BAB 10. 1005

13 3 0
                                    

Enam hari sudah berlalu sejak hari ujian. Aku sangat penasaran dengan jejak aneh yang menuju ke daerah terlarang wilayah timur. Beruntung hari ini aku tidak ada kelas, seharian bebas. Biasanya, saat tidak ada jadwal belajar, kami diminta untuk melatih skil secara mandiri. Kami diizinkan untuk berkeliaran di wilayah selatan, tidak boleh keluar dari batas wilayah, meski begitu, tidak ada yang mengawasi.

Aku hanya perlu berhati-hati, agar gerak-gerikku tidak dicurigai. Aku pergi ke sekitar area padang rumput, letaknya yang persis diperbatasan, membantuku menyembunyikan diri selagi menuju tempat terlarang.

Padang rumput adalah sarang kawanan sapi, kambing, jerapah, gajah, dan hewan pemakan rumput lainnya. Tentu saja ada hewan-hewan pemakan daging, pelengkap mata rantai makanan. Kawanan spesies kucing besar berperan sebagai Apex Predator, alias predator yang menduduki puncak mata rantai makanan. Mereka memiliki pengaruh besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

Padang rumput yang terbagi dalam dua wilayah, sebagian di wilayah selatan yang memiliki musim panas abadi, dan sebagian lagi di wilayah timur yang memiliki musim semi abadi, membuat penghuninya juga terbagi menjadi kelompok penghuni padang rumput yang sejuk, dan kelompok penghuni padang rumput yang panas.

Pembagian ini berdasarkan dengan kemampuan mereka. Ada beberapa jenis hewan yang mampu bertahan hidup di padang rumput yang panas. Memiliki bulu yang mampu melindungi dari panas, mampu bertahan hidup dengan hanya sedikit minum, ada juga yang bisa bertahan hidup di tempat yang minim udara, itulah beberapa ciri khusus hewan yang tinggal di padang rumput area selatan yang begitu panas.

Aku memang bisa bersembunyi di rerumputan agar tidak terlihat oleh guru maupun teman-temanku, tapi aku juga tidak boleh membuat para predator di tempat ini merasa terganggu, atau yang lebih parahnya lagi malah salah mengira bahwa aku adalah mangsanya.

Pintar dalam penyamaran, memahami alam sekitar, dan tahu cara menghadapi para hewan, adalah modalku dalam menyusup ke tempat ini. Nekat masuk ke sarang binatang buas tanpa ilmu khusus? Sebaiknya urungkan saja niatmu, karena nyawa adalah taruhannya.

Setelah lama berjalan jongkok sambil mencari jalur yang aman, akhirnya aku tiba di Padang rumput wilayah timur, setengah perjalanan lagi maka aku akan sampai di tempat tujuan. Dari sini sudah tampak sebuah gua besar di kaki gunung. Dari penjelasan guruku, gua itu dipenuhi air pada permukaannya, dihuni oleh buaya besar, salah satu Apex Predator wilayah timur.

Tidak langsung menuju lurus ke arah gua, aku berjalan menyamping, mencari jejak yang kemarin aku temukan, lalu mengikutinya. Waktu itu aku hanya mengikuti jejaknya sampai batas taman, tidak masuk ke area padang rumput karena waktuku terbatas. Beruntung rumput-rumput di sini tumbuh subur dan tinggi, sehingga aku tidak perlu berjongkok lagi, aku sudah bisa berdiri.

Cara menyusuri jejak di padang rumput adalah dengan memperhatikan jarak dari rumput-rumputnya. Area yang pernah dilewati akan membentuk jalur khusus, jarak antar rumput jadi renggang, dan rumput-rumput di sekitar jalur terlihat miring karena bagian bawahnya terinjak.

Sepertinya keahlianku dalam penguasaan ilmu memang berkembang pesat. Aku bisa sampai ke tujuan dengan selamat. Tinggal memastikan seperti apa buaya yang menghuni gua itu, jika dia tampak kenyang dan mengantuk, maka saatnya bagiku untuk mendekat dengan hati-hati.

Itu dia, dugaanku benar. Ada seseorang yang tinggal di gua tersebut. Dia duduk di bawah pohon jambu yang terletak persis di depan gua, dia tampak menikmati buah jambu matang yang sepertinya baru saja di petik. Anehnya, dia hanya memakai seragam bagian dalam, setelan baju dan celana longgar.

Sebagai seorang buronan, maksudku seseorang yang sedang bersembunyi, dia terlalu ceroboh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebagai seorang buronan, maksudku seseorang yang sedang bersembunyi, dia terlalu ceroboh. Keluar dari tempat persembunyian di siang hari, tanpa jubah, memperlihatkan wajah, duduk santai seakan sedang menikmati liburan, benar-benar ceroboh. Hanya saja, wajahnya terlihat terlalu muda untuk ukuran alumni, tapi mungkin saja dia memang awet muda.

Aku menghampirinya pelan-pelan, meski ceroboh, ilmu bela dirinya pasti jauh lebih hebat dariku. Dia menatapku dengan ekspresi bingung, bukannya waspada. Aku mulai khawatir, bisa saja dia sengaja menjebakku. Aku menghentikan langkah pada jarak sekitar dua meter lebih, tidak berani terlalu dekat.

"Peri, dari mana kamu mendapatkan seragam kelas dua? Bukannya kamu sudah berjanji menggantikanku di kelas satu." Peri? Siapa orang yang dia panggil peri? Jelas sekali bukan aku, karena dia bilang orang itu menggantikannya di kelas satu.

Eh, tunggu dulu. Itu tandanya alumni yang hilang kini menyamar sebagai murid kelas satu, dan yang berdiri di depanku adalah murid dari kelas satu yang sedang dia gantikan. Pantas saja wajahnya tampak muda dan terlalu ceroboh.

"Aku sudah bilang, selama jambu ini berbuah lebat, aku tidak akan kekurangan makanan. Jadi, Anda fokus belajar saja. Tolong, jangan membolos seperti ini. Nanti kita ketahuan." Dia kembali mengoceh, haruskah aku berpura-pura menjadi peri tersebut, atau mengancamnya untuk memberi tahu hal yang sebenarnya?

Mimik wajahnya berubah, matanya melebar dan mulutnya terbuka, seakan menyadari bahwa aku bukanlah peri yang dia maksud. Tertangkap kau, tadinya aku mau mengatakan itu, hanya saja ada yang lebih dulu memukul kepalaku dari belakang. Sakit, tubuhku terjatuh ke tanah, dan dengan cepat kesadaranku menghilang.

Seleksi Alam (Prapesan) ✔️Where stories live. Discover now