WE 5 | Tentang Ziya Asfara

36 30 8
                                    

Semakin dewasa, semua bukan hanya tentang rasa dan permainan. Waktunya berserah, demi tujuan yang terarah. Bahkan kapal pecah pun tetap butuh nahkoda untuk sampai di pelabuhan, dengan memperbaiki yang rusak.

___________

Luna menghentikan mobilnya di suatu tempat, dimana terdapat banyak orang berdansa dan bau alkohol yang menyengat. Dunia malam yang paling ia hindari, tetapi harus ia datangi supaya sahabatnya terselamatkan.

Gadis itu juga lupa, dia memakai rok span di atas lutut, t-shirt crop dan jaket denim saja. Pantas banyak lelaki yang langsung tertuju ke arahnya. Namun dia berusaha mendorongnya dan tidak memperdulikan siulan nakal itu.

"isinya cowok berengsek semua," gerutunya kesal. Lubang hidungnya juga ia tutupi dengan jari. Tidak kuat dengan bau alkohol yang menyengat.

'cantik, ayo main'

'bisa pol dance ga?'

'cwiwit cantik'

"Minggir anjing!" umpat Luna tidak tahan dengan godaan dan sentuhan mereka.

Hingga akhirnya, dia menemukan satu deret ruangan privat. Katanya ada Ziya di dalam salah satu ruangan itu. "astaga ini anak bandel dimana sih," gumamnya khawatir. Dia meneliti satu per satu isi ruangan dari jendela.

Isinya hal tidak senonoh semua. Bikin mual dan jijik.

Dang! ketemu juga...

Luna menyerobot masuk karena pintu tidak terkunci. Betapa bodohnya Ziya. Saat itu juga, Ziya akan meneguk segelas kecil vodka. Gelas itu lalu disambar oleh Luna dengan cepat, sampai pecah berkeping - keping di lantai.

Vodka yang berjajar di meja pun ia pecahkan di tempat, tanpa berpikir panjang. Padahal harganya lumayan mahal dan sudah di bayar Ziya. Luna tidak peduli.

"LO GAK WARAS?!!" teriaknya di depan wajah Ziya yang menatap lurus, pikirannya entah terbawa kemana.

"Ziya jawab zi! lo udah mabuk kah?!"

"muntahin nggak?!"

Luna menghampirinya dan tanpa basa basi menggebuk punggung lebar sahabatnya. "gue belum mabuk," lirih dia. Luna menghela nafas lega mendengarnya.

"lo kenapa se nekat ini sih, Zi? lo ada masalah apa? kenapa nggak langsung cerita aja?" tanya Luna panik sekaligus khawatir.

"masalah hidup, masalah cinta, semuanya nimpuk gue tanpa aba - aba," Bibir gadis itu kelu. Kepalanya terasa bising.

"kan biasanya ke rumah gue dulu. Bisa tanya mama, lo lupa nyokap gue psikiater?"

Ziya menggeleng lesu. Tatapannya masih kosong. "Gue belum bisa tenangin diri sendiri, dan nggak mau repotin lo terus atau Runa. Bahkan mama papa,"

"ya ampun Ziya, kita nggak pernah ngerasa direpotin sama lo,"

kadang iya sih, batin Luna. Nggak munafik y

"sekarang cerita, lo kenapa? sampai nekat kesini,"

"papa pulang, Lun. Gue mau lakuin hal yang lo saranin kemarin, tapi diluar ekspetasi dari yang gue pikirkan,"

4 jam yang lalu...

Ziya sudah sampai rumah, badannya pegal dan emosinya masih meluap di ubun - ubun, Jean memang kurang ajar. Dia melemparkan tasnya ke sofa, lalu membuka kulkas untuk mengambil sebotol air putih dingin, untuk menghilangkan dahaganya.

"Gila, dasar cowok sinting," umpatnya sambil meremas botol plastik itu. "udah ga waras otaknya, cowok berengsek,"

"siapa yang berengsek? Ziya Asfara," ujar seorang laki - laki bersuara serak basah yang sudah khas di telinga Ziya, dari belakangnya.

who's Eleazar?Where stories live. Discover now