Semakin Jelas

72 16 12
                                    

Brian dan Rangga menggelengkan kepala dengan raut wajah yang lelah, mereka sedang membaca lembaran laporan hasil pemeriksaan test kesehatan dengan tatapan heran.

"Gila," ceplos Brian dengan kedua tangan memegang kedua laporan hasil pemeriksaan yang berbeda. Satu di tangan kanan hasil dari laboratorium tempatnya bekerja dan di tangan kiri hasil pemeriksaan dari laboratorium swasta.

Mereka berdua menemukan hasil pemeriksaan test kesehatan yang jauh berbeda. Hasil dari laboratorium tempat mereka bekerja menulis hasil akhir bahwa para tersangka tidak positif narkoba. Tapi, hasil pemeriksaan dari laboratorium swasta yang terpercaya di daerah Jakarta menuliskan bahwa daftar tersangka itu positif menggunakan narkoba.

"Ini udah jelas. Terus sekarang kita harus gimana? Lu tahu sendiri, kasus besar kayak gini beresiko banget. Untung kemarin catatan yang diambil dari mobil lu itu yang palsu. Gue gak kepikiran untuk buat kloning itu catatan. Lu emang cerdik," Brian berdiri di samping Rangga yang sedang melihat luas ke luar jendela kaca besar kantornya.

Pemandangan yang selalu sama, jajaran bangunan tinggi kota Jakarta selalu menghiasi pemandangan dari ruang kerja.

Beberapa hari yang lalu Brian sempat dibuat emosi karena Rangga yang ceroboh menaruh buku catatan buku mendiang Joni di dalam mobilnya. Ternyata, itu hanyalah taktik Rangga agar ia dan orang-orang yang ada di dalam kasus ini tidak di teror lagi karena mereka begitu menginginkan catatan itu.

Rangga sudah merencanakan ini sejak jauh-jauh hari. Ia sengaja menipu orang-orang itu dan memberikan buku catatan palsu yang telah di buat tiruannya. Rangga merangkai tulisan-tulisan dalam catatan dengan tulisan sederhana yang tidak memberi kesan mencurigakan.

Tidak seperti isi asli dari buku catatan itu yang sebenarnya memiliki banyak sekali petunjuk. Untungnya rencana Rangga ini berjalan dengan mulus, dan mereka berhasil ditipu. Hampir saja Brian ingin memukul kepala Rangga waktu itu saking kesalnya.

"Gue udah tahu, mereka ngincar catatan itu makanya Vito terus diganggu. Apalagi Vito punya hubungan keluarga dengan mendiang Joni. Gue yakin mendiang Joni tahu sesuatu tentang kasus ini sampai-sampai si pelaku pengen banget ambil ini buku catatan. Dalam buku catatan itu ada banyak titik-titik petunjuk yang kalau kita tarik garisnya bakalan nunjukkin sesuatu yang selama ini disembunyikan. Tujuan dari kenapa catatan itu ditulis," terang Rangga sambil membuka dua kancing kemeja putihnya. Entah kenapa Jakarta makin hari makin panas, bahkan kota Bogor tempat Rangga lahir pun saat ini tak kalah panasnya sepert di Jakarta.

"Kalau boleh gue simpulkan, mendiang Joni termasuk orang yang cerdas dan cerdik. Teliti, punya penglihatan juga sensitivitas tinggi kayak lu. Peka banget dengan apa yang sedang terjadi di sekitar. Mungkin, dia ancaman bagi si pelaku itu. Mungkin, ya, ini hanya asumsi sementara gue aja," tambah Brian lalu melihat Rangga yang terlihat sedang tersenyum simpul.

Rangga berjalan mendekati Brian lalu menepuk pundaknya, "gue gak sehebat yang lu kira. Gue malah ngerasa mendiang Joni ini jauh lebih pintar. Dia bahkan bisa memprediksi apa aja yang bakalan terjadi di depan."

Brian menoleh, ia lalu menepuk kepala Rangga sambil tertawa, "lah? Kan, lu juga gitu? Kalian satu spesies. Adit juga samanya kayak lu. Setelah dengar pernyataannya dari lu waktu di caffe itu. Kelihatan kalau itu anak berbakat. Gak kebayang kalau dia nanti lanjut study di psikologi kriminal dan jadi profiler hebat kayak lu. Kalian mirip."

Rangga yang selalu kesal jika kepalanya dipegang seenaknya oleh Brian, memegang pergelangan tangan Brian kemudian menghempaskan lengan kawannya itu dengan kesal. Brian seperti biasa, ia selalu tertawa jika Rangga bersikap sinis padanya.

"Nah! Gue jadi ingat sesuatu karena lu ngomong tentang hal ini. Kemarin Adit hampir ditikam orang yang gak dikenal. Dia juga sempat berantem sama orang-orang itu. Gue yakin orang-orang itu pun orang suruhan dari dalang kasus ini. Kepala gue rasanya sakit mikirin kasus ini. Gue benar-benar gak suka dengan cara si pelaku yang menargetkan tiap orang yang berkaitan dengan kasus ini. Tadi malam aja lu sama gue hampir aja mati, kan? Gue sebenarnya udah muak dengan semuanya," Rangga mendesah kesal sambil menendang tong sampah kecil di sampingnya.

PSIKE | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now