[10/10]

690 109 2
                                    

Kami berharap...

_________________

SEPASANG netra coklat saling menatap tanpa kata, lantas diiringi tawa kecil. Banyak hal yang sudah terjadi dari kelas XII hingga hari kelulusan mereka. Sekarang tepat sehari setelah resmi sudah lulus dari masa putih-abu dan akan menerjang yang dinamakan kehidupan.

"Aku gak nyangka, kita masih jadian sampai sekarang."

Gempa tertawa, menarik surai coklat yang menutupi dahi kekasihnya. "Aku juga gak nyangka, ternyata kita bisa bertahan sampai sekarang, [Name]"  Gempa mengelus kepala kekasihnya lembut yang dibalas dekapan yang menjalar di pinggangnya.

"Satu tahun. Ini udah satu tahun setelah kita jadian."

Gempa mengangguk, mendengar penuturan [Name]. Lantas dia berdiri, dengan mengulurkan tangannya. "Karena ini hari spesial, ada yang mau aku kasih." [Name] tersenyum tipis menggeleng pelan, menyambut uluran tangan Gempa. "As you wish."

[Name] yang sudah menggenggam tangan kekasihnya perlahan merasakan kegelapan yang menutupi pandangan. Perlahan matanya ditutup, dia tidak protes, mungkin imi salah satu dari rencana kekasihnya. "So, kita sekarang mau ke mana?"

"Rahasia." [Name] mengulum bibirnya geli, lantas langkahnya dituntun menekuni jalan setapak. Perlahan, ketika dia merasakan langkahnya berada di bebatuan jalan taman. Penutup mata terbuka, menghadirkan anak kucing yang mengeong mendekatinya. "Gempa."

Gempa tertawa, perlahan dia membuka toples kaleng yang berisikan biskuit kucing. Anak kucing itu mengeong riuh, lantas Gempa memberikannya pada [Name] yang sudah tersenyum lembut mengelus anak kucing yang mendekat.

"First our meet."

[Name] tertawa lantas menarik tangan Gempa ikut menampung biskuit kucing. Makhluk berbulu mungil itu memakannya dengan rakus membuat keduanya terkekeh geli. "Yeah, ma-"

"Jangan dulu bilang makasih, masih ada kejutan lain."

[Name] mengangguk mengerti, fokus pada anak-anak kucing sebelum akhirnya semua telah habis tidak tersisa lagi. Perlahan tangannya dibasuh tisu basah oleh Gempa yang membuat tangannya kembali bersih.

"Yuk, lanjut."

Kini [Name] mulai kembali masuk ke dalam taman. Di depan air mancur, ada kompor kecil dengan bahan-bahan masak. Gempa menggulung lengan bajunya, lantas meminta [Name] duduk. "Tunggu 10 menit. Nasi goreng siap disajikan."

"Baik, Chef."

Aroma dari masakan Gempa menguat, menyela masuk ke hidungnya membuat perutnya bergemuruh lapar. "Sudah siap!" [Name] mendekat, membantu menyajikan ke satu piring dan meletakkan dua sendok, dia juga tidak lupa membawa botol minum untuk mereka berdua.

[Name] kini yang pertama memberikan suapan ke mulut Gempa yang diterima dengan senang hati, lantas keduanya menikmati kehangatan nasi goreng istimewa maha karya Gempa.

"Apa ini?"

"Ikut saja."

[Name] kembali menurut, kini dia mengikuti benang merah yang diberikan Gempa, perlahan, di semak-semak dengan sorot lampu kekuningan, dia bisa melihat buku yang tersimpan di atas kursi taman. 'Eternal Love', itu judul yang tertera membuat [Name] menarik sudut bibirnya. 

Lagi. Benang merah itu belum usai, dia terus menyusuri hingga akhir dan menemukan, potret-potret kenangan dirinya bersama Gempa di semak-semak yang terdapat begitu banyak memori. Perlahan dia menatapnya penuh kelembutan, meraih satu potret demi potret, dan mendekapnya erat.

[Name] melirik Gempa, pemuda itu hanya tersenyum hangat memeluknya erat, itu tidak bisa membuatnya menjadi emosional akan kehangatan kekasihnya. "Ini yang terakhir?"

"Benar."

Di ujung taman, dia menemukan kamera yang akan membuat video kenangan untuk keduanya saat ini. Di antara suram lampu, tanda merah menyala. Membuatnya terlihat sudah mulai merekam. "Kamu bisa bicara apapun."

[Name] mengangguk, pandangannya mengarah tepat pada lensa kamera sebelum senyuman lebar yang tidak pernah dia perlihatkan muncul. "Aku mencintaimu, Gempa. Dulu, sekarang maupun nanti. Terima kasih atas segalanya."

Kehangatan menyebar di setiap sudut hati [Name]. Perlahan netra itu mengembun, Gempa yang peka segera mendekat sebelum air mata itu runtuh. "Tidak apa-apa, tidak apa-apa."

Gempa yang panik, mulai terhenti, ketika melihat dari saku hoodie [Name] keluar kado dengan bungkus kecil. "Ini gak seberapa sama semua ini, tapi aku yakin kamu akan suka." Gempa menggenggam benda itu erat, perlahan hadiah mulai terbuka, menghadirkan kotak merah dengan dua cincin perak di dalamnya.

Tidak. Gempa selalu kehilangan satu langkah. Kini malahan dirinya yang berkaca-kaca. Perlahan [Name] tersenyum, meletakkan semua hadiah Gempa dan berlutut, menyematkan cincin perak polos itu jari manis kekasihnya.

"Cintai aku."

Gempa tersenyum dengan mata memerah haru. "Aku juga mencintaimu."

_________________

Bonus

_________________

Prok, prok, prok.

Tepuk tangan terdengar riuh dari berbagai penjuru taman. Semua saudara Gempa, teman-teman mereka, bahkan Ayah [Name] ada di sana.

"Wuhuu! [Name] selalu terdepan!"

"Congrast!"

"Kalian membuat para jomblo mengiri."

"Semoga kalian selalu bahagia."

[Name] melirik Gempa yang sama-sama bingung. "Jadi dari tadi kita ditontonin?" Gempa menggeleng tidak tahu. Sebelum Thorn menyahut. "DARI AWAL KITA NONTON, ROMANTIS BANGET KALIAN TUH!"

Astaga.

Kedua orang itu menunduk malu. Walau begitu kehangatan menyebar dan membuat senyuman mereka tidak luntur. Mereka harap ini akan selalu abadi hingga maut menjemput.

.

.

.

_________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_________________

...cinta ini akan terus abadi hingga kami dipertemukan kembali.

18 September 2022

My Cool Darling || Boboiboy Gempa Where stories live. Discover now