1. Tanya

214 21 17
                                    

YouN1T Fanfiction

Happy Reading


✈️


Dalam pikirannya ia masih bingung, antara ada dan tiada. Entah perasaan apa yang ia rasakan kini, jemarinya mencoret-coret lembar kosong yang masih senantiasa dihadapannya. Awalnya ia hanya ingin menuliskan beberapa kalimat inti, namun nyatanya ia menggoreskan pena terlalu dalam yang menyebabkan beberapa lembar menembus dan menciptakan coretan baru.

Jemarinya enggan untuk berdiskusi, beberapa kali ia mencoba namun ternyata gagal. Helaan napas berat ia keluarkan, dunia ini sungguh melelahkan baginya. Menjadi seseorang yang berbeda nyatanya memberikan banyak pertanyaan dalam pikirannya.

Mengapa harus dirinya?

Mengapa dirinya yang merasakan kejamnya dunia ini?

Dari awal ia lahir ke dunia pun tak pernah ada yang adil, ia dibuang dan ditelantarkan pada orang lain. Merasakan bagaimana kejamnya orang-orang yang bahkan tak menginginkan ia hidup.

Lalu, ia harus apa saat ini?

Bukankah sebaiknya ia pergi?

"Fenly!" Teriak seseorang dari balik pintu kamarnya, dia mengetuk pintu dengan tidak sabaran.

Yang ia lakukan hanya menghela napas kemudian memasukkan lembar kosong tadi ke dalam laci. Ia bangkit kemudian membuka pintu yang menurutnya mudah tetapi ternyata sulit, harus menggunakan tenaga ekstra saat ini.

"Kenapa?" Tanyanya pada seseorang yang kini dihadapannya setelah ia berhasil membuka pintu kamarnya.

"Olahraga yuk, udah jam empat nih." Katanya lagi sambil menunjukkan arlojinya tepat di angka empat.

"Aku ganti baju dulu. Bang Lang jadi kesini?" Tanya Fenly yang kini memasuki ruangan kamarnya lagi untuk mencari kaos yang sekiranya cocok.

"Masih ada meeting, tapi nanti malem nyusul. Oh iya tadi Bang Han nitip ini Fen." Pemuda bernama Fenly tadi mengernyitkan dahinya ketika Farhan memberikannya berbagai alat tulis. Entah salah satu Kakaknya itu seperti sedang melakukan sesuatu untuk dirinya.

Minggu kemarin ia dibelikan meja belajar baru dengan alasan yang lama sudah dalam kondisi buruk. Sebagai Adik ia senang diperhatikan seperti ini oleh Kakaknya, tetapi terlalu berlebihan.

"Makasih, Ji. Yuk sekarang aja." Mereka menuruni tangga lalu tiba-tiba Fenly berlari menubruk seseorang yang baru saja tiba dari arah pintu utama rumahnya. Pemuda itu memeluknya dengan erat sampai membuat seseorang yang dipeluknya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Kak Shan...."

"Iya, Dek. Kenapa, hmm?"

"Kok baru datang sekarang? Kak Farhan mana?"

"Maaf ya. Kerjaan Kakak tadi banyak, makanya langsung kesini, Kakak nggak mau nanti Adiknya Kak Shan ini ngambek."

Shandy, malaikatnya Fenly telah kembali. Dua minggu itu terasa setahun, bahkan Fenly sampai harus rela olaharaga setiap sore hanya untuk mengalihkan pikirannya dari Shandy. Tugas yang diberikan Farhan memang penting, tetapi ia pun rindu dengan Kakaknya.

Terakhir kali ia berdiskusi dengan kedua Kakaknya itu justru membuat dirinya semakin jauh dari mereka. Farhan mengatakan ia harus belajar mandiri dari sekarang, entah perasaannya saja atau memang Farhan masih membencinya.

"Hmm."

"Udah dong jangan ngambek, nih Kakak bawain ini buat Fen."

"Satu doang? Aji nggak dibeliin, Kak?"

FLY | UN1TYWhere stories live. Discover now