Intuisi yang Tajam

87 22 14
                                    

Rangga tersenyum bangga begitu menemukan petunjuk di dalam rekaman video yang kedelapan. Ia telah mengumpulkan hampir dua belas video rekaman narapidana yang menjadi korban penusukan hingga tewas. Narapidana ini tewas beruntun dalam kurun waktu empat bulan belakangan, jika dihitung, setiap bulannya selalu ada tiga korban jiwa.

Polanya sama, penusukan berulang kali tepat di punggung belakang sebelah kiri dan bagian leher sisi. Jumlah tusukan berbeda pada setiap korban. Hanya saja jumlah tusukan itu selalu kurang dari angka sepuluh. Korban meninggal kehabisan darah, karena tersangka seperti tahu titik-titik vital dalam tubuh yang membuat seseorang mati dengan cepat.

Aneh, kenapa bisa para tersangka melakukan pembunuhan dengan pola yang hampir sama dan dengan motif yang sama pula. Para tersangka pun setelahnya dipindahkan ke lapas luar Jabodetabek. Seolah seperti semuanya sudah dibuat skenario tersendiri.

Sejak dua hari yang lalu Rangga dan Brian terus mencari bukti-bukti dan fakta pada apapun yang berkaitan dengan kasus ini. Hari ini rencananya mereka berdua akan memberikan laporan pengajuan penyelidikan ulang pada kepala pimpinan mereka, Pak Henry. Semoga saja diterima dan disetujui.

Rangga adalah salah satu profiler terkenal dan berprestasi di kotanya, bahkan namanya sudah besar hingga tingkat nasional. Banyak orang yang mengira profiler adalah seorang paranormal yang bisa dengan cepat menangkap pelaku kejahatan. Padahal profiler adalah seorang ahli profesional yang menempuh pendidikan di bidangnya.

Tugas seorang profiler adalah menganalisis pola psikologis dan perilaku pelaku dan membuat penyelidikan sehingga tersangka dapat ditangkap sesegera mungkin. Biasanya metode yang dilakukan profiler adalah dengan menggunakan akumulasi data untuk menganalisis pola kejahatan tertentu.

Mewawancarai narapidana adalah bagian dari metode tersebut. Entah sudah berapa banyak narapidana yang Rangga wawancarai, mulai dari narapidana yang kejahatannya tingkat biasa hingga luar biasa. Rangga sudah terbiasa mendengar pernyataan dan kisah-kisah brutal lagi sadis selama ia bekerja sebagai profiler. Rangga tahu, ia harus tahan dengan hal-hal seperti itu walau sebenarnya terkadang ia sangat ingin memukul para narapidana yang bahkan tak merasa bersalah sedikit pun.

Mereka memiliki pola perilaku unik dan berbeda, motif yang berbeda lagi mencengangkan, juga, sekelebat konflik batin, permasalahan psikologis, dan gangguan kepribadian kronis bin akut. Setiap pelaku kejahatan meninggalkan jejak. Tidak ada kejahatan yang sempurna di dunia ini, prinsip itu yang selalu membuat Rangga berani dan terus maju ke depan. Tingkah laku dan pola pikir pelaku kejahatan itulah yang dapat menunjukkan motif, juga apa yang ingin mereka capai dalam tindakan kriminal.

Dalam memecahkan suatu kasus profiler tidak sendirian, ada banyak divisi-divisi lainnya yang turut berperan penting. Seperti divisi forensik. Mereka bertugas menemukan bukti di TKP, dan setelah itu profiler akan menganalisis petunjuk maupun bukti tidak langsung berdasarkan pengalaman dari tiap adegan di TKP yang sebelumnya telah diberikan oleh divisi forensik.

Pada setiap kasus yang sudah Rangga tangani, ditemukan pola yang hampir sama. Banyak pelaku kriminal, seperti misalnya kasus pembunuhan. Para pelaku selalu memiliki masa kecil yang pahit, tak sedikit dari mereka waktu kecil adalah korban kekerasan. Entah itu kekerasan fisik, verbal, maupun seksual. Mereka memiliki trauma masa kecil yang kompleks. Ternyata, hal ini pun memang sudah dibuktikan melalui banyaknya penelitian science maupun psikologi.

Perilaku anarkis, kasar, cara bicara seperti membentak atau senang berteriak-teriak. Bisa menjadi indikator bahwa seseorang pernah mengalami kekerasan semasa hidupnya, terutama ketika masa kecil.

Kejahatan merupakan representasi konflik psikologis. Penjahat atau para pelaku kriminal pada umumnya memiliki ketidakmampuan membentuk ikatan kasih sayang. Variabel kasih sayang serta pengawasan ibu yang kurang cukup, konflik dengan kedua orangtua, kurangnya rasa percaya diri, kekerasan yang didapat dari ayah, bisa menjadi pencetus lahirnya tindakan kejahatan di kemudian hari.

PSIKE | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now