5. Mimpi atau Nyata?

169 27 18
                                    

YouN1T Fanfiction

Happy Reading

✈️


Beberapa berkas telah ia selesaikan, sesekali ia juga melirik arlojinya yang kian cepat. Ia pun menyesap kopi yang sedari tadi semakin dingin, lantas bergegas merapikan meja kerjanya lalu meraih kunci mobil dan jaketnya. Beberapa waktu lalu ia mendapat kabar bahwa salah satu Adiknya kembali masuk rumah sakit, padahal kemarin lusa ia masih melihatnya dalam keadaan baik meskipun masih lemah.

Entah sudah berapa kali ia mendapat kabar tak mengenakan seperti ini. Sayangnya ia pun tak bisa sepenuhnya menjaga sang Adik karena tuntutan pekerjaan yang semakin banyak.

"Bang Lang, ayo." Ucap salah satu pemuda yang memang sedari tadi menunggunya didekat mobil miliknya.

Ia tersenyum ketika pemuda tadi sepertinya menahan kesal, terlihat dari raut wajahnya.

Disisi lain, tepatnya di salah satu ruangan khas rumah sakit. Seorang pemuda yang sedari tadi menggenggam jemari pemuda lain itu tiba-tiba menangis. Ia mengecup pelan jemari sang Adik, berharap semua ini hanya mimpi. Karena semalam ia masih teringat jelas bahwa sang Adik itu memintanya untuk tidur bersama, meminta memeluknya erat dan meminta untuk terus mengusap surainya.

Lantas, mengapa siang ini keadaan sang Adik semakin melemah? Apa Tuhan sedang menghukumnya karena lalai menjaga Adiknya?

"Fen, kapan bangun? Kakak kangen."

"Fen, nanti Bang Lang mau kesini loh. Fen harus bangun ya."

Shandy, pemuda berambut gondrong tadi terus mengusap jemari sang Adik sambil terisak. Ia tak kuat melihat betapa menderitanya Fenly saat ini, pasti Adiknya itu mengalami kesakitan yang membuat dirinya sulit bangun.

"Fen, main gitar lagi dong. Kakak pengen dengar suara Fenly lagi, bareng Fiki nanti mainnya ya hiks hiks...."

Sementara dari arah pintu ruangan rawat itu, Gilang dan Fiki merasa iba pada Shandy yang terus-menerus menangis. Fiki ingin mendekat tetapi mencoba ditahan oleh Gilang, pemuda berkulit tan itu tahu bahwa sepertinya Shandy masih ingin bersama dengan Fenly. Masih ingin berbicara dengan Adiknya itu.

Ia sadar sebenarnya memang Fenly bukanlah Adik kandungnya, tetapi jika melihat Shandy dekat dengan Fenly mana mungkin ia tidak cemburu. Ia sangat cemburu, apa pernah ia memisahkan kedua Kakak beradik itu? Tak pernah ada dibayangannya jika hal itu terjadi.

Dulu ia selalu ingin bersama Fenly, menikmati masa mudanya dengan kehadiran Fenly dan Ricky. Tetapi sepertinya itu hanya mimpi, sekarang Fenly jauh lebih dekat dengan Shandy dibanding dirinya.

"Lang, kok nggak masuk?" Tanya seseorang dari arah lain. Mereka tersenyum ketika Farhan menyapanya.

"Ayo masuk." Ajaknya lagi.

"Nanti aja, Bang."

"Sampai kapan? Fenly juga butuh kamu, kamu masih Abangnya dia."

Farhan memang mengetahui hal itu, karena beberapa kali sang Adik selalu menanyakan perihal Gilang kemana. Menurutnya, Gilang lah yang menjadi penyelamat Fenly dulu. Ia masih berhutang budi karena telah merawat Fenly hingga besar.

"Tapi kalian Kakaknya."

"Kamu Abangnya, jadi ayo masuk ke dalam."

"Kenapa sih kalian berantem? Udah deh Fiki aja yang masuk." Merasa diabaikan oleh dua pemuda itu, membuat Fiki menjadi kesal. Dirinya seperti nyamuk diantara keduanya.

Farhan terkekeh, salah satu sahabat Adiknya ini memang unik. Terkadang mampu mencairkan suasana yang semula mencekam menjadi tawa.

"Shan, ini makan dulu. Kamu belum makan dari tadi pagi." Kata Farhan setelah mereka masuk ke ruangan rawat milik Fenly.

FLY | UN1TYWhere stories live. Discover now