5. Masa Lalu dan Masa Depan

1.4K 219 8
                                    

Tian dan Raynia sedang makan malam di sebuah restoran.

"Happy Anniversary, Sayang. Will you marry me?"

Tian lalu menyerahkan buket bunga dan satu kotak beludru yang berisi cincin berkilau. Raynia masih terdiam tak berniat menjawab maupun menerima hadiah dari Tian.

"Sayang? Kok diem? Kenapa?"

Raynia menghela napas sebelum berkata, "Aku nggak bisa nikah sama kamu, Mas. Maaf. Aku mau kita putus." Raynia menyerahkan kembali kotak cincin dan buket bunga pada Tian.

"M-maksud kamu? Kamu bercanda kan, Ray? Ak-aku salah denger kan, kamu salah ngomong, iya kan?"

Tian masih berharap ia salah dengar. Raynia hanya menggeleng samar.

"Aku serius nggak bisa lagi sama kamu, Mas Tian. Maaf. Terima kasih untuk semua yang udah kamu berikan. Kamu orang terbaik yang pernah aku kenal, aku yakin kamu pasti bisa dapetin seseorang yang jauh lebih baik dari aku."

Tian menggeleng kuat.

"Nggak! Aku nggak mau kita putus! Aku mau kita menikah, Ray! Kenapa kamu tiba-tiba minta putus?"

Tian mencoba meraih tangan Raynia di atas meja, namun Raynia menariknya secepat mungkin.

"Pasti ini karena Mama, kan? Mama pasti ngomong macem-macem ya sama kamu?" tebak Tian.

Giliran Raynia yang menggeleng.

"Bukan, bukan karena siapa-siapa. Keputusan aku udah bulat, aku minta maaf, Mas. Terima kasih untuk semuanya. Aku pamit."

Raynia segera berdiri dan berjalan cepat menuju pintu restoran. Sementara Tian berusaha mengejar dan memanggil Raynia.

"Ray, tunggu!"

Raynia tak menghiraukan Tian dan terus berjalan setengah berlari sampai tak sengaja menabrak seseorang di depan pintu.

"M-maaf." Raynia meminta maaf sambil tertunduk.

Saat akan kembali melangkah, sebuah suara membuatnya tertegun.

"Nia?"

Raynia menghentikan langkahnya sejenak, ia ingat betul siapa pemilik suara itu. Tak berniat menoleh, Raynia memilih terus berjalan keluar restoran.

"Raynia!"

Suara Tian masih memanggil. Raynia bergegas masuk ke dalam taksi yang sedang parkir.

"Jalan, Pak," titah Raynia.

"Kemana, Neng? Tapi Neng harus order dulu lewat aplikasi," pinta supir taksi.

"Saya order offline, ini ongkosnya, kalau kurang nanti saya tambahi." Raynia menyerahkan satu lembar uang kertas berwarna pink.

"Siap, Neng."

Taksi biru pun melaju, Tian masih mengejar Raynia. Namun, langkahnya terhenti saat seseorang menahannya di balik pintu.

"Lo? Ngapain lo di sini?" Tian terkejut melihat siapa yang menahan lengannya.

"Ini restoran dan gue mau makan di sini. Ada masalah?" Rakha menyeringai.

"Lepas!"

Tian melepaskan cengkraman Rakha dan akan menyusul Raynia. Namun, Rakha kembali mencegahnya.

"Apaan sih lo!"

"Biarkan dia pergi."

Tian mengernyit, dalam hatinya bertanya dari mana Rakha tahu jika ia sedang mengejar Raynia. Lagi-lagi Tian melepaskan cekalan tangan Rakha dan sedikit mendorongnya.

AKAD KEDUAWhere stories live. Discover now