[5/10]

719 107 4
                                    

Aku tidak percaya...

_________________________

APAKAH kamu percaya pada cinta?

[Name] tidak tahu, bagaimana caranya mencintai seseorang atau menyayanginya melebihi dirinya sendiri. Apakah ada orang yang pantas dicintai selain dirinya sendiri?

Entah narsistik atau sejenisnya, dia terjebak di cinta monyet ini. Apakah [Name] benar-benar mencintai Gempa? Jika ditanya, dia tidak yakin, bagaimana perasaannya pada pemuda baik hati itu. Dia tidak paham.

Tapi, ketika pria itu terlambat. Bahkan anehnya dia masih rela menunggu hingga empat jam, itu aneh bukan? Katakan itu aneh, dia benar-benar tidak paham. Serius. Bahkan ketika melihat semua ekspresi, kata, juga senyuman pria itu, dia tidak bisa sepenuhnya marah.

Apa ini benar-benar cinta?

[Name] menghembuskan napas panjang. Sudah cukup, otaknya sudah sakit untuk berpikir lagi. Kini dia kembali fokus pada pemandangan dari atas bianglala bersama sang kekasih. Lampu kelap-kelip hangat menghiasi kota. Indah.

"Indah, ya.."

"Hm."

[Name] berdehem, dan menatap setiap ekspresi yang Gempa keluarkan, pria itu yang tersadar kembali membalas tatapannya hangat. "Lihat, banyak bendera merah-putih buat dekorasi taman bermain sekarang. Di sepanjang kota juga. Sebentar lagi peringatan kemerdekaan.."

[Name] mengangguk, dia sudah tahu. Dia sudah melihatnya sedari awal masuk ke taman bermain. Dia ingin menjawab, tapi matanya memberat, sepertinya dia sudah benar-benar lelah. "Katanya perjuangan itu susah, untung saja kita sudah di masa sekarang.."

[Name] tidak lagi menjawab, sayup-sayup suara Gempa memasuki kepalanya dan dia mulai tertidur, hal terakhir yang dirasakannya adalah benda hangat yang diberikan lembut membungkus punggungnya. Dengan usapan lembut yang menenangkan.

.

.

.

"[Name]?"

[Name] terbangun menatap Gempa di depannya, tidak, apakah orang ini benar-benar Gempa? Bagaimana pakaian kekasihnya itu bisa kampungan dan kuno seperti itu? "Gempa?"

"Ya, [Name]." Tidak. Ini tidak benar. Dia melirik sekelilingnya, dan menemukan dirinya di pantulan jendela. Penampilannya aneh, dia mengenakan kimono dengan sanggul di kepalanya dengan berbagai hiasan, bagaimana wajahnya kini berubah menjadi lebih pucat dengan ras Jepang yang kental. Sebenarnya ini di mana?

"[Name]!"

"Ah, Kau sudah dipanggil oleh Kapten. Aku pergi dahulu."

[Name] mengerutkan dahinya, lantas menatap pria dengan pistol di belakangnya, wajahnya sangat mirip dengan sang ayah yang pemarah. "Baka janai no? Naze genjūmin to kōryū shita nodesu ka?!"

Hah? [Name] tidak mengerti, hingga akhirnya dia dibawa masuk ke rumah. Di sana pria-pria sipit berkumpul menunduk hormat kepada ayahnya. Dia sekarang dikurung di kamarnya.

APA YANG SEBENARNYA TERJADI?!

.

.

My Cool Darling || Boboiboy Gempa Where stories live. Discover now