WE 1 | Raline, flo.

70 34 20
                                    

"Pertemuan itu terlalu singkat, janjimu juga tidak pernah tepat. Bisa aku putar kembali?"

___________

Raline house,

Suara gaduh berasal dari dapur menggema di pagi hari. Seorang gadis dewasa sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan adiknya. Sehingga tidak sempat naik ke atas.

"Runa, bangun jam berapa ini, lo nggak sekolah apa?"

Teriakan nyaring nan lantang itu nyaris memecahkan gendang telinga yang mendengarnya.

"makanya semalem dibilangin jangan begadang, tuh nurut! mama sama papa pulang hari ini loh, kalau nggak sekolah ntar di roasting lagi, MAU LO?!" lanjutnya dengan nada lebih tinggi lagi.

Decitan pintu terdengar dari lantai 2. Lalu pintu itu dibanting cukup keras. Gadis yang lebih muda turun dengan wajah yang ditekuk. Tangannya menggenggam pouch make up yang belum ia masukkan ke tasnya.

"bawel banget sih kak, sabar dikit elah," protes Runa yang berjalan menuruni tangga seraya menenteng tas hitamnya.

Rambutnya di cepol tinggi dengan poni panjang dibelah dua, memberi kesan manis. Kalau menurut kalian dia lembut? em em em salah besar. Dia setengah tomboy.

"sabar sabar, bolos lagi awas aja," ancam gadis yang dua tahun lebih tua darinya.

"kak Luna, kemarin gue udah capek diceramahi mama, cukup lo ga usah nambahin beban. Minggir, gue mau sarapan," usir nya agar tidak menghalangi jalan.

Aluna Raline, seorang gadis yang menginjak angka 19, mahasiswi fakultas hukum semester 2, salah satu Universitas swasta yang terletak di kota yang asri. Bukan tidak pintar, namun dirinya kurang beruntung saat bersaing masuk negeri, dan tidak mau ribet ujian lagi. Lagipula dia tidak mau menunda wisudanya, menghindari iri dengki.

Sedangkan, Arruna Raline, adik perempuannya yang kini duduk di bangku kelas 12 SMA. Sejak kelas 10 anak ini memang agak bandel dan suka tiba - tiba hilang dari kelas. Mana orang tuanya jarang di rumah alhasil kakaknya lah yang terpaksa menjadi tameng bolak balik ruang BK. Sampai gurunya jengah dan hafal.

'Yah, seperti biasa neng,' - ucap guru BK Runa.

Tetapi Runa berjanji dia akan tobat, dia sudah lelah di hukum melulu. Universitas menunggunya sekarang, makanya Runa mulai belajar lagi serta mengikuti les. Itu hal baru baginya, namun mau bagaimana lagi, dia tidak mau terlihat bodoh diantara teman - teman serta keluarga besarnya. Kakaknya---Luna, dia pintar dalam akademik dan non akademik.

Capek juga dibanding - bandingkan.

"kakak buka florist sendiri hari ini?" tanya Runa sembari mengunyah roti selai matcha kesukaannya.

"engga sih, nanti ada kak Ziya yang bantuin. Nanti kalau udah pulang jangan lupa mampir loh," Luna juga mengisi energinya dulu sebelum berangkat kerja.

"iya kak. Eh btw, kak Luna nggak ada kuliah kah?"

Hanya dijawab gelengan oleh Luna. "enak banget, pengen cepet kuliah gue," lanjut Runa berdecak kesal. Kalimat itu sering diucapkan anak kelas 12 yang sudah lemah, letih, lesu mengikuti ujian dan lain - lain. Nyatanya, kuliah itu seperti bom atom.

Dilihatnya tidak seberapa, kalau meledak menimbulkan korban jiwa.

"enak mulut lo, ya elo taunya gue tiap hari cuma masuk kelas 2 kali doang tapi tetep jangan berpikiran kuliah itu enak. Lupa kalau dosen sama kayak guru, suka ngasih tugas nggak perhitungan?" sanggah Luna tidak setuju dengan adiknya.

"iya juga sih," gadis itu lanjut minum susu putih kesukaannya. Lalu mengambil sebuah buku kecil dari tasnya. Mencatat jadwalnya hari ini.

"Gue masih nggak percaya liat lo begini," celetuk Luna. Ia memandang adiknya dengan senyum jahil. Kepalanya ditopang tangan kanan yang tergenggam.

who's Eleazar?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang