Sesulit Itukah?

66 17 15
                                    

"Bentar ya, lu tunggu di sini dulu. Gue sama Praja mau beli roti," Fariz menepuk pundak Adit sambil berlalu meninggalkan bersama Praja yang sudah berjalan lebih dulu.

Adit berdiri tepat di samping bangku panjang stasiun sambil menyentuh layar ponsel. Ia tersenyum karena pesan chatnya dibalas oleh Kak Zahra. Belakangan Adit memang memiliki banyak waktu untuk berkomunikasi dengan Kak Zahra. Kak Zahra bilang, kalau ia akan ke Bogor nanti dan tinggal beberapa bulan di kota kelahirannya ini.

Saat ini Kak Zahra sedang berkuliah di salah satu PTN negeri di Bandung dengan mengambil jurusan kedokteran. Nantinya ia ingin mengambil spesialisasi untuk dokter kejiwaan. Adit masih ingat pertemuan mereka waktu itu di perpustakaan sekolah. Pertemuan ketika mereka masih berkuliah di semester awal. Membicarakan banyak hal tentang cita-cita dan berfoto bersama. Mendapatkan kesempatan seperti itu saja Adit sudah sangat bahagia. Apa jadinya kalau Kak Zahra menerima perasaannya? Mungkin Adit akan kegirangan seperti anak kecil.

Adit terkekeh konyol seperti orang tak waras begitu melihat postingan Kak Zahra di instagram miliknya. Mau tanpa make up atau dengan make up, Kak Zahra selalu terlihat cantik di mata Adit. Karena kecantikan sejati terpancar dari dalam. Lewat kecerdasan dan indahnya akhlak.

Adit dan Kak Zahra memiliki kesamaan, mereka sama-sama suka perbincangan yang mendalam. Mereka tak begitu suka dengan perbincangan basa-basi yang menghabiskan banyak waktu. Mungkin karena hal itu Adit merasa nyaman ketika berbincang atau sekedar chat dengan Kak Zahra.

Setelah puas tersenyum sendiri seperti orang kasmaran. Adit lalu memasukkan ponsel miliknya ke dalam ransel dan melihat ke sekeliling stasiun Bogor sore itu. Suasana stasiun Bogor selalu ramai, yang Adit paling suka dari suasana stasiun adalah aroma roti manis yang menyeruak dari dalam toko roti. Suasana di sini semakin syahdu ketika hujan atau gerimis turun. Bau tanah, aspal dan bebatuan yang menyatu jadi satu begitu diguyur air hujan, adalah aroma yang menenangkan.

Adit kemudian melihat ke arah toko roti yang terlihat ramai, nampaknya Fariz dan Praja sampai harus mengantri di sana. Karena merasa mulai bosan, Adit berjalan berniat menghampiri dua kawannya itu. Namun, tiba-tiba ada dua orang lelaki tinggi dengan topi dan masker hitam mendekati. Dua pria itu bahkan kini tengah berdiri di hadapan Adit hingga membuat Adit menghentikan langkah kakinya.

Adit menatap kedua lelaki itu dengan tatapan heran, sebelah alisnya mengernyit ke atas, "maaf, siapa, ya? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Adit berusaha melihat wajah dua pria itu dari balik topi dan masker hitam. Bukannya mendapat  jawaban, perut Adit tiba-tiba ditendang oleh seorang lelaki yang menggunakan gelang berwarna merah.

Adit langsung terpental hingga jatuh ke atas aspal, ia lalu berusaha bangkit sambil memegangi perut, "tunggu, sebentar. Kalian punya masalah apa sama gue?"

Dua lelaki itu sama sekali tak berbicara, dengan gerakan cepat mereka langsung menyerang Adit lagi. Salah seorang lelaki lainnya memegangi lengan Adit kuat-kuat, membuat Adit tidak bisa bergerak bebas. Sedangkan satu lelaki lainnya mulai menendang perut Adit berulang kali hingga Adit kesakitan. Setelah puas menendang perut, lelaki itu memukul wajah Adit dengan cukup kencang, karena pukulan itu, ujung bibir Adit sedikit sobek dan mengeluarkan darah segar.

Orang-orang di sekitar yang melihat kejadian menjadi panik, ada yang berlarian menghindar, berteriak karena terkejut, dan ada beberapa orang yang berlari mencari petugas keamanan meminta pertolongan. Benar-benar kacau, yang tak kalah anehnya, masih ada sebagian orang yang sibuk mengabadikan kejadian itu dengan ponsel mereka. Tidak ada yang berani menolong Adit satu pun, karena mereka semua ketakutan melihat bagaimana dua orang lelaki itu terus memukuli Adit tanpa ampun.

Dengan sisa tenaga yang dimiliki, Adit lalu menggigit lengan lelaki yang memeganginya dengan kencang. Lalu mengambil tong sampah dan melemparnya ke arah mereka berdua. Terlihat dari kejauhan petugas keamanan mulai berlarian untuk menghentikan kekacauan itu.

PSIKE | TELAH TERBITDär berättelser lever. Upptäck nu