𝟎𝟏. ASH GREY SMOKE

442 50 0
                                    

𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆. smoking, the morning after.
𝐍𝐎𝐓𝐄. this is roughly written i’d just edit this later

Minggu pagi yang mendung, Odasaku bangun lebih dulu sebelum kamu, merapikan diri setelah mandi dan memesan kopi

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Minggu pagi yang mendung, Odasaku bangun lebih dulu sebelum kamu, merapikan diri setelah mandi dan memesan kopi. Odasaku duduk di sofa samping tempat tidur, membaca buku sambil menunggu kamu bangun.

Perhatiannya sesekali teralihkan ke arah kamu yang tidur menyamping menghadap ke arah Odasaku, dia memperhatikan wajah kamu yang begitu tenang, napas yang teratur, rambut terpencar dan bahu yang mengintip dibalik selimut.

Ketika matahari bergerak makin atas, dan awan mendung menyingkir, sinar matahari menelusup ke jendela dan bersinar tepat di wajah kamu, membuat kamu seketika terusik bangun, membuka mata dengan kesilauan, hidung kamu mengerut lucu, membuat Odasaku terkekeh pelan, berdiri dari sofa dan menarik tirai jendela untuk menghalangi kamu dari matahari.

Kamu merasakan tempat tidur di samping kamu menukik, diduduki Odasaku, kemudian kamu mendengar dia menyapa. “Good morning.”

Setengah sadar, kamu bangkit duduk dan berusaha mencerna kenapa ada laki-laki super tampan di hadapan kamu. Kamu memandangnya dengan horor, lalu beralih ke sekeliling ruangan, yang kamu kenali sebagai kamar hotel, dan saat itu lah kamu ingat semuanya. Odasaku memperhatikan kamu dengan senang hati.

“I’m sorry.” Kamu berdeham pelan, menarik selimut ke dada, menyelipkan rambut ke telinga, baru menjawab. “Good morning, sensei.”

“Pakaian kamu di sana,” Odasaku menunjuk meja di samping tempat tidur dengan dagunya, dimana pakaian kamu dilipat rapi, kemudian dia melanjutkan, “Silakan kalau kamu mau mandi, saya pesan sarapan.”

Kamu mengingat percakapan terakhir dengan Odasaku soal sarapan pagi bersama dan menyetujuinya, meskipun kamu merasa kurang nyaman karena nggak biasa dilayani. “Okay. Makasih banyak, sensei.”

Odasaku jelas sadar ketika melihat kamu yang begitu sulit buat menerima bantuan darinya. Tapi Odasaku memilih mengenyahkan itu dan menukas lagi, “Is pancake to your liking?”

“Pancake is fine.” Sahut kamu, akhirnya memberanikan diri mengintip ke arah Odasaku lewat bulu mata kamu.

Iris birunya terlihat lebih tenang dibandingkan tadi malam, meskipun sorotnya masih seintens yang kamu ingat, bola matanya bergulir dari mata kamu, turun ke bibir, turun ke leher, lalu kamu berdeham cukup keras ketika pandangannya jatuh ke dada kamu—yang kalau gak terhalang selimut pasti udah terekspos—di hadapannya.

“Alright.” Odasaku menyeringai kecil, sebelum beranjak dari tempat tidur dan meninggalkan kamu yang dengan rusuh merenggut pakaian dari meja kemudian lari ke kamar mandi.

Setelah selesai dan rapi berpakaian, kamu menemukan dua pancake, secangkir kopi dan segelas jus di atas meja tempat makan, sementara kamu nggak melihat keberadaan Odasaku dimana pun.

𝐌𝐀𝐓𝐇𝐄𝐒𝐈𝐒, oda sakunosuke.Место, где живут истории. Откройте их для себя