BAB 11. 1020

13 3 0
                                    

Aku terpaksa berbohong pada 1001, sejujurnya aku sudah mengenal dengan baik semua teman sekelasku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku terpaksa berbohong pada 1001, sejujurnya aku sudah mengenal dengan baik semua teman sekelasku. Aku ingat suara mereka, walau tanpa mendengar suara, aku tetap bisa membedakan tampilan fisik dari sorot mata mereka.

Salah satu murid yang ada di sini bukanlah teman kami, dia melakukan kesepakatan dengan 1012 untuk menggantikannya menjadi murid

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Salah satu murid yang ada di sini bukanlah teman kami, dia melakukan kesepakatan dengan 1012 untuk menggantikannya menjadi murid. Aku sangat bersyukur memiliki indra setajam ini, sehingga dengan mudah mengetahui berbagai rahasia yang disimpan rapat oleh orang lain.

Di hari penyambutan, aku sempat mendengar tentang 977 yang merupakan kakak dari 1001, dia dicurigai bersembunyi di pulau ini untuk menjaga adiknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di hari penyambutan, aku sempat mendengar tentang 977 yang merupakan kakak dari 1001, dia dicurigai bersembunyi di pulau ini untuk menjaga adiknya. Ternyata kecurigaan para guru terbukti benar. Dia menjaga adiknya dari jarak sedekat ini, tanpa disadari orang lain, termasuk adiknya sendiri.

"1012, boleh kami duduk di sini?" tanyaku sopan. Aku sengaja mengajak 1001 menghampirinya, karena 1001 terlihat penasaran dengan 1012. Sekaligus, untuk melihat reaksi 1001, apakah dia berhasil mengenali kakaknya ini?

1012 mengangguk, tapi dia menghindari tatapan 1001, wajar saja karena dia takut dikenali. "Kamu seperti cermin masa laluku. Dulu aku juga suka menyendiri karena sulit beradaptasi, tapi lama-lama akan terbiasa," ucap 1001 berniat menghibur. Entah karena merindukan adiknya atau merasa bersalah karena membiarkan adiknya ikut terjebak di sekolah ini, dia menatap 1001 tanpa berkedip.

"Matamu sangat mirip dengan seseorang yang aku kenal," lanjut 1001. Membuat 2012 kembali membuang muka. Dia benar-benar enggan bersuara, pasti takut 1001 semakin curiga. Dia tidak bisa diam selamanya, cepat atau lambat pasti akan ketahuan oleh adiknya.

Melihat mereka berdua, aku jadi teringat adikku. Tahun depan dia akan menyusulku ke sini. Andai aku bisa mencegahnya. Aku sama sekali tidak menyalahkan ayah yang sudah mengirimku ke sini. Ayah pasti terpaksa melakukannya, karena dari cerita ayah, keturunan dari alumni Wonderland Academy harus bersekolah di sini, bukan harus, ayah mengatakan bahwa kami diundang secara khusus, karena sekolah hebat ini hanya menerima murid lewat jalur khusus.

Bukan hanya ayah, ibuku juga alumni sekolah ini. Mereka satu angkatan, setelah lulus dari sini, dengan ajaibnya mereka bertemu di tempat kuliah, karena sama-sama penerima beasiswa di sebuah universitas luar negeri. Berbeda jurusan, tapi satu organisasi, setelah saling mengenal, mereka terkejut saat mengetahui bahwa mereka sama-sama alumni dari Wonderland Academy.

Sayangnya ibu meninggal saat melahirkanku, aku hanya bisa mengenal beliau dari cerita ayah. Ayah suka sekali menceritakan tentang ibu, meski begitu, ayah tidak pernah bercerita tentang pengalaman mereka saat sekolah di Wonderland Academy. Kini aku tahu alasannya, karena sekolah ini terlalu aneh.

1012 tiba-tiba bangkit, dia menuju pantai, lalu menceburkan diri. Orang lain merasa ini normal, karena kami biasa mandi di sana, entah pagi hari sebelum sarapan, siang hari saat istirahat makan siang, bahkan malam hari sebelum tidur. Seragam antibasah ini bisa kami bawa sekaligus saat mandi, tidak benar-benar kering, sebenarnya seragam ini cepat kering, tetap basah saat kami pakai mandi.

Jarak tempat tinggal kami dengan pantai hanya beberapa meter, tapi air yang kami pakai untuk minum dan mencuci bahan makanan adalah air sungai yang terhubung langsung dengan sumber mata air, tidak jauh dari sini.

Bagiku yang tahu tentang rahasia 1012, gerak-geriknya mencurigakan. Aku memfokuskan telingaku untuk mendengarkan suara dari sana. Dia hanya berenang sebentar, lalu secepat mungkin keluar dari pantai menuju padang rumput. Rasa penasaranku memaksaku mengikutinya.

Aku naik ke sebuah pohon mangga yang cukup tinggi. Beralasan ingin mencari buah segar untuk makan siang, 1001 percaya padaku. Setelah memanjat, aku mengamati pergerakan rumput yang tidak biasa, jelas sekali ada seseorang yang sedang berjalan di sana, dia menuju ke gunung, setahuku ada gua besar yang merupakan tempat terlarang, beberapa hari yang lalu aku sempat ke sana bersama teman-teman sekelasku dalam rangka pengenalan lingkungan.

Semakin aku amati, dia tampak berlari, tidak jauh di depannya juga ada seseorang. Mungkin saja itu 1012 yang asli. Padang rumput itu cukup luas, jadi aku tidak bisa mendengar suara dari arah ujung sana.

Setelah memastikan tidak ada yang mengawasiku, aku beralih dari satu pohon ke pohon lainnya, hingga sampai di padang rumput, aku segera turun, lalu berlari mengikuti jalur yang dibentuk oleh 1012.

Karena tidak tertinggal jauh, aku berhasil menyusulnya. Dia masuk ke gua sambil membawa seseorang, dari warna seragamnya murid itu adalah teman sekelas 1001. Aku semakin penasaran dan nekat masuk ke gua.

"Ternyata ada murid berbakat di kelas satu," ucap 1012 menyambut kedatanganku. Tentu saja, jangan meremehkan murid secerdas diriku, lebih tepatnya terlatih. "977, sebenarnya apa rencanamu?" tanpa basa-basi, aku langsung ke pertanyaan inti. 1012 tampak terkejut saat mendengar aku menyebut nama aslinya.

"Ralat, sangat berbakat," ucapnya sambil memberi tanda kepada 1012 yang asli untuk keluar dari persembunyian karena rahasia mereka sudah terbongkar. "Aku kakaknya 1001, ayahku korban seleksi alam, kami bahkan tidak pernah mengetahui tentang ibu kami, maukah kamu membantu menyelidiki tentang seleksi alam yang sudah merenggut banyak korban? Aku berharap banyak pada anak berbakat sepertimu," bujuknya.

"Seleksi alam itu apa?" Sekalian saja aku bertanya, dari pada terus menerus penasaran tentang hal ini. "Seleksi alam adalah jenis seleksi untuk mengurangi jumlah murid di pulau ini, demi menjaga keseimbangannya agar tidak kelebihan beban. Setiap tahun, ada satu korban seleksi alam dari setiap angkatan. Mereka menghilang saat ujian, dan tidak ada yang tahu keberadaannya. Satu hal yang aku tahu, mereka masih hidup, hanya disembunyikan di suatu tempat."

Mungkin keseimbangan yang dimaksud adalah batas beban, jika kelebihan beban, pulau ini bisa tenggelam. "Beban di pulau ini sudah bertambah karena kehadiranmu, tapi tidak ada hal buruk yang terjadi," tuturku, bukan bermaksud menyinggung kesalahannya yang memilih bertahan di pulau ini. "Kalau bisa mengorbankan hewan, kenapa harus manusia?" Baiklah, aku mengerti maksudnya dan kedengarannya masuk akal.

Seleksi Alam (Prapesan) ✔️Where stories live. Discover now