angka 11

81 19 4
                                    


Rere anak yang kuat, jarang sekali jatuh sakit selama 6 tahun hidupnya, itulah yang Agrivin ketahui selama ini. Meski hari-harinya berpusat pada pekerjaanya, Agrivin masih ingat saat-saat Auris menceritakan kapan saja putra bungsunya jatuh sakit dan kembali membaik dengan perawatan yang diberikan oleh Auris.

Melihat langsung tubuh kecil Rere yang terkulai lemas tak berdaya, membuat hati Agrivin berdenyut perih. Baru semalam si kecil aktif itu untuk pertama kalinya memberikan moment manis yang menyenangkan melalui cerita-ceritanya, dan Agrivin sudah sangat merindukannya.

Pria berusia kepala empat itu tidak pernah menangani putra-putranya yang sakit sebelumnya, wajar jika saat ini dirinya begitu panik dan khawatir. Beruntung ada Auris yang menenangkannya dan meyakinkannya bahwa Rere hanya butuh istirahat dan beberapa obat penurun demam, dan belum memerlukan penanganan dokter selama demamnya masih dapat ditangani oleh plester penurun demam yang sudah menempel di dahi lebarnya.

Setelah menghabiskan setengah mangkuk bubur buatan Auris dan dua buah nugget masakan Agrivin, Rere sudah merasa lebih baik. Demamnya mulai mereda meski belum sepenuhnya menjadi normal. Sudah bisa tersenyum meski belum banyak berceloteh karena tubuhnya masih terasa lemas dan kepalanya pening.

" padahal Lele sudah makan banyak, tapi lele masih lemas sepelti belum makan lama sekali " suaranya parau dan sangat pelan. Mata bulatnya yang menghitam di bagian bawah mengedip lemah.

" tidak apa-apa, itu artinya Rere perlu banyak istirahat " Auris menyentuh kening Rere memastikan plester penurun demam itu masih menempel dengan aman. " Papi bisa pergi bekerja, Koko akan jaga Rere " Ucap Auris mempersilahkan sang ayah untuk pergi bekerja mengingat hari sudah begitu siang.

" bagaimana kuliahmu? "tanya Agrivin merasa berat meninggalkan kedua putranya, tetapi pekerjaannya untuk saat ini juga membutuhkan kehadirannya.

" hari ini hanya ada satu mata kuliah, aku bisa mengambil kelas pengganti di hari selanjutnya " jawa Auris.

Agrivin menatap putra sulungnya untuk mencari keyakinan sebelum benar-benar membuat keputusan, " apa tidak apa-apa? " Auris mengangguk dengan mantap. " Kabari Papi jika terjadi sesuatu pada Rere, oke?! " Mengangguk untuk kedua kalinya. Agrivin tahu pemuda di dihadapannya ini sangat dapat diandalkan.

Setelah memberikan beberapa pesan, Agrivin bisa meninggalkan kedua putranya dengan tenang. Untuk pertama kalinya peran lainnya sebagai seorang ayah kembali terasa dalam rumah mewah yang cukup lama sepi. Dalam hati Auris bersyukur dan membubungkan harap agar perhatian Agrivin akan seperti ini selamanya.


***


" Koko hanya sebentar "

" Tidak mau! Lele tidak mau sendilian "

" Koko hanya kebawah untuk merapihkan dan membersihkan rumah seperti biasanya. Rere juga biasanya tidak masalah di kamar sendirian "

" Tapi Lele kan sedang sakit, Koko! Lihat ini tempel-tempel di jidat Lele! "

Auris menghembuskan nafas kasar menahan kekesalan terhadap sikap adiknya yang tak biasa. Berjam-jam Auris sudah menemaninya sembari sesekali mencuri waktu untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Saat ini Auris berusaha membujuk Rere untuk memberikannya persetujuan turun kebawah membersihkan rumahnya. Setidaknya sehari tidak pergi ke kampus dapat dipakainya untuk membersihkan sebagian dari rumahnya.

Demamnya sudah semakin mereda, rona diwajahnya juga sudah muncul kembali, mulut kecilnya juga sudah semakin banyak berbicara, hampir mencapai Rere yang biasanya. Auris tidak terlalu khawatir untuk meninggalkannya sebentar, tapi tenaga Rere yang sudah kembali lagi justru digunakan untuk berdebat menolak Auris untuk meninggalkannya.

Koko dan RereWhere stories live. Discover now