2. Semakin Nyata

161 22 14
                                    

YouN1T Fanfiction

Happy Reading

✈️


Keringat bercucuran dari dahinya, ia tampak gelisah dalam lelapnya. Bahkan seseorang disampingnya terlihat terganggu, kemudian menyenggol lengannya. Tampak dari raut wajahnya sedang dalam mimpi yang sangat buruk. Dengan perlahan seseorang itu mengusap pelan dahinya berharap dirinya tenang.

"FENLY!"

Teriakan darinya mampu membuat seseorang disampingnya menutup telinganya, ia menoleh mendapati dirinya yang menangis.

"Fenly...." Dengan sekali gerakan ia memeluk seseorang disampingnya seakan takut untuk kehilangannya.

"Kak, Kak Shan kenapa?"

Seorang Adik sangatlah khawatir ketika melihat sang Kakak yang menangis tanpa sebab. Bahkan saat ini tubuhnya bergetar dipelukannya. Seseorang tadi terus mengusap pelan bahu sang Kakak berharap memberikan ketenangan.

"Fen, nggak. Nggak mungkin itu Fenly." Dahi sang Adik saling bertaut ketika sang Kakak mengucapkan kata itu.

"Kak Shan kenapa sih? Fen masih disini, Fenly akan selalu ada sama Kakak."

Shandy harap seperti itu, pemuda berambut gondrong tadi tersenyum manis dihadapan sang Adik saat ini. Layaknya anak kecil, Fenly lebih mirip seperti bayi. Bagaimana bisa saat ini ia tengah mengucek matanya sambil terus menggenggam lengan sang Kakak. Wajahnya yang putih membuat Shandy menjadi gemas dengan Adiknya sendiri.

"Nggak nyangka, ya. Fen udah gede, Fen udah mulai mandiri. Kakak bangga sama Fen." Shandy terkekeh ketika sang Adik meringis saat pipinya dicubit. Dengan perlahan jemari sang Adik tampak mengusap air mata Shandy yang terjatuh, ia tersenyum manis pada sang Kakak.

"Kak Shan ganteng kalau senyum, jangan nangis lagi Kak." Fenly selalu berhasil membuatnya tersenyum, malaikat kecilnya itu sungguh membuat dirinya merasa tenang.

"Fenly!!" Dari arah pintu dua pemuda lain menghampiri keduanya, tampak dari wajahnya sedang dalam mood yang bagus. Shandy tersenyum ketika salah satu menyapanya.

"Keadaan Fenly gimana, Bang?"

"Dokter bilang disuruh istirahat dulu sampai pulih."

"Tuh, dengerin Fen. Di bilangin suka ngeyel sih, main musik sama olahraga udah kayak kerja rodi. Aku aja yang lihat pusing." Sahut salah satunya sambil meyantap cemilan yang dibawanya.

"Fen, jangan dengerin Fiki. Dia mah cuma pengen kamu kalah dari dia."

Fenly yang tampak bingung pun hanya mampu tersenyum. Sahabatnya memang seperti itu, terkadang ia rindu cerewetnya Fiki, rindu roti bakar buatan Zweitson dan rindu akan perhatian Fajri. Semua itu pasti akan selalu jadi kenangan yang indah bagi Fenly.

"Abang mau kebawah dulu beli makan, titip Fenly ya." Keduanya lantas mengangguk mantap ketika Shandy meminta tolong menjaga sang Adik.

"Kak...."

Netra teduh milik Fenly membuat Shandy menghentikan langkahnya. Mengusap surai Fenly yang kian memanjang karena sudah lama tidak dipangkas.

"Fen mau apa?"

Seolah tahu keinginan sang Adik, ia langsung menanyakannya.

"Es krim boleh?" Shandy tampak mengangguk, hal itu sontak membuat senyum Fenly mengembang.

"Fiki mau juga dong, Bang." Sahut Fiki yang sedari tadi masih memasukkan cemilannya ke dalam mulutnya sendiri.

Zweitson hanya menggelengkan kepalanya, ia lebih memperhatikan Fenly yang tengah tersenyum. Hal sederhana itu saja mampu membuat sahabatnya itu bahagia. Kadang dirinya kurang bersyukur, dalam keadaan sehat seperti ini saja masih sering mengeluh. Lihatlah Fenly ditinggal kedua orang tuanya, pasti sangatlah sakit. Ditambah dengan sakit yang sering menimpanya.

FLY | UN1TYWhere stories live. Discover now