[7/10]

646 101 2
                                    

Aku ternyata lebih kekanakan...

_________________

ACARA sekolah baru saja selesai ketika petang hari, dengan dia yang menjadi paling terakhir pulang sebagai panitia acara. Gempa cukup lelah, kepalanya pusing dan tubuhnya sudah butuh istirahat.

Menyalakan motornya dia mampir ke mini market untuk membeli makanan ringan dan bahan makanan. Sebelum menemukan visual gadis yang familiar dengan pria jangkung mengenakan kemeja rapi.

"[Name]?"

Gempa menatap tidak percaya ketika kepala gadis itu, [Name] diusap oleh sang pria. Terlebih kini [Name] bukan mengenakan pakaiannya yang biasa, pakaian formal dengan gaun putih selutut dengan riasan tipis. Apa mereka berdua kencan?!

Tidak mungkin. Mana mungkin [Name] mengkhianatinya. "[Name]! Udah belom! Lama-lama lumutan gue nungguin lo milih minuman. Dasar cewek." [Name] melirik kesal memukul lengan pria itu kasar. "Sabar!"

Pria itu memajukan bibirnya sebal. Sembari menepuk-nepuk kepala [Name]. "Jadi cewek galak-galak amat. Dicium baru diem. Sini sayang. Gue cium ya!"

"Najis!"

Gempa terdiam tidak percaya, lantas mengalihkan pandangannya sebelum bergegas kembali menuju parkiran lantas bergegas pergi. Jadi. [Name] benar-benar selingkuh? Atau memang hubungan mereka memang tidak berarti?

Gempa bisa merasakan kepalanya semakin sakit ketika sudah sampai rumah. "Gempa. Kamu gapapa?" Halilintar kini yang membuka pintu, melihat raut wajah muram sang adik dia tidak lanjut bertanya dan membiarkan pemuda itu menuju kamar dan berbaring. "Udah makan?"

"Tumben perhatian. Biasanya aja gak peduli." Gempa berkata sarkastik, dengan wajah sinis. Itu membuat Halilintar tidak nyaman, karena jarang sekali Gempa seperti itu kecuali sedang mengalami perasaan yang benar-benar buruk.

"Aku pergi."

Gempa bisa melihat siluet sang kakak menghilang dan pintu tertutup, dengan lemas dia membersihkan diri sebelum akhirnya kepalanya menyentuh bantal lembut, pikirannya kembali kacau dengan mata yang mulai mengembun. "Aku mohon, aku harap ini cuman mimpi."

Perlahan mata itu terpejam dengan dadanya yang terisak hingga benar-benar lelah, pemuda itu tertidur lelap.

.

.

.

Gempa bisa merasakan sentuhan lembut dan dingin di kepalanya. Dia merasakan seluruh tubuhnya panas dengan napas memberat. "Kamu demam parah, Gempa."

"[Name]?"

Gempa bisa melihat gadis itu masih mengenakan gaun putih yang sama dengan riasan yang masih belum luntur, langit sudah gelap. Kini dirinya bisa merasakan kain basah yang menempel di dahinya. "Iya, ini aku. Kata Halilintar kamu gak mau diganggu. Jadi dia manggil aku. Kamu gak masalah, kan?"

Gempa terdiam membisu, lidahnya kelu untuk bertanya apa yang dilakukan [Name] dengan pria jangkung yang terlihat akrab tadi. "[Name], ayo balik. Ayah lo udah nyariin lo dari tadi."

Baru saja dipikirkan, Gempa bisa melihat siluet pria jangkung itu di depan kamarnya sembari memanggil sang kekasih. Sebenarnya siapa dirinya? Bahkan jika itu adalah selingkuhan [Name], bukankah orang itu tidak tahu diri?

"Aku pengen kamu di sini." Gempa menginterupsi keduanya dengan memelas kepada [Name] untuk tetap tinggal. Dia bisa melihat sorot itu melembut mengangguk. Sebenarnya Gempa hanya tidak ingin pria itu membawa [Name] "Oke. Aku bakal nemenin kamu."

"Hey! Terus Ayah lo gimana?! Gue nanti jadi bulan-bulanan gak bisa jaga adik sepupu sendiri."

Sepupu?

"Ya, tinggal buat alasan."

"Dasar bucin. Alay!"

Gempa yang masih memproses semuanya terduduk memegang lengan [Name], sedangkan kekasihnya itu langsung refleks memegangi Gempa agar tidak tumbang karena tubuh lemah. Jadi mereka hanya sepupu? "Jadi kalian sepupu?"

"Iya."

"Gue gak mau ngaku sih. Cuman sayangnya, iya. Anak pungut kulkas ini bisa-bisanya jadi sepupu gue."

Gempa terdiam. Jadi. Dia salah paham? Walau begitu dengan pakaian formal mereka? "Tapi, pakaian kalian?"

"Oh... Itu kita habis dari nikahan Tante. Tahulah harus pake baju formal, sekarang juga acaranya masih lanjut. Cuman si kulkas alay ini minta gue anterin ke rumah lo. Yaudahlah, ya, sekarang gue balik duluan. Kalau ada apa-apa pokoknya Ayah lo gak boleh nyalahin gua. Bye, bucin alay."

Sepupu [Name] pergi keluar dari kamar setelah menjelaskan, serta sang gadis yang melirik Gempa yang sedang memeluknya erat. "[Name], aku sayang banget sama kamu."

Gempa bersyukur, ternyata semua pikiran buruk itu bukanlah kenyataan.

_________________

Bonus

_________________

"Tunggu. Kamu jadi sakit kaya gini gara-gara ngira aku selingkuh sama si tiang listrik itu?" [Name] menatap tidak percaya kekasihnya yang mengangguk malu.

"Maaf."

[Name] menghembuskan napas pelan dan menyentil dahi Gempa. "Lain kali jangan ambil kesimpulan sendiri." Gempa tertawa kecil. "Baik, [Name]."

.

.

.

________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________

... terlalu cepat mengambil kesimpulan melihat [Name] bersama pria lain (ᗒᗩᗕ)

28/08/2022

My Cool Darling || Boboiboy Gempa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang