[4/10]

788 121 11
                                    

Aku memang salah sih...

_________________________

HARI begitu cerah, matahari bersinar terang, serta awan-awan yang menghias indah. Akhir pekan. Waktu yang pas untuk berlibur ditemani orang-orang tersayang. Dan untuk Gempa sendiri dia sudah merencanakan kencan dengan [Name] di taman kota.

Sebelumnya, dia mengingat kalau kencannya akan berlangsung siang hari, karena itu dia meletakkan handphone yang mati untuk diisi daya dan membersihkan rumah dibantu yang lain, (entah kenapa anak-anak itu menjadi rajin) serta menyiapkan penampilan terbaik.

Dan ketika dia sudah selesai dan hendak berangkat. Dia menemukan panggilan tidak terangkat sebanyak puluhan kali dari [Name]. Juga pesan singkat dari pujaan hati.

_[Name]

Aku udah sampai.

Ditulis jam 07.30

Kita janjian jam 08.00

Ditulis jam 10.00

Ini batal?

Ditulis jam 11.45

Gempa panik. Dia melirik jam dinding, kini sudah jam 12.00 siang. Dia lupa, dia lupa jika mereka janjian jam delapan, karena dia mengira, dia sudah berpikir akan membereskan rumah lebih dahulu sebelum berangkat. Ternyata faktanya tidak.

Gempa_

[Name]! Maafin aku! Aku kira kita janjian siang ini. Aku lupa banget. Maaf banget [Name]!

Gempa sudah berkeringat dingin ketika melihat di layar handphone [Name] sedang mengetik pesan. Dengan terburu memakai jaket serta topi, dia berlari menuju halaman menyalakan motor.

Ping!

_[Name]

Ditunggu.

Gempa yang melihat pesan itu langsung melesat pergi menuju taman kota. Astaga! Pasti [Name] sudah menunggu dari pagi tadi!

.

.

.

"[Name]!"

Gempa dengan napas tersengal-sengal bertatapan dengan [Name] yang kini duduk di bangku taman, di bawah rimbunan pohon dengan gelas minuman plastik yang sudah habis. Gempa yang melihatnya meringis, pasti kekasihnya sudah menunggunya lama.

"[Name]."

Gempa melihat wajah datar itu kini menatapnya dingin, tanpa kata-kata dia berjalan mendekati salah satu kios membeli botol minum untuk diberikan pada Gempa. "Makasih, tapi, [Name]. Maaf, aku emang salah. Kamu pasti udah nunggu lama. Maaf."

Gempa bisa melihat gadis itu memalingkan wajah dan berjalan meninggalkannya. Ah, sepertinya [Name] benar-benar marah.

.

.

.

"Kamu mau ini?"

"Kita naik itu, ya?"

"Ada yang kamu pengen?"

Gempa tidak tahan. Bahkan sepanjang ini mereka berjalan tanpa arah berkeliling tanpa menaiki wahana atau membeli barang apapun. [Name] sepertinya benar-benar marah.

"[Name]."

Gempa memegang lengan gadis itu agar tidak lagi pergi tanpa arah membelakanginya. Bahkan ketika mereka sudah berpegangan [Name] memalingkan wajah dengan tampang dingin. "Aku tahu, aku salah. Tapi, kalau kamu diem terus. Aku gak tahu harus gimana. Karena itu, aku lebih milih kamu marah aja, dibanding kamu diem dan ngehindarin aku kaya gini."

Kali ini pandangan mereka bertemu, tatapan [Name] yang dingin berubah dengan sorot kecewa mengartikan banyak kata-kata yang tidak bisa diungkapkan. Gempa yang memahaminya kini memeluk [Name] yang terdiam kaku. "Maaf, [Name]. Maaf, ya..."

Ketika Gempa melepaskan pelukannya, [Name] tiba-tiba menarik lengan bajunya menunjuk tembak air tempat di mana yang berhasil mencapai target akan mendapatkan boneka beruang putih. "Kamu mau itu?"

[Name] mengangguk yang membuat Gempa tersenyum hangat. Sisi lain imut ini baru pertama kali dia lihat. "Baiklah! Mari kita coba!" Gempa tertawa menarik tangan [Name] mendekati kios tersebut. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya dia mendapatkan boneka beruang kutub yang dari tadi diperhatikan oleh kekasihnya.

"Makasih."

Gempa merasa sangat gemas. Ketika melihat [Name] tersenyum tipis dengan semburat merah di pipi serta memeluk bonekanya erat dengan kedua tangan mungil. "Sa- sama-sama. Kita makan, yuk. Aku udah lapar nih."

Gempa berjalan diiringi [Name] yang kembali tersenyum. Kini mereka membeli bakso yang berada di pinggir taman. Gempa dikejutkan ketika melihat banyaknya sambal yang ditaruh di dalam mangkuk [Name].

"[Na- Name]?"

Gempa bisa melihat senyuman miring dari gadis yang dia cintai ketika mangkuk berisikan kuah penuh sambal dengan hiasan bakso yang disodorkan padanya. "Makan ya, aku kebanyakan pedesnya."

Mampus.

_____________________

Bonus

_____________________

"Hah, hah, hah. Pedes banget!"

"Nih."

Gempa mengambil botol air putih-- yang kedua. Matanya sudah basah, hidungnya berair, juga wajahnya memerah, karena rasa pedas yang tidak lantas hilang dan sekarang perutnya sakit.

"Aku ke kamar mandi dulu."

Gempa melirik [Name] yang mengangguk, diam-diam menutup mulutnya menahan tawa. Itu membuat Gempa kesal karena dirinya sepertinya sudah dijahili. "Kamu sengaja, ya?"

"Iya, itu balasan yang tadi."

Gempa kini baru tahu bahwa ternyata [Name] juga bisa kekanakan. Dengan mengangkat jempol dia tersenyum miris. "Terbaik."

.

.

.

_____________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________________

... tapi aku tidak menyangka [Name] setega ini (╥﹏╥)

7 Agustus 2022

My Cool Darling || Boboiboy Gempa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang