17. Mantan VS Mantan

1.3K 148 6
                                    

"Ray? Kamu sakit?"

Tian mendekati Raynia, namun Rakha segera menahan pundak Tian.

"Dokter Bastian, jadi gimana, dok? Calon istri saya bisa pulang malam ini? Calon istri saya udah merasa baikan."

Tian semakin panas dan geram. Matanya menatap Rakha tajam. Raynia hanya menunduk tak sanggup melihat kedua mantannya.

"Permisi, maaf, dok, dokter kenal dengan pasien?" suara Suster Rini menginterupsi dua mantan Raynia yang sedang beradu tatap.

Tian menepis tangan Rakha lalu merapikan jas putihnya. Rakha tetap memasang badan untuk menghalangi Tian memeriksa Raynia.

"Ehem, kenal, Sus. Sangat kenal," jawab Tian sambil memandangi Raynia yang tampak jelas sedang gelisah.

Suster Rini dan Suster Yani hanya mengangguk-angguk tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi pada tiga orang di hadapan mereka.

"Permisi, saya harus memeriksa kondisi pasien saya."

Tian mencoba bersikap profesional, meski tangannya sudah mengepal dan begitu ingin meninju wajah Rakha yang meledeknya.

"Calon istri saya udah merasa lebih baik, dia bisa istirahat lebih banyak di rumah. Jadi, biarkan dia pulang malam ini." Rakha tetap teguh pada pendirian dan enggan bergeser.

"Yang dokter itu gue apa lo, sih?" Tian mulai kesal. Rakha tak mau kalah, tangan Rakha maupun Tian sama-sama sudah mengepal.

Raynia menghembus napasnya perlahan, mencoba mengendalikan perasaannya yang tak nyaman. Raynia lalu menarik lengan baju Rakha.

Rakha menoleh dan mendapati Raynia mengangguk sambil tersenyum tipis, seketika hati Rakha yang sedang bergemuruh menjadi luluh. Rakha lalu bergeser memberi ruang untuk Tian.

"Ray? kamu nggak apa-apa? masih pusing? masih lemes?" Tian memeriksa kondisi Raynia.

"Kamu rebahan dulu ya, biar aku periksa." Tian menuntun Raynia untuk merebahkan diri di ranjang. Lalu Tian mengusap pelan kepala Raynia sambil mengelus wajah Raynia. Rakha yang melihatnya mulai merasa panas.

"Buka matanya sebentar, ya," pinta Tian lembut.

Tian agak menunduk lalu membuka kelopak mata bawah Raynia. Kemudian tangan Tian mengarahkan stetoskop pada dada atas mantan kekasihnya. Raynia hanya bisa pasrah karena dia memang menganggap Tian sebagai dokter, tidak lebih. Berbeda dengan Tian yang menjadikan momen ini sebagai ajang pelepas rindu.

Rakha sudah tak tahan lagi melihat Tian yang mencari kesempatan dalam kesempitan. Rakha lalu berdehem dan menggeser posisi Tian. "Udah cukup 'kan periksanya, dok?"

Raynia terkejut dengan reaksi Rakha yang terkesan berlebihan. Namun, Raynia tak mampu berbuat apapun kecuali hanya menghela napas.

Tian sedikit terpancing emosi, tapi sebisa mungkin Tian berusaha menjaga wibawanya di depan para perawat dan juga Raynia. Tian kemudian merapikan jas snelinya lalu menjawab pertanyaan Rakha dengan berwibawa.

"Ray belum boleh pulang malam ini, Ray harus diobsersavi lagi sampai besok buat memastikan kondisinya benar-benar sudah stabil."

Tian tidak berbohong, setelah memeriksa kondisi Raynia, Tian bisa merasakan detak jantung Raynia yang masih lemah dan juga kelopak mata bawahnya yang masih pucat. Tian khawatir jika Raynia pulang tanpa menjaga asupan nutrisi dan istirahat yang cukup akan memperparah kondisi Raynia.

"Lo sengaja ngulur waktu?" Rakha mendekat dan berbisik tepat di telinga Tian.

Tian hanya menyeringai lalu kembali mendekati Raynia.

AKAD KEDUAWhere stories live. Discover now