BAB 6. 1005

21 3 0
                                    

"Hari ini kita makan apa, ya?" ucap 1001

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hari ini kita makan apa, ya?" ucap 1001. Dia tampak lelah setelah pulang dari area kelas satu. Jujur, aku kasihan dan agak khawatir padanya. Setiap hari dia harus bolak-balik ke wilayah timur untuk membantu para guru mengajar di kelas satu. Meski begitu, dia tidak diizinkan untuk tinggal di sana bersama para murid kelas satu, dia benar-benar sudah mirip para guru yang harus bolak-balik dari wilayah tempat tinggal ke tempat mengajar setiap hari.

 Meski begitu, dia tidak diizinkan untuk tinggal di sana bersama para murid kelas satu, dia benar-benar sudah mirip para guru yang harus bolak-balik dari wilayah tempat tinggal ke tempat mengajar setiap hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"1001, jangan lupa hari ini giliranmu untuk mencari bahan makanan," teriak 1003. Bukan bermaksud memerintah, dia berteriak karena posisinya memang jauh dari kami, sibuk mempersiapkan makanan untuk malam ini, tapi masih peduli dengan 1001, dia tahu bahwa 1001 pelupa jadi perlu selalu diingatkan untuk jadwalnya.

"Ya ampun, aku lupa. Harusnya aku langsung cari buah di wilayah timur sepulang mengajar," bibirnya manyun, kesal dengan diri sendiri. Memang sulit mencari buah di wilayah selatan, tempat tinggal kami yang dipenuhi hamparan pasir, gurun.

Berpindah dari daerah subur ke daerah gersang, memaksa kami untuk cepat beradaptasi. Perubahan suhu, sulit mencari makanan, dan harus selalu sedia minuman agar terhindar dari dehidrasi. Berbeda halnya dengan 1001 yang setiap hari ke wilayah timur, dia tetap menikmati makan siang yang enak, udara yang sejuk, dan pemandangan yang bagus. Hanya harus berjuang menghadapi suhu dingin gurun di malam hari.

Sedangkan kami yang setiap waktu menghabiskan hari di sini, rasanya sangat berat. Melawan suhu panas yang tinggi di siang hari, lalu melawan suhu dingin di malam hari. Perubahan suhu secara ekstrim membuat salah satu teman sekelas kami mudah sakit.

Jangan pikir malam hari di gurun itu panas, karena nyatanya dingin, lumayan dingin. Beruntung kami cukup terbantu dengan jaket malam yang dipersiapkan secara khusus untuk murid-murid kelas dua. Semua guru pasti punya jaket antidingin ini, karena mereka tinggal di area musim salju.

"Yuk, aku bantu." Aku mengulurkan tangan, berniat membantu 1001 untuk bangkit dari duduknya. Para murid yang mengikuti kelas Mengolah Makanan, diberi pembagian jadwal untuk menyiapkan makanan. Begitu juga dengan para murid yang tidak mengikuti kelas tersebut, kami diberi pembagian jadwal untuk mencari bahan makanan.

Bahan makanan dikumpulkan sehari sebelum waktunya diolah jadi makanan. Dipersiapkan secukupnya untuk jatah makan sembilan orang dalam satu hari, yaitu tiga kali makan. Hanya berupa sayur dan buah, karena kami tidak diperbolehkan berburu, bahkan menangkap ikan pun dilarang. Benar-benar tidak mendapatkan asupan daging hewan. Semua murid dipaksa menjadi vegetarian.

Selain kaktus dan pohon kelapa, tanaman lain yang paling mudah dijumpai di area ini adalah pohon kurma. Bukan hanya satu, ada banyak jenis kurma tersedia di sini. Rasanya yang manis, dan mampu membuat kami cepat kenyang, menjadikannya makanan kesukaan para penghuni wilayah Selatan.

Meski jalan yang kami tempuh terasa lapang karena hanya ada sedikit pohon sejauh mata memandang, kami tetap harus berhati-hati terhadap hewan-hewan gurun. Beberapa hewan punya kebiasaan mengubur diri di dalam pasir, dan bisa muncul tiba-tiba. Jika tidak memperhatikan langkah, takutnya malah tidak sengaja terinjak.

"Tunggu, ada yang aneh dengan jejak ini." Aku mengamati jejak seseorang yang tampak mencurigakan. Tidak seperti jejak yang aku temukan di wilayah timur, jejak yang satu ini tidak disembunyikan.

"Mungkin itu jejak teman kita yang pernah tersesat," jawab 1001, mengomentari tentang jejak yang keluar dari jalur seharusnya. Mungkin dia sudah sangat lelah, dan berniat untuk segera kembali ke gua tempat tinggal kami setelah mengumpulkan banyak kurma. Gua buatan, bukan gua yang biasanya ada di gunung, meskipun diberi nama gua, area tempat tinggal kami justru lebih cocok disebut sebagai terowongan bawah tanah.

"Tidak, aku juga melihatnya di wilayah Timur." Sebenarnya ada dua jejak aneh yang aku temukan di wilayah Timur seusai ujian. Satu mengarah ke tempat terlarang, satu lagi ke tengah pulau, dan jejak yang kini aku temukan juga mengarah ke tengah pulau. Jejaknya sudah agak samar, membuatku yakin bahwa perkiraan waktunya bersamaan dengan hari ujian.

Aku menjelaskan tentang kecurigaanku tersebut kepada 1001, dia mendengarkan dengan penuh semangat dan tampak tertarik untuk belajar cara mencari jejak. Memang sulit membedakan jejak satu orang dengan orang yang lain, hanya saja jika bisa fokus, perbedaannya pasti akan terlihat.

Mencari jejak bukan sekadar melihat jejak kaki, karena seseorang bisa saja meninggalkan jejak di beberapa titik tertentu pada benda atau tumbuhan. Mengikuti jejak tidak hanya beberapa langkah, lalu langsung menyimpulkan. Karena seseorang bisa saja berbelok atau berbalik arah. Jadi harus diikuti hingga akhir, yaitu di tempat jejak tersebut berhenti.

Kami mengikutinya, jejak itu benar-benar berhenti di tengah pulau. Aku memutuskan untuk berkeliling area tengah karena curiga ada jejak lain yang berasal dari wilayah Barat dan Utara. Sambil mengajari 1001 tentang cara membaca jejak, dia lemah dalam pelajaran ini, kuharap dia bisa segera menguasai tiga mata pelajaran, agar bisa mengikuti proses belajar di kelas dua seperti aku dan teman-teman sekelas kami.

Saat berburu jejak, bukan hanya memerlukan fokus yang tinggi, tapi juga keterampilan untuk menyembunyikan jejak diri sendiri agar tidak mencurigakan. Ditambah dengan keahlian dalam penyamaran jika tempat yang dituju tidak aman. Para pengintai biasanya memiliki indra yang sedikit lebih peka dari manusia lainnya, bukan karena kekuatan khusus, tapi karena dilatih secara terus menerus.

Lagi-lagi dugaanku terbukti benar. Ada empat jejak yang berasal dari empat wilayah pulau ini. Semuanya menuju ke area tengah pulau, salah satu tempat terlarang yang tidak boleh kami masuki karena area tersebut dikelilingi gunung berapi. Aku menyimpulkan bahwa empat jejak ini adalah jejak milik para korban seleksi alam.

Seleksi Alam (Prapesan) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang