[2/10]

937 137 28
                                    

Aku pikir dia tidak menyukainya...

_________________


PRIA dengan surai hitam dengan sepucuk helaian putih itu kini sibuk. Gempa sibuk mengurus sarapan untuk saudaranya yang lain, juga masakan spesial untuk dihadiahkan pada [Name].

"WAH! APA INI? BAGUS BANGET!"

Gempa tidak bisa menahan diri ketika Blaze menyendok nasi goreng dalam kotak makan yang sudah dia tata rapi untuk pujaan hati. Dan sekarang persiapannya harus diulang dari awal lagi. "Blaze."

"Ya? Kak, Gem? Nasgornya enak banget, mantap!" Bahkan adiknya terlihat tidak berdosa berucap demikian dengan jempol teracung.

"Pergi sana. Beli makan sendiri."

"Hah?"

"KAK GEMPA!"

Gempa menutup pintu setelah menyeret Blaze dan memasukkannya ke dalam mobil taksi yang lewat depan rumahnya untuk mengantar ke sekolah. "Wah, aku bawa bekalnya, ya, bye."

Bahkan kali ini dia bisa melihat nasi goreng di katel habis dimakan oleh saudaranya yang lain juga bekal yang sudah hancur dibawa Taufan.

Hah.

Semuanya kacau.

.

.

.

Gempa kini sudah sampai sekolah dengan batas waktu yang sudah mepet pada jam masuk. Waktu masuk hampir habis, ketika dia menemukan [Name] ada di mejanya menatap kehadirannya dengan lega.

Bahkan [Name] sendiri memberikan sapu tangan dengan wangi khas lavender milik gadis itu. Bahkan kini [Name] menyodorkan minum untuk Gempa yang terlihat kelelahan karena berlarian menuju kelas. "Kenapa telat?"

Gempa bisa merasakan tangan lembut dengan tissue yang mengelap dahinya, bahkan teman sekelas yang lain menatapnya tercengang melihat [Name] yang biasanya menyendiri dan selalu cuek kini memperhatikan Gempa yang kini mukanya sudah memerah malu.

"Aku tadi cuman ngerjain beberapa pekerjaan rumah."

Bahkan lagi-lagi Gempa bisa merasakan jiwanya melayang ke langit ketujuh ketika melihat [Name] tersenyum dan mengelus kepalanya lembut. "Jangan berlebihan."

Setelahnya, Gempa bahkan harus mengakui, bahwa untuk beberapa detik dia lupa caranya untuk bernapas.

.

.

.

"Ini buat kamu, [Name]. Aku masak ini karena pengen ngasih sesuatu yang spesial."

Kini mereka ada di taman sekolah, di bawah rimbunan pohon lebat. Mereka duduk menikmati hembusan angin seiring Gempa menyodorkan nasi goreng yang telah dia siapkan sepenuh hati.

Walau begitu dia melihat sorot dingin dari wajah datar itu. Apakah dia melakukan kesalahan?

"Kamu telat karena ini?"

Gempa terdiam menggeleng, dengan balasan pandangan tidak percaya [Name]. Ah. Apakah [Name] tidak menyukainya? Perlahan Gempa menarik kotak bekal dan tersenyum muram. "Ah, gak usah diterima. Kayanya aku ngebuat kamu gak nyaman, [Name]."

[Name] yang melihat reaksi Gempa menggeleng ketika tangannya meraih kotak bekal tersebut dan membukanya. Lantas dia tersenyum kecil menyuapkan nasi goreng spesial buatan sang kekasih.

"Bukannya aku gak suka. Aku cuman gak suka kamu kerepotan."

Gempa bisa merasakan [Name] bersandar pada bahunya dan memakan masakannya tersebut. Perlahan senyuman tersungging di wajah Gempa. Juga Gempa yang memberikan sebotol air agar [Name] tidak kehausan.

"Apakah enak?"

"Hm."

Perlahan sesendok nasi melayang masuk ke mulut Gempa. Sendok yang sama yang digunakan [Name]. Itu membuat wajah Gempa memerah dengan menjatuhkan kepalanya ke dalam pundak [Name] yang kini menjadi sandaran.

Perlahan ketika suara ketukan beradu alat makan habis. Gempa bisa merasakan sentuhan lembut yang menggenggam tangannya. Gempa menggenggam tangan itu erat sebelum mata mereka berpandangan.

"Makasih."

Gempa menggeleng ketika [Name] memberikan kembali bekal yang dibuatnya. "Nggak. Aku ikut seneng kamu suka. Sama-sama, [Name]."

[Name] ikut tersenyum melihat Gempa yang senang. Lantas dia menarik Gempa bangkit, berjalan menuju kelas karena kini sebentar lagi jam istirahat masuk. "Kenapa kamu yang ngerjain pekerjaan rumah? Padahal kamu kan, bukan anak pertama."

"Ah, itu karena gak ada yang mau ngerjainnya. Dibanding berantakan aku lebih pengen semuanya rapi."

[Name] yang mendengarnya mengangguk mengeratkan tangannya pada Gempa. Ketika akhirnya mereka sampai di kelas dan duduk di kursi masing-masing.

"Ciee.., yang habis kencan. Kamu harusnya juga siapin kotak bekal buat aku. Aku juga lapar tahu."

Gempa melirik Gopal yang menggodanya dari belakang sembari merengek. Lantas Gempa memberikan kotak kosong yang membuat Gopal mengernyit dahi.

"Makanya jangan jomblo."

_______________

Bonus
________________

"Gempa. Bisa-bisanya kamu bilang gitu ke sahabat terbaik kamu"

"Aku ngomong gitu karena kita sahabat."

"Cih. Bohong. Dasar bucin."

.

.

.

______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________


...ternyata dia menghargainya dan membuatku merasa lebih nyaman.

24 Juli 2022

My Cool Darling || Boboiboy Gempa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang