Kecuali satu

652 32 10
                                    

apa nih? katanya hiatus, kok malah update cerita baru? Heh!

Hehehe, Hallo semua... *bow*

ini ceritaku yang ada di draft, aku putuskan untuk publish karena aku sedang rindu dunia oren, tapi belum bisa update ketiga anak-anakku u,u.

cerita ini singkat-singkat kok, dengan pemilihan kata sederhana dan alur yang singkat disetiap chapternya. aku update sebagai selingan aja. kisah-kisah unik dan pendek dari kakak beradik Koko dan Rere.

kakak ada waktu luang untuk nulis ini kenapa ngga nulis chapter selanjutnya dari cerita-cerita lain? ah~ Tenang saja, mereka masih aku beri perhatian kok, tapi ya memang belum bisa diupdate karena belum rampung. maaf ya:)

Hmm oke deh gapapa dimaafkan, lalu visualisasi pemeran Koko dan Rere siapa nih?

Siapa saja boleh! aku ngga membatasi siapapun menjadi imajinas cast kalian semua. Senyaman dan sesenangnya kalian aja ya. Tapi kalau untuk aku sendiri, teman-teman yang sudah mengikuti cerita-ceritaku pasti tau cast favoritku siapa-siapa saja hehe~


so, Happy reading, Dear <3




-----


Suara di luar kamar berhasil menandingi deras hujan yang sejak petang tadi mengguyur kota bogor. Disaat rumah lain mungkin memberikan kehangatan pada penghuninya yang meringkuk dibalik selimut saling berbagi pelukan, berbeda dengan rumah minimalis yang sebagian isinya berisikan mainan anak laki-laki yang terpajang di lemari, meja, bahkan berhamburan di lantai dekat sofa ruang keluarga.

Perdebatan kedua orang dewasa penghuni rumah itu sudah sejak lama merenggut kehangatan didalamnya. Bahkan banyaknya mainan-mainan yang dimiliki tak mampu membuat anak-anak bersama mereka merasa bahagia.

Beruntungnya perdebatan itu tak berujung pada pecahan-pecahan barang atau tindakan kekerasan satu sama lain. Pasangan suami istri yang sudah hidup bersama selama 16 tahun dan berusaha bertahan dalam ketidakcocokan selama 3 tahun belakang ini masih cukup waras untuk menahan gejolak emosi mereka tanpa memporak-porandakan barang apapun, meski kenyataannya sebuah hati kecil sudah berhasil mereka hancurkan berkeping-keping.

Auris Nicholas, putra sulung keluarga Nicholas yang baru menginjak usia 15 tahun beberapa bulan yang lalu, sudah paham betul bagaimana kondisi kedua orang tuanya beberapa tahun belakang ini. Meski tidak yakin perihal penyebab hilangnya kehangatan dan ketenangan yang pernah ia rasakan, perdebatan sengit itu semakin hari semakin membuat perasaanya hancur tak berbentuk.

Andai saja sejak dulu sang ayah tidak pernah mengatakan bahwa seorang anak laki-laki yang sudah besar tidak boleh menangis, Auris pasti sudah menangis meraung-raung saat itu juga untuk menunjukkan pada kedua orang tuanya, bahwa ia terluka atas tindakan mereka.

Andai saja tidak ada hati yang sedang ia jaga, Auris pasti sudah memilih pergi mencari kedamaian di tempat lain selain berada didalam ruang pengap yang dinamakan rumah.

Dewasa sebelum waktunya, logika dan perasaannya terbentuk dengan sendirinya, bahwa lebih baik kedua orang tuanya tidak lagi tinggal bersama dari pada membuatnya merasa tak nyaman setiap hari. Sama seperti dirinya ingin sekali pergi karena merasa tak nyaman berada di dalam rumahnya sendiri, mengapa kedua orang tuanya masih bersama saat tak nyaman antara satu dengan yang lain?.

Rumah super nyaman, hidangan makanan yang lezat, pendidikan yang berkualitas, mainan yang banyak nyatanya tak membuat mereka semua merasa bahagia. Semua terpenuhi, kecuali satu, keharmonisan.

Koko dan RereWhere stories live. Discover now