WE 7 | Jean Hardika Eleazar

37 30 11
                                    

"Pesona mu bukan main, tapi kenapa sikapmu selalu main - main?"

________

LUNA bangun terlambat hari ini. Dia terburu - buru mengendarai mobilnya menuju kampus. Bahkan make up - nya pun belum selesai. "Gara - gara Runa nggak bangunin gue," kesalnya.

Hampir setiap mobil dia klakson supaya menepi. Ini gawat darurat, andai saja dia bisa menyewa ambulan pasti jalan macetnya ini terbuka lebar. Terlihat di depan mobil dan motor sejajar berebut jalan. "ah shibal!" umpatnya dalam bahasa korea.

Luna memutuskan banting stir ke kanan, lewat perumahan. Sesampainya di gedung fakultas, dia segera masuk. Karena tidak sempat menuju basement, dia memarkirkan mobilnya dijajaran mobil dosen, luar gedung.

Gadis itu melihat jam yang melingkar ditangannya "astaga, kurang 15 menit," ucap dia panik. Ia berlari kecil dan menekan tombol lift. "aduh buruan, gue takut ada kuis," tekan tombol ke atas berulang kali.

Setelah lift terbuka, dia dikejutkan dengan dua orang cowok yang berdiri sambil menatapnya datar. Luna meneguk ludahnya susah. Tubuh Luna membeku kaku. Dia tidak percaya dengan kemunculan mereka yang tiba - tiba.

Kecemasan pagi ini ternyata mendatangkan keberuntungan yang luar biasa. Jantung Luna berdegup sangat kencang. Dirinya juga mendadak gugup. Matanya hampir tidak berkedip selama satu menit.

Kali ini, bukan hanya Jevan yang ia temui. Melainkan, Jean Hardika Eleazar. Seorang cowok yang sudah lama ia idamkan, akhirnya bertemu juga.

Dia sedikit tersenyum ke arah gadis itu. Kemeja putih yang tak dikancing atasnya dilengkapi lengan yang digulung sampai siku, serta Jeans dan sepatu kulit hitamnya menambah ketampanannya meningkat drastis.

Jevan menahan pintu besi yang akan kembali tertutup itu. "Kamu tidak mau masuk?" tanya dia pada Luna. Sedari tadi arah pandang Luna hanya fokus ke Jean, sama halnya dengan cowok dingin itu.

ini dia yang gue cari, batin Jean.

Tuhan, keajaiban apa ini, ketemu dia. Mana ganteng banget lagiii, batin Luna. Seperti mimpi, tetapi ini jelas nyata berada di hadapannya.

"Luna?" panggil Jevan sekali lagi karena tidak mendapat respon.

Gadis itu tersadar setelah dua menit lebih menatap Jean. "ah, kalian duluan aja," ucap Luna sedikit gugup.

"masuk aja," perintah Jean singkat dengan wajah datarnya. Luna sedikit menunduk, ia masuk sambil menggigit bibir bawahnya. Bukan karena takut, ia malu dan senang.

Di dalam lift terjadi keheningan. Tidak ada yang buka suara. Bahkan Jevan dibelakang pun diam saja. Ia terus memperhatikan Luna dan kembarannya secara bergantian.

Kenapa harus sekarang, batin Jevan mendengus kesal. Rasanya aneh dan canggung ingin ngajak ngobrol Luna. Pasti Jean bakal ikut menyahut.

"Alluna Raline?"

Luna yang sedang update twitter mengenai keajaibannya pagi ini, terhenti sebentar ketika namanya dipanggil. Dia menoleh ke belakang tapi menuju Jevan.

"ya? ada apa kak?" Dia tidak berani melirik Jean sedikit pun. Asli, tangannya gemetaran dan berkeringat dingin.

"bukan aku yang manggil kamu," balas Jevan. Cowok itu menunjuk orangnya dengan dagu. Luna melipat bibirnya ke dalam, sungguh dia takut tetapi senang juga.

"Alluna Raline?" panggil Jean sekali lagi.

Dengan segala rasa gugupnya, Luna memberanikan diri untuk menoleh ke arah Jean sebagai respon. Dia pun tersenyum ramah. "iya? ada apa, kak?"

who's Eleazar?Where stories live. Discover now