19. Tentang Rasya

1.4K 99 8
                                    

Suara derap langkah melepaskan tautan Rakha dan Raynia, keduanya sama-sama salah tingkah. Raynia yang terlanjur malu lalu berjalan cepat masuk ke toilet tanpa berpamitan dengan Rakha. Begitu pun dengan Rakha yang buru-buru masuk ke toilet pria. Keduanya masih sama-sama terbengong di depan cermin sambil menggigit bibir.

Rakha tertawa pelan, masih merasai jejak sisa rasa Raynia di bibirnya. Rakha sendiri terkejut dengan apa yang ia lakukan barusan. Pengaruh film, aroma Raynia, suasana syahdu dan juga rindu yang membuncah membuat Rakha sedikit hilang akal. Bahkan Rakha masih tak percaya jika Raynia sama sekali tak menolak atau memberontak.

"Bego, Nia, bego!" bisik Raynia di depan cermin sambil mengetuk kepalanya sendiri.

"Astaghfirullah! Astaghfirullah! Kamu kenapa sih, Nia?!" Raynia mengusap bibirnya dengan air berharap aroma dan bekas Rakha menghilang.

Selanjutnya Raynia membasuh wajahnya dengan kasar. Raynia sudah tidak peduli jika makeupnya akan luntur. Raynia hanya ingin menyegarkan pikiran dan menghilangkan jejak bibir Rakha.

"Duh, gimana ini kalau ketemu Rakha? Aku malu banget, sumpah! Apa aku kabur aja? Aduh!" Raynia mengusap wajahnya kembali dengan air.

Setelah merasa lebih tenang, Raynia memeriksa kembali tampilan dirinya di cermin.

"Huft! Bisa yuk bisa, Nia! Tadi cuma kebawa suasana, jangan baper, Nia!" Raynia menarik napas dalam, kemudian ia keluar dari toilet dan sudah disambut dengan senyum merekah Rakha.

"Mau lanjut?" tanya Rakha dengan senyum yang tak kunjung surut.

"Eh?" Raynia terkejut dengan pertanyaan Rakha yang ambigu.

"Mau lanjut atau ..."

Raynia masih tidak fokus dengan ucapan Rakha, karena pandangan dan otaknya justru terfokus pada bibir Rakha yang sedang sibuk bicara.

"Nia?" Rakha menepuk pundak Raynia.

"O-oh, eh?" Nia malah salah tingkah.

"Kamu nggak apa-apa? Kamu sakit?" Kedua tangan Rakha menggenggam lembut bahu Raynia. Bahkan wajah Rakha semakin mendekat sembari memeriksa kondisi Raynia.

Raynia menggeleng sekaligus mengangguk. Rakha gemas dengan Raynia yang salah tingkah. Rakha tak tahu jika Raynia sedang berusaha mengendalikan degup jantungnya yang tak karuan hanya karena sentuhan lembut Rakha dibahunya.

"Kita pulang! Ya, kita pulang aja!" Raynia langsung menghempas kedua tangan Rakha demi menjaga kewarasan otaknya.

Rakha tertawa kecil melihat Raynia begitu gugup, rasanya Rakha ingin kembali mengecup.

"Oke, kita pulang." Tanpa meminta persetujuan Rakha langsung menggandeng tangan Raynia sambil berjalan keluar bioskop.

Raynia terkejut dan berusaha melepaskan jemarinya dari genggaman Rakha, tetapi usahanya terasa sia-sia karena jari-jari Rakha semakin erat menguncinya. Hingga terdengar suara dering telepon yang berhasil meloloskan tangan Raynia.

"Bentar." Raynia langsung menerima panggilan dari ibunya.

"Assalamualaikum, Bu."

"Nia! Kamu dimana? Tolong cepat pulang sekarang!" Alih-alih menjawab salam dari Raynia, Ibu justru langsung pada inti pembicaraan.

"Ibu? Ibu kenapa?" Raynia mendadak panik mendengar suara Ibu yang tergesa dan sedikit terisak.

"Kenapa? Ada apa?" Rakha tak kalah panik.

"Nia, cepet pulang! Anterin Ibu ke pondok, Rasya..."

"Rasya kenapa, Bu?" Raynia langsung memotong.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AKAD KEDUAWhere stories live. Discover now