah lama saya melakukan nya." monolog Alicia.

Alicia belum melepas pakaian nya, pikiran nya kalut, rasanya dia tidak memiliki tujuan hidup dan ingin semua nya segera berakhir. Dia yakin hubungan nya dengan Zafran tidak akan membaik karena Zafran sudah tidak lagi percaya dengan nya.

-----

Zafran melihat arloji jam yang ada di tangan nya, sudah hampir 2 jam Alicia berada di atas. Zafran menghela nafas kasar, walau dia kecewa, tak bisa di pungkiri kalau hati nya telah jatuh cinta kepada Alicia melebihi cintanya kepada Nabila.

Zafran bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju kamar Alicia. Ternyata pintu kamar istri nya tidak di kunci.

"Alicia," panggil Zafran karena Alicia tidak ada di kamar nya. Tapi dia mendengar percikan air dari kamar mandi. Zafran berjalan ke kamar mandi dan mengetuk-ngetuk pintu tersebut.

"Alicia, sudah 2 jam kamu berada di dalam sana!" ucap Zafran sambil masih mengetuk pintu, tapi tak ada sahutan dari dalam sana.

Zafran masih memanggil-manggil nama Alicia. "Maaf," ucapnya tak sabar lalu mendobrak pintu kamar mandi sampai rusak. Berapa terkejutnya Zafran melihat Alicia yang sudah tak berdaya tergeletak di lantai dengan sebilah pisau di tangannya. Mata Alicia sudah tertutup rapat, kamar mandi itu di penuhi aliran darah yang keluar dari tubuh Alicia.

Zafran panik, dia segera masuk dan meraih tubuh istrinya yang masih berbalut baju yang tadi dia kenakan. "Alicia bangun sayang," wajah Zafran nampak panik, dengan mata merah yang mulai berkaca-kaca. Zafran rasa sudah tidak ada respon dari tubuh Alicia, Alicia juga sudah tidak bernafas. Zafran memeriksa denyut nadi Alicia, dan dia tidak bisa merasakan apapun.

"Tidak! Alicia kamu tidak boleh meninggalkan saya!" Zafran memeluk erat jenazah Alicia. Tangan nya menutup luka di bagian perut dan leher Alicia. Rasanya jantung Zafran juga ikut berhenti, betapa menyesakkan bagi Zafran, hati nya terasa sangat sakit.

"Alicia buka matamu sayang," rintihan Zafran mengharapkan keajaiban. Pria itu menangis histeris. Zafran tidak tau harus berbuat apa lagi, rasanya percuma membawa raga Alicia ke rumah sakit karena roh nya sudah keluar dari dalam sana.

Di bawah, bi Sumi samar-samar mendengar suara bos nya. Dia naik ke atas untuk memeriksa, suara tangisan Zafran semakin terdengar jelas saat dia tiba di kamar Alicia. Dengan rasa takut bi Sumi masuk ke dalam kamar majikan nya dan berjalan menuju kamar mandi. Betapa terkejutnya dia melihat begitu banyak darah dengan Alicia yang sudah terbaring kaku di pelukan Zafran.

"Ya Allah," kaki bi Sumi terasa lemas, dia jatuh bersimpuh melihat hal yang tak pernah terduga. Bagaimana bisa nyonya nya bunuh diri saat sedang mengandung. "Non Alicia," bi Sumi mulai menangis.

-

Setelah pemakaman selesai, Zafran tidak langsung pulang ke rumah nya. Dia masih berdiam diri, rasanya separuh jiwanya lagi-lagi di ambil oleh yang maha kuasa. Ini sama sakitnya ketika dia kehilangan Nabila.

"Pak," Dimas memegang pundak Zafran. Zafran menoleh sekilas menatap asisten nya dengan mata sembam dan kembali menatap batu nisan Alicia.

"Bi Sumi nemu ini di kamar non Alicia," ucap Dimas seraya memberikan seuntai kertas kepada Zafran. Zafran mengambil kertas itu dan langsung membaca nya.

 Zafran mengambil kertas itu dan langsung membaca nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Air mata kembali membanjiri pipi mulus Zafran. Hati nya bertambah sakit tak menyangka Alicia akan melakukan hal senekad itu. Dimas mengerti kekacauan Zafran, dia menunduk dan memberikan dirinya agar Zafran memeluk nya. Benar saja, Zafran memeluk Dimas layak nya adek sendiri. Dimas banyak membantu nya, berkat Dimas bibi dan sepupunya selalu gagal mengambil alih perusahaan nya.

Dimas mengelus pundak atasan nya, dia tau bos nya sangat mencintai istrinya, tapi rasa cinta itu kalah oleh ego Zafran sendiri.

"Saya gagal jadi suami yang baik buat Alicia," ucap Zafran terbata-bata seraya terisak. Rasanya bercampur antara penyesalan dan amarah.

Zafran bertekad untuk mencari tau siapa yang telah menghamili istri nya tanpa sepengetahuan nya dan sepengetahuan Alicia. Dia rasa dia harus membuktikan kalau apa Yang Alicia tulis di dalam surat itu benar. Jika kandungan Alicia kala itu berusia sama dengan selama mereka tinggal di Yogyakarta, berarti dia harus kembali ke tempat tinggal nya yang lama untuk mencari tau kebenaran.

"Saya butuh bantuan mu," Zafran melepaskan pelukan nya. "Bantu saya cari tau pelaku pemerkosaan istri saya!"

"Iya bos,"

••••

Beberapa hari berlalu.

Zafran masih drop dan tinggal di kamar Alicia, kamar itu kini sudah di bersihkan oleh bi Sumi. Rencananya Zafran akan menjual rumah itu karena tak mampu dengan segala kenangan yang ada di dalam nya.

Zafran berbaring di kasur dengan baju kesukaan Alicia yang sering wanita itu kenakan di pelukan nya. Dia sering mengigau memanggil-manggil nama istrinya yang nyata nya Alicia tidak akan pernah datang meski dia memanggil nya sambil menangis.

Tok.. tok.. tok.. ketukan yang pasti nya berasal dari bi Sumi tak di hiraukan oleh Zafran, matanya terpejam dengan air mata yang keluar di sudut matanya. Zafran seperti kehilangan tujuan hidup.

"Tuan, makan dulu, dari kemarin tuan belum makan."

Bi Sumi menatap makanan yang sudah dia masak untuk bos nya, dia dapat merasakan keterpurukan yang Zafran rasakan.

"Bi," sapa Dimas yang tiba-tiba datang membuat bi Sumi kaget dan menjatuhkan nampan berisi makanan yang dia pegang, membuat makanan tersebut jatuh berhamburan di atas lantai, dan piringnya pecah menjadi kepingan kecil.

"Den Dimas jangan suka muncul tiba-tiba." tegur bi Sumi seraya mengelus dadanya yang sudah tua.

"Maaf bi, biar saya bantu beresin." Dimas menunduk dan membantu memungut pecahan piring. Kebisingan yang terjadi tidak dapat memancing perhatian Zafran.

Bersambung....

Duda Pesantren (Selesai)Where stories live. Discover now