BAB 3 - GUA PUTIH

1.5K 256 22
                                    

Waktu itu ada yang nanya, visualisasi Stephen siapa?

Stephen gak ada visualisasi di dunia nyata atau visual versi idol ya.
Karena aku bingung mau milih visual idol siapa. Menurutku, gak ada satu idol pun yang cocok sama karakter Stephen di dunia nyata. Stephen itu spesial.

Karena tujuan awal cerita ini untuk menonjolkan karakter NCT DREAM as putra kerajaan.

Tapi kalau kalian mau bayangin Stephen sebagai idol kesukaan kalian, boleh-boleh aja. Tapi gak jadi visual resmi di cerita ini. Oke( ╹▽╹ )

-BAB 3-

|GUA PUTIH|

"Untuk apa kau berkemas?"

Keesokan harinya, setelah bangun tidur di pagi hari, Stephen mencari Tuan Amberson ke kamarnya dan melihat pria tua itu sedang mengemas beberapa pakaiannya sendiri ke dalam kain besar ukuran segi empat. Tidak tahu untuk apa beberapa pakaian tersebut. Tidak ada pemberitahuan apapun yang diucapkan oleh Tuan Amberson atau Varischa. Oleh sebab itu Stephen bertanya terlebih dahulu.

Hari kedua Stephen berada di desa D'Forse. Ia merasa nyaman-nyaman saja. Tidak merasa berada di tempat asing. Tidurnya tadi malam juga sangat nyenyak. Apa mungkin efek tidak bekerja menjadi model dan bertemu dengan banyak wartawan? Biasanya ia harus berpura-pura di depan para wartawan. Sekarang ia hidup apa adanya.

"Varischa ingin mencoba lagi mencari gerbang Lentera. Mungkin butuh waktu berhari-hari untuk mencarinya. Jadi harus tetap membawa beberapa perbekalan," jawab Tuan Amberson masih tetap fokus berkemas.

"Apa aku juga ikut?" tanya Stephen.

"Ya! Kau yang kemarin mengatakan bahwa ingin membantu."

"Hei! Aku tidak mengatakan bahwa ingin membantu kalian. Aku hanya mengatakan 'bagaimana jika maksud Ibuku mengirimku ke sini untuk membantu kalian'? Lalu bagaimana aku bisa membantu kalian berdua?"

"Pikirkan sendiri! Tuhan memang menakdirkan dirimu untuk bertemu dengan kami. Jadi, terima saja," kata Tuan Amberson seperti tanpa ada beban.

Stephen menggaruk kepala karena frustasi. Ternyata berpura-pura di depan wartawan itu lebih baik dari pada mengikuti kemauan kaum primitif ini. Memusingkan dan melelahkan.

"Tuan Amberson?"

Tak lama, terdengar panggilan dari luar kamar Tuan Amberson. Seperti suara Varischa. Mereka berdua keluar kamar dan menyusul.

"Kau sudah siap?" tanya Tuan Amberson. Sudah tahu maksud kedatangan Varischa.

Varischa mengambil napas sejenak, terlihat sedikit ngos-ngosan dan berkeringat. Walaupun Varischa dan Tuan Amberson bertetangga, jarak rumah keduanya terbilang cukup jauh. Terhalang oleh halaman dan lapangan yang luas. Di sebelah kaki Varischa, tempat ia berdiri saat itu, terdapat 2 gumpalan kain yang berisikan berbagai perlengkapan, yang akan diperlukan selama perjalanan mereka. "Ya! Semuanya sudah siap."

"Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan mengambil perbekalanku."

Stephen termangu. Tidak tahu harus melakukan apa. Dia ini memang sangat bodoh. Hanya tertolong wajah tampan dan fisik sempurna. Otak? Kosong! Jika ada situasi seperti ini Stephen tidak tahu harus berbuat apa.

Varischa pergi minum ke dapur sejenak untuk melepaskan dahaga, lalu kembali ke ruang depan setelah merasa puas. Sementara Stephen masih termangu di depan pintu kamar Tuan Amberson, sampai akhirnya si pria tua itu keluar membawa perbekalannya sendiri.

(Seri 2) D'FORSE | FINDING THE MISSING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang