4. Kami Disini

125 21 28
                                    

YouN1T Fanfiction

Happy Reading

✈️


Ruangan bersih nan rapi itu kini berubah seperti kapal pecah, layaknya seorang pekerja yang memiliki banyak pekerjaan. Seorang pemuda berkulit tan itu memijit pangkal hidungnya lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi yang sedari tadi ia duduki.

Dua jam berlalu sejak pertemuannya dengan klien membuat dirinya semakin di sibukkan dengan berbagai kertas yang kian menumpuk. Bagaimana tidak, dalam sehari ia bisa menandatangani ratusan kontrak yang membuat dirinya lelah. Ia harus berterima kasih pada Ricky yang selalu membantu dirinya mengurus perusahaan mendiang sang Papa.

"Bang, tadi Bang Shan bilang kalau Fenly hari ini pulang. Kita jenguk yuk dirumahnya." Ucap seseorang dari balik pintu ruangannya sambil menampilkan senyuman rupawan.

Benar, ia bahkan belum sempat menjenguk sang Adik dirumah sakit. Bahkan untuk sekedar makan saja ia harus diingatkan oleh Ricky, jika tidak sudah dipastikan bahwa dirinya jatuh sakit.

"Nanti malam ya, Rick. Abang selesain ini dulu."

"Apa sih Bang? Sini Ricky bantu, Bang Lang jangan capek-capek dong. Nanti kalau Fen tahu Abang sakit bisa dimarahin nih aku."

Pemuda berkulit tan tadi hanya terkekeh mendengar jawaban sang Adik. Ia jadi merindukan Fenly, terhitung sudah lima hari tidak bertemu dengan pemuda tampan itu.

Pekerjaan yang semula berat kini terasa ringan karena bantuan dari Ricky, ia memandang ke arah sang Adik yang dengan cepat meneliti semua berkas lalu memisahkannya bila tidak terpakai. Ternyata secepat itu sang Adik memahami urusan perusahaan, seharusnya Ricky saja yang memimpin perusahaan ini daripada harus dirinya yang sepertinya tidak cocok.

"Fenly gimana, Rick?"

Ricky menoleh lalu tersenyum kecil sambil memikirkan jawaban apa yang tepat untuk sang Kakak.

"Hmm...."

"Jangan bohongi Abang, kasih penjelasan tentang sakitnya Fenly!"

Jawaban Gilang membuat Ricky takut, tetapi sang Kakak benar. Fenly membutuhkan mereka yang mampu membuatnya terus semangat.

"Dokter Fauzan bilang kalau penyakit Fen udah nyebar ke seluruh tubuhnya. Operasi sumsum itu nggak sepenuhnya berhasil, Bang. Hanya butuh keajaiban dan tentunya doa dari kita supaya Fenly tetap kuat."

"Jadi, Fen nggak...."

"Belum tentu, Bang. Ricky yakin dia kuat kok, Adiknya Ricky kan hebat." Meski dalam hatinya ia pun khawatir, tetapi Ricky mencoba berpikir positif bahwa Fenly dapat sembuh.

Gilang segera merapikan meja kerjanya, perasaannya semakin tak tenang ketika Ricky mengucapkan kata itu. Entah rasanya ingin sekali memeluk erat tubuh Fenly saat ini. Ricky yang mengetahui sepertinya memang Gilang sedang dalam keadaan tidak baik, hanya bisa diam lalu membantu merapikan seluruh pekerjaan Kakaknya itu.

✈️

"Ovel, Kakak kangen banget sama Ovel." Shandy memeluk erat tubuh sang Adik dari samping. Sedari tadi ia berusaha membangunkan sang Adik yang tertidur, tetapi sepertinya memang Fenly enggan untuk bangun.

"Eunghhh, Kakak ih awas. Fen masih ngantuk."

"Ovel ganteng deh, bangun yuk."

"Nggak mau, masih ngantuk."

"Mau bubur nggak? Kakak udah pesenin tuh tukangnya ada didepan rumah. Katanya nungguin Ovel bangun. Ovel, Adek bangun yuk. Vel, Ovel."

Fenly menyerah ketika Shandy memanggil dirinya dengan nama kecilnya. Bahkan kini sang Kakak berhasil membangunkannya dengan cara menggelitik pinggangnya. Hari liburnya hancur karena kelakuan Shandy dipagi hari.

FLY | UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang