Peringkat sembilan

138 14 3
                                    

Cerita lainnya belum bisa aku rampungin, jadi aku update cerita sederhana aja dulu ya sebagai selingan:)

.
.
.

Masih terlalu siang untuk menjemput Rere di sekolahnya, tetapi karena hari ini adalah hari penerimaan hasil belajar dipertengahan semester, Auris harus meninggalkan kampusnya lebih cepat.

Beruntung jadwal kelas mata kuliahnya hanya dua dipagi hingga siang hari, dan tak ada perkumpulan organisasi atau klub yang mengharuskannya berkumpul sehingga Auris dapat menghadiri pertemuan walimurid dan guru di tempat adiknya bersekolah.

Karena kelas terakhirnya sedikit terlambat selesai, Auris jadi terlambat menjemput Rere yang memang pulang cepat hari ini. Saat motornya memasuki parkiran taman kanak-kanak, dari tempatnya Auris bisa melihat Rere yang duduk sendirian di salah satu ayunan taman bermain, menunduk memandangi kotak perlengkapan mewarnainya yang di letakkan di pangkuan.

Pasti bocah kecil itu sudah menunggunya sejak tadi. Melihat bagaimana lenggangnya area parkir, sepertinya beberapa walimurid sudah berpulangan sejak tadi.

" Rere " panggil Auris saat sudah berjarak beberapa meter dari adiknya.

Sikecil mendongak dengan cepat, dari jarak dekat Auris dapat melihat hidung dan pipi adiknya yang memerah serta jejak air mata. Sepertinya Rere baru saja menangis, apa karena Auris benar- benar terlambat pikirnya.

" Koko! " Pekik Rere riang. Berbanding terbalik dengan kondisi wajahnya, Rere menyambut sang kakak dengan semangat.

Tubuh kecil itu bangkit, merentangkan tangannya dengan kotak perlengkapan mewarnai yang teracung di tangan kanan. Saat tak lagi berjerak, Rere memeluk kaki kakaknya dengan erat dan dibalas dengan usapan sayang dikepalanya.

" Kenapa sendirian disini? " Auris berjongkok menyalakan tingginya dengan sang adik.

" Teman-teman lele sudah pulang "

" Kenapa tidak menunggu didalam bersama bunda? "

" Bunda sedang bicala dengan mamanya Salah " 

Auris mengangguk mengerti, pasti Rere diam-diam keluar ruangan saat gurunya sedang berbicara dengan salah seorang wali murid. Karena jika tidak, gurunya tak akan membiarkan murid mereka berkeliaran diluar sendirian tanpa pengawasan.

" Koko, tas lele masih didalam " ujarnya saat Auris sudah bangkit berdiri, pikirnya mereka akan segera pulang padahal Auris harus berbicara beberapa hal tentang laporan perkembangan sikecil dengan sang guru.

" Ayo kedalam kita ambil dulu, Koko juga harus bicara dengan bunda Tuti sebentar " keduanya berjalan menuju kelas Rere yang tak jauh dari taman bermain.

***

" Selamat siang " sapa seorang wanita paruh baya dengan ramah. Kemudian mempersilahkan Auris menduduki kursi diseberang mejanya.

Auris membalas dengan senyuman, kemudian duduk setelah sebelumnya melirik kebelakang untuk memastikan Rere yang sedang memainkan beberapa mainan dan tidak pergi keluar sendirian.

" Papi saya tidak bisa datang, jadi saya yang mewakili. Tolong laporkan hasil belajar Rere pada saya saja, Bu " pinta Auris dengan sedikit menyesal. Pasalnya undangan yang diterima tertuju pada sang ayah, tapi karena kesibukan pekerjaan, Auris yang harus menggantikannya.

" Tidak masalah. Kami tahu kondisi tuan Nikolas. Tolong titipkan salam kami untuknya ya " balas wanita itu dengan penuh kelembutan. Sosok seorang guru taman kanak-kanak yang cukup penyabar.

" Bagaimana Rere di sekolah, Bu? " Mulai Auris sedikit melirik lembaran kertas di tangan sang guru yang diyakini adalah hasil penelitian milik adiknya.

Sebelum memulai wanita itu, Bunda Tuti, melirik seorang bocah melalui pundak Auris kemudian tersenyum.

Koko dan RereWhere stories live. Discover now