ada tiga!

223 21 5
                                    

Hallo!

.
.
.
.
.

Rere itu banyak sekali tingkahnya. Bermula dari pikiran-pikirannya yang out of the box, di aplikasikan dalam bentuk tindakan, jadilah Auris dibuat heran sendiri karena tingkahnya.

Seingatnya mami dan papi memang pribadi yang menyenang Bukan, tapi tidak ada yang seheboh Rere. Entah dari mana gen yang rere serap, yang pasti Auris sebagai orang yang sudah hidup selama 4380 hari lebih lama dari Rere harus ekstra hati-hati menjaganya.

Lengah sedikit saja, Rere mungkin sudah terjepit di antara celah lemari, kabinet, meja dengan tembok, atau mungkin tersangkut di gantungan baju belakang pintu kamar.

Seperti siang ini, saat keduanya tengah menghabiskan waktu berdua di ruang tengah, Rere yang sebelumnya asik menonton tayangan kartun di televisi tiba-tiba saja mendekati Auris yang fokus pada laptopnya diatas sofa. Dengan wajah cukup serius Rere mengajukan sebuah pertanyaan.

" Koko, tau ngga kalau anak kucing itu lalinya cepat banget? Padahal masih kecil "
Mata bulatnya mengerjap-ngerjap menunggu jawaban.

Sambil menganalisis pertanyaan Rere, Koko mengusap dagunya dengan kepala yang dianggukan ragu.

" Iya! Padahal lele juga masih kecil, tapi ga bisa lali cepat. Lele selalu kalah kalau lomba lali sama Koko "

" Itu karena kaki Rere masih pendek. Kaki Koko panjang jadi bisa lari cepat"

Huh, Rere melemaskan pundaknya lesu dengan bibir yang mengerucut. Melempar pandangnya kesamping.
" Lele mau jadi anak kucing aja bial bisa lali cepat dan kalahkan Koko "

Rere mundur beberapa langkah kemudian merunduk. Meletakkan kedua tangannya di lantai sejajar dengan kedua kakinya, dan bokong kecil yang menyembul keatas. Tubuhnya sudah menyerupai hewan dengan empat kaki.

Sepasang tangannya bergerak melangkah begitupun dengan sepasang kakinya secara bergantian. Berjalan merangkak mengelilingi Ruang tengah. Semakin lama kecepatannya semakin bertambah, dan bocah kecil itu terlihat sangat menikmatinya.

Auris menggelengkan kepala tak habis pikir. Adiknya benar-benar merealisasikan keinginannya menjadi seekor anak kucing. ya, setidaknya mereka berdua memiliki kesamaan. Sama sama menggemaskan.

" Koko liat, lele jadi anak kucing kikikik " suara tawa cekikikannya megundang senyum bagi Auris.

Rere sudah merangkak hingga ruang dapur dengan kecepatan yang semakin bertambah. Semula hanya bunyi langkah yang diciptakan oleh keempat kaki Rere saja yang terdengar semakin menjauh, namun seketika berubah menjadi  suara dentuman yang cukup keras.

Mendengar itu Auris sontak menegang, matanya membelalak dengan degup jantung yang berpacu cepat, secepat keempat kaki Rere merangkak beberapa saat lalu.

Kaki jenjangnya dibawa berlari menuju dapur mencari sumber suara hingga mendapati Rere yang berada di depan kulkas dengan tangan mengusap-usap kepala. Matanya sudah berkaca-kaca dengan wajah yang memerah.

" Koko hiks.  kepala lele kepentok kulkas huaaaa "

Kedua bahu Auris melemas bersamaan dengan hembusan nafas lega. Pikirannya sempat berkelana jauh lebih buruk dari apa yang ada di hadapannya saat ini. Beruntunglah keadaan dapur masih baik-baik saja, dan sepertinya kulkas dua pintu berwarna hitam itu juga masih dalam keadaan baik-baik saja.

Remaja itu mendekati Rere yang masih menangis dengan air mata  membanjiri pipi gembulnya. Adiknya terus mengusap kepalanya yang sudah pasti terasa nyeri. Alunan tangis dan usapan tangannya bahkan terkesan seirama.

Di saat seperti ini Auris merasa benar-benar jahat karena ingin sekali menertawakan sang adik yang menerima akibat dari tingkahnya yang diluar nalar.

" Nah, masih mau menjadi anak kucing? " Tangan lembut Auris membantu memberikan usapan pada kepala yang baru saja beradu dengan metal berlapis tempered glass.

" Sok-sokan sih mau menjadi anak kucing. Padahal matamu cuma dua, ya ngga bisa lah " cibir Auris, tangannya terulur untuk mengusap kepala sang adik.

Rere mendongak, wajah lucunya yang kebingungan menghentikan tangisnya "Hiks, memang anak kucing matanya ada belapa ko?"

" Ada 3! Dua diwajah, satu diotak! Jadi anak kucing otaknya bisa dipakai melihat juga, mana yang bisa dilakukan sebagai kucing mana yang tidak bisa dilakukan sebagai kucing "

Sambil mencerna perkataan sang kakak, Rere bertanya dengan lugu " Jadi... Lele ngga bisa jadi anak kucing ya?"

" Ya gabisalah, Lele kan ga punya mata di otak, jadi gabisa melihat apa yang bisa dan gabisa lele lakukan.  udah tau cuma punya dua kaki, malah merangkak seakan punya empat kaki " dumel Auris.

Beruntung Rere hanyalah bocah taman kanak-kanak, tidak sulit untuk Auris mengatai adiknya yang punya otak sebesar mata kucing secara halus.

Rere merunduk, tangannya berhenti mengusap kepalanya yang terbentur.

" Masih sakit? " Auris menyentuh kepala sang adik, memberikan tekanan pada setiap sentuhan untuk memastikan tidak ada benjolan atau luka di kepala sikecil.

Rere mangangguk dengan bibir tertekuk kebawah, tapi tidak lagi menangis.

" Coba lihat kebawah kolong kulkas!  " Perintah Auris yang mendapati tatapan penasaran sang adik.

" Lihat apa ? "

" Lihat otak Rere, siapa tau pas kepentok, otak Rere ngegelinding kesana " jawab Auris  dengan bualan. Adiknya itu lucu sekali untuk di jahili. Hal-hal sederhana akan sangat mudah di percaya olehnya.

Rere membulatkan matanya. Dengan cepat merunduk hingga pipi gembulnya menyentuh lantai hanya untuk memeriksa sesuatu di bawah kolong kulkas yang sangat sempit. Takut apa yang kakaknya ucapkan ternyata benar.

Jarak pandangnya tak menangkap wujud apapun, dan itu membuat sikecil semakin panik.

" Eoh? Benelan ko? Ah~ gimana ini " tak cukup dengan mata, tangan kecilnya yang penuh lemak bayi ikut masuk menggerayangi permukaan lantai bawah kulkas.

" Koko bantuin cali! " Kesal Rere saat Auris hanya diam menatapnya dengan pandangan menyebalkan.

Auris menggeleng, kemudian bangkit berdiri menuju ruang tengah untuk melanjutkan pengerjaan tugasnya yang terhenti. Meninggalkan si kecil dengan aktivitas mencarinya.

" Tuhkan benar, otaknya beneran menggelinding" gumam Auris sembari menulikan telinganya dari sang adik yang memanggil-manggilnya.

.
.
.

Berikan vote dan komentarnya jika menyukai cerita ini ya~

See you

Koko dan RereWhere stories live. Discover now