Berlari

69 22 4
                                    

"Lu dimana sekarang?" Vito menelepon Rama dan teman-teman lainnya. Ia berdiri tepat di depan Taman Kencana Bogor, sore ini mereka berniat akan mengerjakan tugas bersama di rumah Dio. Karena senin besok tanggal merah, rencananya Vito dan teman-teman lainnya juga ingin menginap di rumah Dio.

Bobi telihat sedang membeli batagor di ujung taman, sedangkan Vito sibuk melihat ke arah layar ponsel sambil menunggu Rama dan Andre yang belum datang. Cuaca sore hari ini cukup cerah, biasanya di Kota Bogor sering turun hujan yang tak terduga. Karena alasan itulah Vito selalu menyiapkan jas hujan dan payung di dalam ransel hitam miliknya.

Jam menunjukkan pukul 16.40 sore, taman yang tadinya ramai oleh orang-orang yang sedang asyik menongkrong dan bermain, satu-persatu mulai berlalu pergi. Yang tersisa hanya beberapa orang yang tersebar duduk di bangku taman. Beberapa penjual pun terlihat sudah mulai merapikan jualannya.

Vito kemudian memasukkan ponsel ke kantong celana jeansnya. Ia lalu melihat kendaraan yang lalu lalang di jalanan. Sekarang Kota Bogor sudah seperti kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Kendaraan beroda empat maupun dua semakin banyak. Ditambah angkot-angkot yang pasti selalu ditemukan di kota yang mendapat julukan kota seribu angkot.

Walau sudah dipermudah dengan transportasi yang nyaman dan beragam. Vito lebih suka berjalan kaki, biarpun jarak yang harus ditempuh itu sampai menghabiskan waktu 30 menit atau 1 jam. Vito tetap lebih memilih berjalan kaki. Masih muda, malu jika fisiknya lemah dan ringkih seperti lansia.

Vito menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan fisik semenjak ia didiagnosa memiliki gangguan mental. Fisik yang sehat dan bugar dapat mempengaruhi kesehatan mental. Karena itulah Vito mulai rutin berolahraga. Dua hari sekali ia melakukan workout di rumah. Setiap weekend ia berjalan kaki atau berlari beberapa putaran di lapangan GOR maupun Sempur.

Semuanya ia lakukan sebagai bentuk cinta terhadap diri sendiri, juga sebagai upaya membantu proses penyembuhan dan pemulihan kondisi jiwa dan mentalnya. Vito sudah bisa merasakan manfaatnya, mood nya tidak mudah naik turun secara ekstrem, pikirannya lebih rileks dan tenang, kecemasannya berkurang, dan tekanan dari stress pun terasa lebih ringan. Intinya, Vito tidak mudah cemas juga stress seperti dulu.

Ponsel Vito bergetar, ada pesan chat masuk dari Andre. Vito langsung membaca pesan itu dan berniat menghampiri Bobi yang masih mengantri membeli batagor di ujung taman. Jalanan mulai terlihat sepi, tidak banyak kendaraan yang lalu lalang seperti beberapa menit yang lalu.

Namun, langkah Vito terhenti begitu melihat dua orang pria bertubuh tinggi memakai masker dan topi hitam berjalan menghampirinya. Firasat Vito tak enak, ia lalu berjalan mundur dengan kedua mata yang masih melihat dua orang pria itu lekat-lekat. Semakin Vito mempercepat langkah mundurnya, semakin cepat pula dua pria itu berjalan menghampiri Vito. Vito langsung berbalik arah dan berlari kecil menghampiri Bobi.

"Lu siapa?!" bentak Vito terkejut berusaha melepaskan cengkraman kasar salah seorang pria yang berusaha merebut ransel miliknya. Ada apa dengan dua pria ini? Vito bahkan sama sekali tidak mengenalnya. Mendengar keributan itu, Bobi merasa curiga. Ia lalu segera berlari menghampiri Vito dengan cemas.

"WOY! MAU APA LU?!" teriak Bobi begitu melihat Vito dan dua orang pria itu saling tarik menarik ransel hitam milik Vito. Bukannya lari, salah seorang pria itu malah menendang perut Vito hingga Vito jatuh tersungkur. Mereka berdua lalu berjalan cepat sambil mengambil ransel milik Vito dan bersiap-siap untuk kabur.

Bobi semakin mempercepat larinya, ia berhasil mendekati dua pria itu yang sudah duduk di atas motor. Dengan cekatan Bobi langsung menarik ransel Vito dan menyikut wajah pria yang mengambil ransel Vito hingga mereka berdua terjatuh.

Bobi melempar ransel Vito dan untungnya Vito berhasil menangkapnya. Dua pria yang tak dikenal itu langsung menendang perut Bobi dan memukul wajah Bobi dengan keras. Bobi yang dihujami pukulan berusaha sekuat tenaga melindungi wajah dan kepalanya dengan kedua lengannya.

PSIKE | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now