9. Egois ?

88 23 22
                                    

YouN1T Fanfiction

Happy Reading

✈️


Fenly tengah menyandarkan kepalanya dibahu sang Kakak, ia memejamkan matanya sejenak lalu tersenyum. Terasa nyaman saat ini apalagi sang Kakak menuruti keinginannya kesini, ke tempat dimana pertama kalinya mereka bertemu. Sekedar mengenang masa dimana mereka saling bertegur sapa tanpa mengenal satu sama lain.

"Kak, Fen pengen rasain terbang deh."

Sang Kakak mengerutkan keningnya, ia menoleh sejenak pada Fenly yang ternyata sedang memandang ke arah langit cerah sore itu.

"Kalau Fen punya sayap mungkin bisa." Jawab sang Kakak asal.

"Kalau Fen terbang kesana, apa mungkin bisa ketemu Ayah dan Mama? Fen juga kangen sama Papa."

Sepertinya ucapan sang Adik semakin melantur, itulah pikir Kakaknya. Shandy, pemuda berambut gondrong itu merangkul sang Adik seraya tersenyum. Netranya menatap lekat mata indah milik Fenly yang kini bingung oleh tatapannya.

"Mau Fen apa?" Tanyanya lembut.

"Fen mau terbang, kesana. Ketemu mereka, Fen capek." Tunjuk sang Adik tersenyum ke arah senja yang kian meredup.

Ia harus bekerja keras mengartikan ucapan Fenly. Meski sebenarnya tahu tetapi bolehkan Tuhan memberinya waktu lebih lama bersama Fenly?

"Kenapa? Fen mau tinggalin Kakak?"

"Nggak, Kakak akan tetap disini sama Fenly. Kakak itu kan malaikatnya Fen." Jawabnya sambil menggenggam jemari Shandy yang didekatkan pada dadanya.

"Terus kenapa Adek bilang gitu?" Shandy tampak menahan air matanya, ia menengadahkan wajahnya ke atas lalu membuang muka ke arah lain supaya sang Adik tak melihatnya jika ia mulai meneteskan air matanya.

"Disana indah, Kak. Fen jadi ingat waktu Fen kecil selalu main ditempat itu sama Kakak. Semua itu buat Fen kangen, kangen masa kecil Fen sama Kakak dan Kak Farhan."

Ya. Ucapan Fenly memang semakin melantur. Hal itu membuat Shandy takut, ia tak pernah membayangkan hal itu terjadi.

"Kak, Fen boleh nggak terbang kesana?"

"Nggak. Kakak nggak mau Fen kesana."

"Kenapa?"

"Sekarang kita pulang." Jawab Shandy datar, ia menarik pergelangan tangan Fenly untuk mengikutinya ke arah mobil yang diparkirkan di pinggir jalan.

Pemuda berambut gondrong tadi tak bersuara sedikitpun, ia lebih memilih diam sepanjang perjalanan pulang. Sedangkan Fenly tampak merasa bersalah pada Shandy ketika sang Kakak itu seperti sedang marah.

"Kak Shan..."

"Kakak marah, ya?"

"Kak. Maafin Fen, ya. Fen cuma mau-"

"Stop!" Sergah Shandy dengan tegas, ia menoleh ke arah Fenly lalu menghela napas sambil mengusap kasar wajahnya yang terlihat menahan amarah.

Terlihat bahwa Shandy menepikan mobilnya tepat didepan kantor milik keluarganya lalu bergegas turun meninggalkan Fenly sendirian dengan perasaan bingungnya. Ia lelah dan ingin merasakan apa yang belum pernah ia rasakan, hanya itu.

Apa mungkin jika Shandy merasakan hal yang sama dengan sahabatnya jika dirinya pergi? Entahlah hatinya terasa gundah kali ini. Tetapi di sisi lain ia pun merasa bersalah pada Shandy telah mengatakan hal itu, bahkan sang Kakak kemana pun ia tak tahu.

FLY | UN1TYWhere stories live. Discover now