BAB 6 - DIBALIK PERCINTAAN

1.7K 238 35
                                    

YA ALLAH... MAAF YA SEMUANYA😓😖😣
AKU MENGHILANG SELAMA INI DAN GAK ADA KABAR SAMA SEKALI🙏🙏🙏

AKU LAGI UAS GUYS. BENTAR LAGI LIBUR SEMESTER KOK. AKU LANJUTIN PAS LIBUR SEMESTER YA. PEACE✌️

SEKALI LAGI MAAF YA SEMUANYA😣😓🙏

SILAHKAN, KALIAN BOLEH MISUH-MISUH, MENGHUJAT, MENCACI, ATAU MARAH-MARAH DI KOLOM KOMENTAR👍🏻

Aku sampai lupa alurnya gimana🙃

-BAB 6-

|DIBALIK PERCINTAAN|

Varischa baru saja menutup matanya di malam hari, ketika selesai menyelesaikan hari-harinya saat itu. Hari itu ditutup dengan perasaan campur aduk yang tidak dapat didefinisikan. Kasur yang tidak terlalu empuk, namun cukup memberikan efek kenikmatan setelah seharian lelah beraktivitas. Ditambah hangatnya api perapian yang mampu menghalau sedikit rasa dinginnya salju, selimut tebal, dan lilin aroma terapi yang menyala di setiap sudut kamar.

Varischa menggunakan kamar di salah satu rumah pelayan. Mereka tidak kembali ke Istana, dikarenakan cuaca di malam hari akan memburuk dan badai salju bisa membuat mereka terjebak. Pelayan yang memiliki kamar tersebut, tidur di kamar lain yang kosong. Kamarnya ternyata bagus. Walaupun hanya diisi oleh seorang pelayan, namun kamar tersebut diberi fasilitas yang memadai. Karena pada dasarnya pelayan itu dianggap kasta terendah, jarang mendapatkan perlakuan yang layak. Tetapi di kerajaan ini, pelayan tidak dianggap rendahan, itu dilakukan sebagai bentuk rasa kemanusiaan. Mereka diberi fasilitas yang layak, sama seperti manusia pada umumnya.

Seluruh warga kerajaan memang hidup makmur. Baik dari para pelayan sampai ke pedagang.

Baru saja mata Varischa terpejam sebentar, tiba-tiba terdengar deritan pintu kamar yang dibuka secara perlahan. Varischa melihat ke arah pintu dan langsung disuguhkan oleh senyuman tipis dari seseorang yang sejak lama ia kagumi. Reflek tubuhnya bangkit dari posisi tidur dan duduk di atas kasur dengan mata yang tidak lepas dari orang tersebut. Antara takut dan gugup, sebenarnya. Apalagi waktu sudah menunjukkan tengah malam, dan tiba-tiba saja orang ini datang dan membuka pintu kamarnya. Agaknya Varischa sedikit parno.

"Maaf karena telah membangunkanmu."

Varischa hanya tersenyum seadanya. "Tidak apa. Aku baru saja hendak tidur," katanya.

Keadaan hening sejenak. Mungkin mereka sedikit canggung. "Kau membutuhkan sesuatu, Pangeran Jeofrel?" Varischa memecahkan keheningan. Pasalnya, Pangeran Jeofrel hanya berdiri diam di ambang pintu dengan tatapan yang tak lepas dari Varischa. Tentu saja Varischa menjadi gugup dan malu. Ia takut terhipnotis oleh tatapan tajam dari sang Pangeran dingin ini.

Sebelum menjawab, Pangeran Jeofrel berdeham pelan. Sekilas ia melihat ke arah belakang, lalu kembali menatap ke arah Varischa. Seolah-olah sedang memastikan situasi dan takut tertangkap basah karena sudah melakukan hal yang tidak baik.

"Aku butuh kehangatan."

"Huh?"

"M-maksudku, aku butuh minuman yang bisa menghangatkan tubuhku, y-ya, semacam teh a-atau yang lainnya," ralat Pangeran Jeofrel sembari terbata-bata.

Setelahnya Varischa bergumam 'oh' sembari mengangguk-angguk pelan beberapa kali. Varischa mengerti maksud ucapan Pangeran Jeofrel di awal. Dia dan Pangeran Jeofrel sama-sama sudah dewasa, sudah sepantasnya mengerti tentang hal-hal yang mengarah ke hubungan dewasa. Pangeran Jeofrel sendiri tampak mengutuki mulutnya yang malah melontarkan kata-kata yang tidak pantas. Dia seperti perayu ulung. Dan seorang Pangeran tidak boleh melakukan hal-hal seperti tadi.

(Seri 2) D'FORSE | FINDING THE MISSING Where stories live. Discover now